Admira Wijaya, Sosok Ilustrator Super Hero
2016.06.09
Malang

Sudah menonton film ‘Batman V Superman: Dawn of Justice?’ Siapa sangka jika berbagai pose para tokoh super hero dalam tiap adegan film laga tersebut dipandu ilustrator asal Malang, Admiranto Wijayadi, yang dikenal dengan panggilan Admira Wijaya.
Ia mengerjakan 40 pose untuk tokoh Batman, Superman dan Wonder Woman. Semua karyanya dihasilkan di studio sembilan meter persegi di rumahnya. Studio dipenuhi tiga komputer, buku-buku komik dan poster yang telah diproduksinya.
Admira menghabiskan waktu berhari-hari untuk menggambar. Dua monitor ditata berhimpitan di meja untuk memudahkan pekerjaan pesanan gambar dari klien di luar negeri. Gambar film ‘Batman V Superman’ dikerjakannya selama 10 bulan.
Admira ialah character guide artist untuk film ‘Batman vs Superman’. Gambar dikerjakan detil, termasuk lekuk tubuh dan ekspresi wajah tokoh. Dia mengaku bolak-balik harus merevisi detil gambar yang dihasilkan sesuai pesanan.
Gambar yang dihasilkan adalah key pose, yakni pose tertentu untuk ketiga tokoh. Lantas aktor dan aktris meniru pose sesuai gambar selama adegan dalam film maupun sesi foto, termasuk untuk poster dan berbagai promo film.
Dalam mengerjakan key pose, Admira mengaku mendapat gambar referensi untuk tokoh super hero. Dia mengembangkan karakter itu melalui games, film super hero maupun pose referensi.
“Pose referensi terbatas, menonton film sangat membantu,” katanya kepada BeritaBenar yang menemuinya di rumahnya di Jalan Kedawang, Kota Malang, Jawa Timur, Minggu, 5 Juni 2016.
Dia juga mengandalkan program tiga dimensi untuk membuat gerakan. Referensi itu jadi acuan Admira mengembangkan gambar seperti diminta klien. Kini, dia tengah memesan figure figma untuk memudahkan pembuatan pose dan gerakan.
Pameran dan art book
Dalam mengerjakan proyek, ‘Batman vs Superman’, Admira satu-satunya ilustrator Indonesia. Sisanya 37 ilustrator dari Amerika Serikat, Eropa dan Korea. Mereka memiliki bidang keahlian tertentu. Admira mengaku mempunyai keahlian paling pas saat menggambar karakter Batman, Superman dan Wonder Woman.
“Saya bekerja total dan fokus dalam membuat suatu proyek,” katanya menambahkan key pose film ‘Batman V Superman’ merupakan puncak prestasinya di dunia ilustrasi.
Dua tahun lalu, dia juga terlibat dalam pembuatan key pose film Hercules: The Thracian Wars. Sebelumnya, pada 2013, Admira juga terlibat dalam film ‘Superman: Man of Steel’.
Kini, Admira tengah mengumpulkan semua karya seninya untuk pameran tunggal dan membuat art book. Untuk membuat sebuah art book, menurut dia, seorang ilustrator butuh ribuan karya, sedangkan Admira baru mengumpulkan 500-an karya. Karyanya diproduksi dalam proses digital maupun manual.
“Butuh waktu sangat panjang. Belum ada ilustrator Indonesia yang membuat art book maupun pameran tunggal,” katanya.
Suka menggambar
Semasa kecil Admira tak terlalu menggandrungi komik, tapi sangat menyukai menggambar. Dia menggambar dimanapun, di rumah maupun sekolah. Ketika SMA, dia mulai menggambar super hero. Hobi menggambar ini sempat ditinggalkan ketika kuliah di jurusan Sinematografi Institut Kesenian Jakarta (IKJ).
“Kakak saya yang suka baca komik, saya suka menggambar komik,” ujarnya.
Jebolan IKJ tahun 1994 ini, memilih bekerja di sebuah agensi periklanan di Jakarta setelah lulus kuliah. Sempat menjadi art director untuk mengerjakan sejumlah produk iklan televisi nasional.
Setelah 10 tahun, dia keluar dan mengembangkan bakat menggambarnya dengan bergabung ke Imaginary Friends Studios, Singapura. Ini titik awal karirnya sebagai ilustrator. Ia memperkuat jaringan klien. Empat tahun kemudian, Admira mendirikan studio dan bekerja mandiri.
Pada 2010, Admira memutuskan kembali ke Malang untuk membangun chekydot studio, dan mendirikan sekolah kursus ilustator dan animasi Admira Concept Design Course (ACDC). Dia menggelontorkan dana Rp 340 juta untuk mencetak ilustrator profesional. Sayang, studio dan sekolah yang didirikannya hanya bertahan dua tahun.
Namun sejak memasang di galeri daring pada 2005, karyanya mulai menembus produsen komik dunia, terutama Marvel dan DC Comics. Agen pencari bakat, katanya, sering memantau galeri daring. Jika cocok, mereka akan menawarkan kontrak memadai. Namun setiap proyek baru, Admira harus menjalani serangkaian tes.
Menurutnya, menjadi ilustrator profesional menjanjikan. Khusus penciller setiap halaman komik di luar negeri dibeli seharga AS$ 25-AS$ 200. Namun, tarif itu berbeda masing-masing produsen komik. Ia mengaku mendapat USD 150-300 dari DC Comics perhalaman untuk karakter Batman, Badgirl dan Joker.
Admira juga menggunakan jasa agen ilustrator Singapura, Spanyol, Inggris, Prancis dan Kanada. “Industri kreatif di Indonesia sulit bisa berkembang optimal karena pemerintah tak ikut campur. Berbeda dengan Pemerintah Sigapura yang memberikan bantuan modal kepada studio ilustrasi kecil,” katanya.
Siap beri pinjaman
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Malang, Tri Widyani Pangastuti, mengatakan bangga dengan karya Admira. Dia berjanji pemerintah akan memberikan kemudahan pinjaman permodalan bagi para pelaku industri kreatif.
"Jaminan cukup karya, Badan Ekonomi Kreatif dan perbankan akan menilai," katanya kepada BeritaBenar.
Pemerintah Kota Malang, menurut dia, tengah menyiapkan techno park untuk ajang pertemuan pelaku industri kreatif. Tak hanya saling berkomunikasi, tapi juga buat proses pembelajaran dan menggalang dukungan antar-pelaku industri kreatif. “Sehingga industri kreatif di Malang makin tumbuh dan berkembang,” harap Tri Widyani.