Rencanakan Rampok Mobil ATM, Seorang Terduga Teroris Ditangkap

Mesti terus diburu, para pengikut JAD dikatakan masih tetap aktif dan terus berkembang.
Rina Chadijah
2019.04.01
Jakarta
190401_ID_Jad_1000.jpg Dalam foto tertanggal 22 Juni 2018 ini, Aman Abdurrahman (tengah, berbaju biru) pendiri Jamaah Ansharut Daulah (JAD), memasuki ruang persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, dimana ia kemudian dijatuhi hukuman mati karena diputuskan terbukti terlibat dalam sejumlah aksi terorisme di Indonesia.
AFP

Seorang terduga teroris ditangkap tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri  di Bandung, Jawa Barat, karena diyakini hendak melakukan perampokan terhadap mobil pengisi uang Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen. Pol. Dedi Prasetyo, mengatakan bahwa Winsu Putra alias Sahid ditangkap di rumah kontrakannya di Desa Bojongmalaka, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung.

"Kami tangkap, Kamis, 28 Maret kemarin. Ini adalah kelompok JAD wilayah Bandung,” kata Dedi kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta, 1 April 2019.

Jamaah Ansharut Daulah (JAD) adalah kelompok yang telah dibekukan dan dinyatakan terlarang oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada 31 Juli 2018 lalu setelah terbukti melakukan serangkaian aksi teror di Indonesia.

Menurut Dedi, kelompok itu sedang menyusun rencana untuk melakukan amaliah fai, atau upaya pengumpulan dana untuk jihad mereka, dengan merampok mobil pengirim uang.

“Targetnya sangat jelas, targetnya masih mengumpulkan dana dalam rangka untuk lakukan aksi yang cukup massif, yaitu mobil pengisian ATM. Itu yang jadi sasaran kelompok mereka," ujarnya.

Dia menambahkan polisi mengantongi bukti percakapan antara Wisnu dan sejumlah terduga teroris yang diyakini anggota JAD Sibolga, Sumatra Utara, dan Lampung melalui aplikasi WhatsApp.

Dalam percakapan itu, ungkap Dedi, polisi mendeteksi beberapa istilah yang digunakan kelompok ini.

“Ada informasi-informasi yang disampaikan oleh tersangka tersebut dengan beberapa istilah antara lain ‘kuda-kuda sudah siap’. Kemudian untuk senjata untuk amaliyah juga sudah siap," jelasnya.

Setelah mereka mendapat uang dari aksi perampokan terhadap mobil pengisi ATM, kata Dedi, kelompok itu berencana membeli peralatan untuk melakukan serangan  di Jawa Barat dan Jawa Timur.

Menurut Dedi, Wahyu Putra alias Sahid hanya seorang bawahan, sementara otak dari rencana itu adalah pria berinsial A yang diyakini berada di Jawa Timur.

“Kelompok mereka kurang lebih ada enam hingga delapan orang. Ini masih dilakukan pengejaran oleh Densus 88,” ujarnya.

Mereka juga diyakini bekerjasama dengan kelompok JAD Sibolga dan Lampung yang beberapa orang di antaranya telah ditangkap pada 8 dan 12 Maret lalu.

Saat itu, Densus 88 Polri menangkap RIN alias Putra Syuhada di Lampung, dan Abu Hamzah di Sibolga.

Istri Abu Hamzah tak ingin menyerah meski sudah dibujuk meledakkan diri bersama seorang anak balita di rumah kontrakannya.

Polisi saat itu menemukan bom dan bahan pembuat bom di rumah tersebut.

Mahir merakit bom

Kelompok JAD yang merencanakan serangan di Jawa Timur dan Jawa Barat,  kata Dedi, mahir merakit bom setelah mereka mendapat pengetahuan dari para seniornya.

Untuk membuat bom rakitan, mereka membutuhkan dana guna membeli bahan peledak.

Dedi mengatakan, sasaran kelompok tersebut masih sama, yakni aparat keamanan yang sedang bertugas.

Selama ini mereka tidak beraksi. Namun karena gencarnya penangkapan yang dilakukan polisi dalam setahun terakhir, katanya, mereka hendak membalas dendam.

"Karena mereka sleeping cell, mereka sudah merencanakan beberapa aksi,” ujar Dedi.

Namun, dia tidak memerinci kapan rencana serangan itu akan dilakukan kelompok itu.

Polisi, lanjutnya, berusaha mencegah setelah mengetahui rencana perampokan untuk kepentingan pendanaan aksi teror tersebut.

Mabes Polri menyerukan kepada seluruh aparat yang bertugas untuk tak lengah, apalagi menjelang pelaksanaan Pemilu yang tinggal menghitung hari.

“Kita sudah berikan imbauan agar semuanya bersiaga untuk mengantisipasi segala kemungkinan gangguan keamanan,” ujarnya.

Masih sangat aktif

Meskipun sudah dibubarkan, menurut pengamat terorisme, para pengikut JAD – yang terafiliasi dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) – masih tetap aktif di lapangan.

JAD didirikan oleh Aman Abdurrahman, yang kini mendekam di penjara Nusakambangan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, setelah divonis mati atas keterlibatannya dalam serangkaian aksi teror di Indonesia.

Peneliti terorisme dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Zaki Mubarak, mengatakan sel-sel JAD terus berkembang, meskipun pemburuan oleh aparat cukup gencar.

“Selain untuk memberikan rasa takut, mereka merancang teror untuk mengirimkan pesan bahwa mereka masih ada,” ujarnya kepada BeritaBenar.

JAD, tambah Zaki, juga cukup dekat dengan para bekas militan Jamaah Islamiyah (JI), dimana cara-cara merampok dan menghadang mobil pembawa ATM bukanlah hal baru bagi mereka.

“Saat ini dukungan dana JAD cukup menipis setelah tidak ada lagi bantuan dari ISIS yang terdesak. Jadi mereka melakukan cara apa saja untuk mendapatkan dana,” ujarnya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.