Aktivitas Gunung Egon Meningkat, Warga Terancam Gas Beracun

Ismira Lutfia Tisnadibrata
2016.01.20
Jakarta
mountegon-620 Gunung Egon di Kabupaten Sikka, NTT, masih memperlihatkan aktivitas, 20 Januari 2016.
Dok. Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Pemerintah Kabupaten Sikka di Nusa Tenggara Timur (NTT) mengungsikan hampir seribu penduduknya yang tinggal dalam radius 3 kilometer dari kawah Gunung Egon, menyusul peningkatan aktivitas vulkanik yang sudah mengeluarkan gas beracun.

Juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan hari Rabu, 20 Januari, bahwa 927 jiwa dari 1.437 penduduk yang tinggal di dalam radius tersebut telah diungsikan ke tempat yang lebih aman, sedangkan 501 warga belum bersedia diungsikan.

"Dari Gunung Egon terlihat asap kawah putih tipis 25-50 meter dan kondisi kegempaannya terpantau ada tiga kali gempa tektonik jauh dan satu kali gempa vulkanik," ujar Sutopo.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada 13 Januari menaikkan status gunung setinggi 1703 meter tersebut menjadi siaga, atau level tiga dalam skala satu sampai empat, menyusul adanya peningkatan gempa vulkanik yang cukup signifikan sejak 10 Januari.

Devy Kamil Syahbana, kepala subbidang gunung api wilayah timur di PVMBG, mengatakan bahwa tim dari lembaga itu telah terjun ke lokasi untuk menganalisa situasi dan mengukur kadar gas yang keluar dari gunung. Hasil observasi tim tersebut menemukan bahwa kadar gas sulfur dioksida atau SO2 yang terukur di jarak 2,5 kilometer radius dari kawah telah mencapai 12 ppm (parts per million), jauh dari ambang batas aman maksimal di 2 ppm.

"Ada potensi penduduk akan menghirup udara beracun, walau gunung tidak jadi meletus," ujar Devy kepada BeritaBenar.

"Ini upaya preventif karena kalau pagi hari gas bisa turun ke bawah dan terhirup warga dan kita tidak tahu kemana arah angin akan membawa gas tersebut," ujar Devy sehubungan dengan rekomendasi PVMBG bagi warga yang tinggal dalam radius 3 kilometer dari puncak gunung untuk segera direlokasi.

Dua tempat pengungsian

Sutopo mengatakan bahwa masyarakat dan wisatawan telah dilarang mendekati kawah dan tidak melakukan aktivitas di dalam radius 3 kilometer dari kawah puncak.

Para penduduk yang direlokasi telah ditempatkan di dua tempat pengungsian, yaitu di kantor Kecamatan Mapitara dan Pasar Natakoli. Namun dengan semakin meningkatnya aktivitas gempa vulkanik, Bupati Sikka Yoseph Ansar Rera telah menutup sementara akses menuju lokasi tempat pengungsi di Mapitara karena di sekitar arah menuju wilayah tersebut sudah tercemar gas beracun. Yoseph juga telah menetapkan status siaga darurat di wilayah tersebut selama 14 hari sampai 26 Januari.

Naiknya status Gunung Egon menjadi siaga menambah deretan gunung api aktif di Indonesia yang berstatus siaga menjadi lima. Keempat gunung lainnya adalah Gunung Soputan, Gunung Karangetang dan Gunung Lokon di Sulawesi Utara dan Gunung Bromo di Jawa Timur. Sementara hanya satu dari 127 gunung api di Indonesia yang berstatus awas yaitu Gunung Sinabung di Sumatra Utara dan 14 gunung lain yang berstatus waspada.

Gunung Egon terakhir meletus pada Maret 2008 dengan ketinggian kolom letusan 5700 meter. Sebelumnya, gunung tersebut meletus pada Agustus-September 2004, setelah 79 tahun “tidur” semenjak letusan tahun 1925 dan pada dua periode sebelumnya, yaitu 1888-1891 dan 1907.

"Pada saat letusan 2008 itu, Gunung Egon memuntahkan batu-batu berapi sebesar genggaman tangan hingga sejauh 2 kilometer," ujar Devy.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.