Pemberi Kabar Bencana Telah Tiada Setelah Berjuang Melawan Kanker
2019.07.08
Boyolali, Jawa Tengah & Jakarta

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, menghembus nafas terakhir saat dalam perawatan di Modern Cancer Hospital Guangzhou, China, Minggu, 7 Juli 2019, sekitar pukul 02.00 waktu setempat.
Kepergian sosok kelahiran Boyolali pada 7 Oktober 1969 itu memunculkan kesedihan mendalam dari rakyat Indonesia, yang telah terbiasa dengan penampilannya di televisi dan media sosial saat memberi informasi terkini tentang gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, kebakaran hutan dan bencana lain yang sering di hampir seluruh tanah air.
Jenazah Sutopo dimakamkan di Pemakaman Sasonolayu yang berdampingan dengan Taman Makam Pahlawan Ratna Negara Boyolali, Jawa Tengah, Senin pagi, melalui suatu upacara kenegaraan yang penuh khidmat dan dihadiri keluarga, kerabat dan pejabat.
Aparatur negeri sipil (ASN) yang dipuji banyak kalangan karena bersikeras menjalankan tugasnya sehari-hari dengan penuh semangat meskipun apa yang ia sering sebut sebagai "rasa sakit tak tertahankan" akibat kanker stadium 4b yang dideritanya.
Dia yang cukup aktif di media sosial, mengaku sering harus menjawab panggilan telepon dan pesan teks dari jurnalis atau menulis siaran pers ketika menjalani sesi kemoterapi di rumah sakit.
Sutopo menyimpan daftar lebih dari 3.000 jurnalis lokal dan asing serta selalu mengirim rilis hampir tiap hari tentang perkembangan bencana.
Ia juga sigap mengklarifikasi apabila ada informasi tidak benar atau hoaks menyangkut bencana sehingga tidak menimbulkan kepanikan di tengah masyarakat korban.
“Baik gempa bumi, longsor, tsunami, atau kebakaran yang terjadi di pelosok negeri selalu diinformasikan almarhum agar kita waspada dan tidak kebingungan,” tutur Presiden Joko “Jokowi’ Widodo.
“Hidup itu bukan soal panjang pendeknya usia, tapi seberapa besar kita dapat membantu orang lain,” sambung Jokowi mengutip pernyataan Sutopo, saat bertemu beberapa waktu lalu.
“Dan ia (almarhum) mengamalkan kalimat itu dengan baik. Selamat jalan, Pak Sutopo. Semoga amal ibadahmu diterima di sisi Allah SWT, dan keluarga yang ditinggalkan diberinya kekuatan dan kesabaran.”
Saat diwawancara BeritaBenar, November tahun lalu, Sutopo mengaku menyibukkan diri dengan pekerjaan untuk mengurangi rasa sakit.
“Ketika saya bekerja, saya melupakan semua rasa sakit, terlebih lagi ketika konferensi pers saya dihadiri oleh banyak wartawan,” katanya.
2018 menjadi tahun paling sibuk bagi Sutopo, karena gempa menghancurkan sebagian Lombok dan Sulawesi Tengah, Juli dan September, sehingga menewaskan lebih 3.500 orang.
Sarjana geografi Universitas Gadjah Mada dan doktor di bidang manajemen lingkungan dari Institut Pertanian Bogor itu ternyata tak memiliki latar belakang komunikasi atau media ketika menjadi Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB.
Ia memulai karir sebagai PNS di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), yang bertugas melakukan penelitian tentang hidrologi dan hujan buatan.
Pada 2010, Sutopo dimutasi ke BNPB sebagai direktur mitigasi risiko bencana, sebelum akhirnya menjadi juru bicara lembaga itu.
Sosok humoris
Joko Prabowo, paman Sutopo, mengenang keponakannya itu sebagai sosok humoris dan ingin selalu memunculkan tawa di setiap mereka sekeluarga bertemu.
