Indonesia Selidiki Laporan Tewasnya 3 WNI Terduga Militan di Filipina

Pengamat terorisme menyatakan hubungan kelompok militan Indonesia dan Filipina telah terbangun sejak lama.
Rina Chadijah
2017.04.26
Jakarta
170426_ID_Phil_1000.jpg Anggota penjaga pantai antiterorisme Filipina berdiri di depan Kapal Malapascua di Manila, 7 Maret 2017, sebelum kapal tersebut dikirim ke Sulu untuk melawan kelompok Abu Sayyaf, jaringan militan yang berada dibalik sejumlah penculikan di wilayah Filipina selatan.
AFP

Pemerintah masih mengumpulkan informasi terkait tiga warga negara Indonesia (WNI) yang dilaporkan tewas dalam serangan militer Filipina atas kelompok teroris yang telah berbaiat kepada Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) di kawasan Filipina selatan.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir mengatakan bahwa hingga kini pihaknya masih berkoordinasi baik dengan Pemerintah Filipina maupun Kedutaan Besar Indonesia di Manila. Pihaknya belum bisa memastikan identitas ketiga WNI tersebut.

“Kami masih melakukan koordinasi dengan semua pihak. Sejauh ini, kita masih menyelidiki kebenaran informasi tersebut,” katanya kepada BeritaBenar di Jakarta, Kamis, 26 April 2017.

Pemerintah Filipina melalui pimpinan militernya, Jenderal Eduardo Ano, sehari sebelumnya menyatakan angkatan bersenjata negara itu telah menewaskan sekitar 37 anggota kelompok pemberontak, termasuk tiga WNI dan seorang warga Malaysia. Pasukan darat dan udara Filipina dikabarkan menggempur tempat persembunyian militan bersenjata Maute yang telah berbaiat kepada ISIS.

Menurut prediksi tentara Filipina, lokasi persembunyian kelompok itu berada di hutan kawasan Lanao del Sur, di wilayah Filipina selatan yang dihuni sedikitnya 150 militan. Operasi pengejaran sisa-sisa pemberontak masih terus dilakukan.

Dalam keterangan kepada media setempat, Komandan divisi militer Brigadir Jenderal Roland Bautista mengatakan selain menewaskan puluhan teroris Maute dan menyita senjata serta bahan peledak, pihaknya juga menemukan paspor Indonesia. Tapi, tidak dijelaskan identitas paspor tersebut.

Militer Filipina menduga kuat anggota kelompok militan dari Indonesia dan Malaysia itu adalah bekas anggota kelompok Jamaah Islamiyah yang bersembunyi bersama para pemberontak Maute di tempat itu.

Namun Arrmanatha mengatakan, hingga kini pihaknya belum memperoleh kabar resmi dari Pemerintah Filipina. Ia berjanji akan merilis nama-nama WNI yang dinyatakan tewas itu jika informasi tersebut telah terverifikasi.

“Sejauh ini, kami belum mendapatkan informasi lebih lanjut. Segera akan kami kabarkan kalau ada informasi lebih lanjut,” ujarnya.

Tempat pelatihan Asia Tenggara

Menurut para pengamat terorisme, hubungan kelompok teroris Indonesia dan Filipina sebenarnya telah terbangun sejak lama.

Al Chaidar seorang pengamat terorisme dari Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, di Aceh, menyatakan Filipina telah lama menjadi pusat pelatihan gerakan Islam radikal di Asia Tenggara.

“Ada semacam kerjasama antara kelompok radikal kedua negara untuk melakukan pelatihan di sana. Bahkan hubungan ini telah berlangsung erat sejak tahun 1992,” katanya saat dihubungi BeritaBenar.

Meski Kementerian Luar Negeri Indonesia belum bisa memastikan kebenaran informasi tersebut, Al Chaidar yakin dengan kabar WNI tewas. Sebab hingga kini, menurutnya, banyak anggota kelompok radikal Indonesia yang melarikan diri ke Filipina Selatan.

“Geografis Kepulauan Mindanao sulit ditembus militer, jadi sangat stategis bersembunyi di kawasan itu. Saya kira yang tewas itu adalah kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang melarikan diri ke wilayah itu,” ujarnya.

Pernyataan senada disampaikan Direktur Eksekutif Yayasan Prasasti Perdamaian, Taufik Andrie, dengan mengatakan hubungan kekerabatan antara kelompok radikal Indonesia dan Filipina mengalami masa-masa gemilang sebelum peristiwa Bom Bali I tahun 2002. Saat itu, banyak pemuda Indonesia berlatih militer di sana.

“Operasi pemberantasan terorisme di Indonesia membatasi ruang gerak mereka. Jadi banyak kelompok radikal di sini melarikan diri ke sana,” ujarnya kepada BeritaBenar.

Menurut  Taufik, dengan banyaknya sokongan dana dan persenjataan dari ISIS terhadap kelompok radikal di Asia Tenggara belakangan ini, Filipina Selatan memang diprediksi akan menjadi basis baru kekuatan pendukung ISIS.

“Kalau dulu mereka jadikan sebagai pusat pelatihan, kedepan kemungkinan Filipina selatan itu akan jadi basis ISIS Asia Tenggara,” katanya.

Senada dengan Al Chaidar, Taufik juga yakin banyak kelompok radikal Indonesia yang telah menetap dan baru melarikan diri ke Filipina.

“Puluhan atau ratusan orang Indonesia yang pernah bergabung dengan Abu Sayyaf Group juga banyak yang menetap di sana hingga kini. Begitu juga dengan kelompok Santoso maupun kelompok lain,” jelasya.

Jokowi akan ke Filipinna

Selain tentang penanganan terorisme, hubungan Indonesia dengan Filipina saat ini juga terkait dengan perlindungan warga kedua negara.

Presiden Joko “Jokowi” Widodo direncanakan akan bertandang ke Manila pada 28 April mendatang untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN. Ia akan melakukan pertemuan dengan Presiden Filipina Rodrigo Duterte.

Dalam pertemuan bilateral itu, Jokowi akan menekankan pembahasan perlindungan WNI.

“Perlindungan WNI menjadi salah satu perhatian Presiden Jokowi saat bertemu dengan Presiden Duterte nanti. Kami memohon Filipina terus bantu bebaskan WNI yang masih ditahan oleh Abu Sayyaf,” kata Arrmanatha.

Sepanjang 2016, kelompok Abu Sayyaf telah melakukan serangkaian penculikan warga negara Indonesia. Kapal nelayan Indonesia dan awaknya kerap menjadi incaran kelompok militan itu untuk meminta uang tebusan.

Abu Sayyaf masih menahan sekitar 19 orang, termasuk tujuh di antaranya merupakan WNI.

Arrmanatha mengatakan, pemerintah Indonesia terus berkoordinasi dengan Filipina mengupayakan pembebasan ketujuh orang tersebut.

Selain itu, isu keamanan maritim juga akan diangkat Presiden Jokowi dalam pertemuan kenegaraan tersebut.

Indonesia, Malaysia, dan Filipina telah sepakat untuk melaksanakan patroli bersama, tapi hingga kini rencana itu belum juga terwujud.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.