Menanti Janji Manis Anies
2017.11.07
Jakarta

Rini Ernawati mengaku kurang beristirahat, akhir-akhir ini. Banyak orang harus ditemuinya.
"Banyak rapat. Ada warga yang datang, sampai wartawan mau wawancara," katanya kepada BeritaBenar, Senin, 6 November 2017.
Rini adalah mantan Ketua RT 12 Kampung Akuarium di Penjaringan, Jakarta Utara, yang digusur Pemerintah DKI Jakarta, Mei 2016, semasa ibu kota masih dipimpin Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama. Ketika itu, ratusan orang di wilayah tersebut tidak mau direlokasi ke apartemen sederhana yang disediakan oleh Ahok, dan memilih untuk mendirikan bangunan semi permanen di kampung itu.
Kini, setelah kepemimpinan beralih ke tangan Anies Baswedan, perkampungan tersebut diwacanakan dibangun ulang.
Dus, Rini pun ketiban banyak pekerjaan. Ia diminta mengumpulkan bukti-bukti administrasi warga eks-Kampung Akuarium semisal Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), hingga bukti pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
"Selanjutnya diserahkan ke kelurahan untuk pendataan sebelum nanti dibangun ulang," jelasnya.
Pembangunan ulang Kampung Akuarium memang dijanjikan Anies saat masa kampanye.
Janji yang kemudian membuat Anies yang berpasangan dengan Sandiaga Salahuddin Uno menang mutlak di perkampungan yang sempat disebut ilegal oleh Ahok lantaran mengokupasi tanah negara, saat Pilkada DKI Jakarta.
Namun pembangunan ulang Kampung Akuarium, ditanggapi berbeda oleh sekelompok orang. Bestari Barus, seorang anggota DPRD Jakarta, mengatakan hal itu sebagai kesewenang-wenangan Anies.
"Itu kan lahan negara yang bukan buat pemukiman. Menyalahi hukum namanya," kata politikus Partai Nasdem itu – partai pendukung Ahok dalam Pilkada lalu, kepada BeritaBenar.
Hampir sebulan Anies-Sandi memimpin ibu kota, pembangunan kembali Kampung Akuarium masih belum terlihat.
Anies dalam beberapa kesempatan memilih bungkam tentang konsep pembangunan ulang yang dijanjikannya, termasuk status tanah perkampungan yang sejatinya milik negara.
"Ada konsepnya. Namun saya tidak bisa ceritakan sekarang. Saya mau cerita saat action saja nanti," katanya, beberapa waktu lalu.
Anies, seperti diakui Rini, belum pernah mengunjungi perkampungan itu sejak dilantik jadi Gubernur Jakarta pada 16 Oktober lalu.
"Orang-orang dia beberapa kali sudah ke sini," tambah Rini, "Minggu pagi kemarin ada Pak (Muhammad) Taufik."
Taufik adalah politikus Partai Gerindra – partai pendukung Anies dalam Pilkada DKI Jakarta lalu – yang merupakan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta.
Dalam pernyataan 1 November lalu, Anies mengatakan akan membangun shelter atau tempat penampungan sementara di Kampung Akuarium, sebelum dibangun ulang.
"Itu yang paling urgent," tambahnya.
Shelter itu, kata Anies, nantinya akan menjadi tempat tinggal sementara ratusan warga sampai rumah mereka tuntas dibangun. Hanya lagi-lagi, Anies tidak merinci detail pembangunan shelter itu.
Rini menyebut, penampungan sementara nantinya akan dibangun di sisi turap, agar bagian tengah perkampungan bisa diratakan dan ditata ulang.
"Saya belum tahu pasti juga (pembangunan). Tapi dari beberapa rapat, katanya akhir tahun sudah akan selesai," imbuhnya.
Menagih janji
Kabar pembangunan ulang perkampungan dan pendirian shelter juga sampai ke kuping Sri Ningsih. Makanya, ia pun mendatangi Kampung Akuarium pada Senin siang itu guna menyerahkan salinan KK, KTP dan bukti pembayaran PBB kepada Rini.
Sejak delapan rumahnya rata tanah, perempuan 53 tahun itu mengontrak sebuah rumah di Kampung Bandan, perkampungan tak jauh dari Kampung Akuarium.
Ia enggan dipindah ke rumah susun yang disiapkan Pemerintah Jakarta dengan alasan harus membayar sewa sekitar Rp300 ribu setiap bulan.
"Dulu saya punya delapan rumah dan banyak kamar kontrakan di sini. Sebulan bisa dapat sampai Rp25 juta," katanya, tanpa merinci luas keseluruhan delapan rumah miliknya.
"Kalau pindah ke rusun, duit dari mana?"
Ningsih berharap Anies-Sandi segera menepati janjinya. Semata-mata, tambahnya, agar ia bisa kembali melanjutkan hidupnya.
"Kemarin sudah ada dua orang yang menanyakan kontrakan ke saya," tuturnya.
Hal sama disuarakan pasangan suami-istri, Kamam (41) dan Wuryani (44).
"Semoga janji kampanye itu segera dipenuhi," kata Kamam.
Sejak digusur, Kamam dan Wuryani menempati bedeng seluas sekitar 21 meter per segi di bekas Kampung Akuarium. Bedeng itu, katanya, persis seluas bekas rumahnya yang telah dihancurkan.
Total terdapat 173 keluarga yang kini menetap di bekas Kampung Akuarium – seperti halnya Kamam, menunggu pembangunan ulang rumah mereka seperti dijanjikan Anies.
Taufiq, saat dikonfirmasi, enggan berkomentar perihal Kampung Akuarium dengan dalih memberikan waktu kepada Anies dan Sandi untuk mencari solusi terbaik.
Janji di Bukit Duri
Berjarak sekitar 20 kilometer dari Kampung Akuarium, harapan sama disuarakan Ma'ruf, warga korban penggusuran di Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan.
Ia berharap Anies-Sandi tidak melupakan janji kampanye untuk membangun kampung deret bagi warga yang yang terkena gusuran pada 28 September 2016.
"Sekarang sudah jadi gubernur, janji harus ditepati," katanya saat dihubungi.
Tempat tinggal Ma'ruf adalah bagian dari 440 rumah warga di bantaran Kali Ciliwung yang digusur Pemerintahan Ahok untuk memuluskan proyek normalisasi kali guna mencegah banjir di ibu kota.
Ia turut pula menjadi bagian 93 warga RW 10, 11, dan 12 Bukit Duri yang mengajukan class action terhadap Pemda DKI Jakarta ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, lantaran tak memberikan uang kerohiman, yaitu uang yang diberikan secara cuma-cuma kepada pemakai lahan tanpa izin.
Gugatan warga itu belakangan dimenangkan pengadilan, dan mewajibkan Pemda DKI Jakarta membayar masing-masing Rp200 juta kepada mereka yang menggugat.
Perihal rencana pembangunan kampung deret di Bukit Duri, Anies sama bungkamnya. Ia tak memerinci kapan kampung deret mulai dibangun.
Namun Rahmat, warga eks-Bukit Duri, masih percaya Anies bakal merealisasikan janji manisnya semasa kampanye.
"Saya masih optimis," pungkasnya.