Aceh Dapat Menjadi Pintu Gerbang Perdamaian: Jokowi

Oleh Nurdin Hasan
2015.07.17
150717_ID_ID_NURDIN_JOKOWI_ACEH_IED_700.jpg Presiden Joko “Jokowi” Widodo (tiga dari kiri) melaksanakan sholat Ied Idul Fitri di Masjid Raya Baiturrahman di kota Banda Aceh, Jumat, 17 Juli, 2015.
BeritaBenar

Presiden Joko “Jokowi” Widodo dan ribuan warga melaksanakan sholat Ied Idul Fitri di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Jumat, 17 Juli.

Sebelumnya, Jokowi memukul beduk di halaman masjid, sebagai tanda dimulainya takbiran.

Ini adalah pertama kali presiden Indonesia merayakan Lebaran di luar ibukota Jakarta.

Beliau diapit oleh Gubernur Aceh Zaini Abdullah dan Menteri Perekonomian Sofyan Jalil.

Menurut Jokowi, Banda Aceh adalah kota bersejarah dan pusat peradaban Islam di Indonesia.  Sedangkan Aceh adalah provinsi yang membentuk Indonesia tetap tegak.

Untuk itu, dia meminta semua pihak agar menyadari peran yang telah disumbangkan Aceh untuk Indonesia.

"Saya berharap Aceh dapat menjadi pintu gerbang perdamaian dan persemaian nilai-nilai kemanusian," katanya setelah sholat Ied.

Bersilaturrahmi dengan warga

Setelah melaksanakan sholat Ied, Jokowi dan rombongan menuju Kapal PLTD Apung untuk bersilaturrahmi dengan warga Aceh.

PLTD Apung adalah kapal pembangkit listrik tenaga diesel Perusahaan Listrik Negara (PLN) sepanjang 63 meter dengan berat 2.600 ton.

Kapal ini terhempas lima kilometer ke pemukiman padat penduduk di Desa Punge Blang Cut dari pantai Ulee Lheue ketika tsunami menerjang Aceh, 26 Desember 2004.

Kini, PLTD Apung telah menjadi salah satu tempat wisata di Banda Aceh.

“Saya sangat berbahagia sekali di hari kemenangan ini, di hari yang fitri ini, saya dapat berlebaran dengan masyarakat Aceh di sini,” kata Jokowi.

“Ini pertama kali, biasanya presiden itu kalau pas Hari Raya Idul Fitri pasti di Jakarta. Terus saya berpikir, Indonesia bukan hanya Jakarta. Pikir-pikir saya mau berlebaran di Aceh saja,” tambah Jokowi, disambut tepuk tangan ribuan warga Aceh yang hadir.

Jokowi menambahkan bahwa ia pernah tinggal di Aceh, tepatnya di Kabupaten Aceh Tengah, pada era 1980-an. Waktu itu, dia bekerja di PT Kertas Kraft Aceh (KKA). Kini, tempat Jokowi tinggal sudah menjadi Kabupaten Bener Meriah.

“Saya dulu tahun 1985-1987 pernah di Aceh lama, di Aceh Tengah di Takengon tapi sekarang sudah ganti, bukan Takengon, tapi sekarang ganti di Bener Meriah. Terus di Lhokseumawe juga,” jelasnya.

Presiden menyebutkan sangat senang karena keadaan Aceh aman, tentram sehingga ekonomi di provinsi ujung barat Indonesia dapat bergerak dengan baik.

"Saya berkali-kali bertemu dengan Gubernur Aceh Zaini Abdullah untuk membahas peluang meningkatkan ekonomi karena di sini banyak sekali peluang," katanya.

Jokowi berharap Aceh akan menjadi lokomotif ekonomi di masa mendatang.

Bagikan paket sembako dan buku

Selama berada di ibukota Banda Aceh, Jokowi berserta rombongan mengunjungi Meulaboh dan membagikan 2.000 paket sembako kepada warga.

Setiap paket yang dibagikan berisikan 2 liter minyak makan dan 5 kilogram beras.

Jokowi juga membagikan buku “Ayo Belajar, Belajar, Belajar” kepada anak-anak yang menunggu di pintu keluar Mesjid Baiturrahman usai melaksanakan sholat Jumat.

Tidak mudah mendapatkan buku dari Jokowi karena banyaknya anak-anak yang ingin bersalaman dan mendapatkan buku.

Pembagian buku dilakukan saat Jokowi berada dalam mobil “Presiden 1″.

Ketika seorang lelaki berteriak “kami dari Takengon”, Jokowi menoleh ke arah warga itu dan sambil tersenyum menyerahkan buku serta sepotong baju kaos kepada anak tersebut.

“Beruntung kali dia karena ayahnya berteriak anak Takengon,” kata seorang pejabat Aceh yang mendampingi Jokowi.

Selain Ibu Negara Iriana Widodo, dan Menko Perekonomian Sofyan Jalil, Jokowi juga didampingi oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Ferry Mursyidan Baldan serta sejumlah pejabat lain.

Sofyan dan Ferry adalah dua putra Aceh yang masuk dalam kabinet Jokowi.

Pengamanan ketat

Sebelum pelaksanaan sholat Ied, warga yang mau masuk ke pekarangan masjid harus diperiksa melalui detektor metal. Akibatnya beberapa warga mengeluh karena agak lama tertahan di pintu masuk.

"Saya sangat senang bisa berjabat tangan langsung dengan Bapak Presiden," ungkap Muhammad Yusuf (45), seorang warga Banda Aceh, meski harus berdesak-desakan dengan ratusan jamaah lain.

"Kami ke sini untuk melaksanakan sholat, tidak membawa bom. Buka! Buka," teriak beberapa warga yang kesal.

Sebagian warga tampak tidak mau masuk lewat pintu gerbang. Mereka memilih naik lewat pagar masjid.

Ratusan jamaah terpaksa sholat di jalanan sekitar masjid.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.