“Humoris sekali, di telepon, kalau kumpul, ketemu teman, ketemu keluarga selalu saja ada humor. Setiap kali tugas di dekat sini (Boyolali) selalu menyempatkan mampir,” ujar Joko.
Tidak hanya kepada teman dan keluarga, Sutopo juga sering memancing tawa dengan lelucon kreatif saat melakukan tugasnya membagi informasi kepada wartawan.
“Mas, masnya yang botak, saya kasih tips supaya rambutnya tumbuh. Biasanya kalau kemoterapi, rambut itu rontok. Kalau saya justru sebaliknya, rambut saya tumbuh, jadi mas coba saja kemoterapi seperti saya,” ujar Sutopo suatu ketika.
Suharsono, ayahanda Sutopo, mengatakan putranya selalu berusaha menyembunyikan penyakitnya lewat canda dan gurauan, terutama saat melakukan gerakan, seperti dari duduk kemudian berdiri sambil memegang pinggang kanannya erat karena nyeri luar biasa.
“Sebelum berangkat ke China, dia bilang sudah tak tahan lagi sakitnya sudah menyebar ke otak dan tulang-tulang. Istrinya bilang, saat berada di China sempat membaik, tetapi sepuluh hari sebelum meninggal mengalami seperti halusinasi, ada rasa takut, dan susah makan,” tutur Suharsono.
Sutopo meninggalkan seorang istri, Retno Utami Yulianingsih dan dua orang putra yakni; Muhammad Ivanka Rizaldy Nugroho dan Muhammad Aufa Wikantyasa Nugroho.
Pejuang Kemanusiaan
Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi mengatakan duka cita atas meninggalnya Sutopo dan berharap istri dan keluarga bisa tabah.
"Almarhum adalah orang baik, tangguh dan memiliki dedikasi tinggi untuk kemanusiaan, kita semua kehilangan. Mari kita iringi almarhum dengan doa," katanya saat upacara serah terima jenazah di kediaman Sutopo, daerah Cibubur, Jakarta Timur, setelah tiba dari Guangzhou, Ahad malam.
Kepala BNPB, Doni Munardo mengaku pihaknya sangat kehilangan sosok yang dikenal sebagai pejuang kemanusiaan.
"Tentunya menjadi kehilangan bagi kita semua, dalam kondisi sakit masih melayani dan bertugas sepenuh hati dengan segala kemampuan yang dimiliki bekerja dengan hati walaupun dengan tubuh yang menderita, tetap bisa sampaikan tentang kebencanaan," katanya.
Seorang staf BNPB, Meyla Dias Indah Hapsari mengenal Sutopo sebagai pimpinan yang visioner dan tidak pelit ilmu.
"Dia suka berbagi pengalaman dan mendukung kami anak buah untuk sekolah lagi, terus belajar," katanya.
Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia, Septiaji Eko Nugroho menyebutkan Indonesia kehilangan pengayom, ASN teladan dan anti hoaks, yang mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadinya.
"Ia merupakan sosok penting yang dibutuhkan bangsa yang terbelah dalam polarisasi," katanya dalam pernyataan tertulis.
Belasungkawa datang dari Gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng), Longki Dianggola, yang daerahnya diterjang gempa dan tsunami tahun lalu, dengan menyatakan bahwa Sutopo adalah panutan, terutama bagi yang terlibat dalam misi kemanusiaan menangani bencana.
“Semua data yang disampaikan Sutopo sangat akurat. Kami di Sulteng saat itu sangat terbantu. Almarhum betul-betul bekerja dengan baik,” imbuh Longki.
Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno yang daerahnya sering diterjang bencana menilai Sutopo sebagai sosok berdedikasi tinggi dan dia sangat merasakan peranan juru bicara BNPB itu dalam memberi informasi baik kepada masyarakat maupun pemerintah bilang terjadi bencana.
Keisyah Aprilia di Palu, Ami Afriatni di Jakarta & M.Sulthan Azzam di Padang, turut berkontribusi dalam artikel ini.