Aparat sebut separatis bunuh seorang anak Papua, TPNPB tuduh itu propaganda

Aktivis hak asasi di Papua sangsikan klaim pemerintah tersebut, menyatakan target gerilyawan adalah TNI/Polri dan bukan warga lokal.
Dandy Koswaraputra
2023.03.06
Jakarta
Aparat sebut separatis bunuh seorang anak Papua, TPNPB tuduh itu propaganda Dalam foto tanpa tanggal yang dirilis pada pertengahan Februari 2023 ini, Egianus Kogoya (kiri) salah satu pimpinan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), sayap bersenjata dari Organisasi Papua Merdeka, berdiri bersama seorang pejuang separatis di depan pesawat Susi Air yang direbutnya dan kemudian dibakar di Nduga, Papua Pegunungan.
[Foto handout/TPNPB]

Aparat keamanan di Papua pada Senin (6/3) menyatakan bahwa kelompok separatis yang sebulan lalu menyandera pilot Susi Air di Provinsi Papua Pegunungan, baru-baru ini telah membunuh seorang anak warga setempat, klaim yang dibantah oleh kelompok pejuang kemerdekaan dan mengatakan hal itu hanya propaganda pemerintah Indonesia.

Kepala Operasi Damai Cartenz, Kombes Pol. Faizal Ramadhani, mengatakan pasukan yang dipimpinnya tengah memburu kelompok separatis pimpinan Egianus Kogoya yang disebutnya telah membunuh seorang bocah berusia 8 tahun berinisial MT yang merupakan anak Kepala Kampung Pimbinom, Distrik Kuyugawe, Kabupaten Lanny Jaya, Papua Pegunungan.

"Ada saksi yang kita ambil keterangannya, walaupun ada beberapa kendala yakni bahasa. Tapi kita coba jembatani,” kata Faizal kepada jurnalis di Jayapura, Senin (6/3).

Menurut Faizal, kepala kampung berinisial ST tidak bersedia membantu kelompok Kogoya yang datang ke kampungnya untuk meminta bahan makanan. Hal ini menyebabkan Kogoya membunuh anak dari kepala kampung tersebut.

“Saksi juga melihat kelompok Egianus membawa tiga senapan laras panjang. Kami bertekad untuk menangkap Egianus dan juga membebaskan pilot Susi Air,” kata Faizal merujuk pada Egianus Kogoya panglima Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), sayap bersenjata dari Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Bantah klaim

Klaim aparat bahwa Kogota telah membunuh seorang bocah Papua itu dibantah oleh Sebby Sambom, juru bicara TPNPB.

“Tidak benar. Itu propaganda TNI dan Polri," kata Sambom kepada Tirto.id, Senin.

Direktur Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua, Theo Hesegem, juga meragukan informasi yang mengatakan kelompok Kogoya membunuh anak kepala kampung itu, karena target kelompok separatis adalah aparat keamanan Indonesia, bukan warga sipil Papua.

“Musuh kelompok Egianus Kogoya itu TNI-Polri,” ujar Theo kepada BenarNews, “mereka masih menyandera Pilot Susi Air dan pembunuhan tersebut bisa membuat orang Papua marah sama mereka.”

Perluas pencarian pilot

Faizal juga mengatakan Operasi Cartenz telah melakukan perluasan lokasi pencarian terhadap pilot Susi Air Kapten Philip Mark Mehrtens yang masih disandera oleh kelompok Egianus.

"Memang saat ini usaha kita sudah perluas pencarian di dua kabupaten yakni Kabupaten Nduga dan Lanny Jaya," ujarnya, menyebut wilayah yang berada di Provinsi Papua Pegunungan itu.

Faizal menegaskan tidak ada batas waktu untuk melakukan pencarian dan penyelamatan warga negara Selandia Baru itu.

Dia mengaku mengutamakan pendekatan lunak lewat negosiasi dengan tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh adat setempat.

"Kita masih berusaha maksimal. Kami terus bertekad untuk berusaha mendapatkan, menemukan dan menyelamatkan pilot Philip Mark," kata dia.

Pesawat Pilatus PC-6 Porter milik Susi Air terbang dari Mimika pada 7 Februari pagi dan mendarat dengan selamat di Distrik Paro, Kabupaten Nduga, provinsi Papua Pegunungan, sebelum dibakar oleh TPNPB.

Sang pilot, Mehrtens, ditangkap sedangkan lima penumpang lainnya yang merupakan warga Papua dibebaskan.

“Kami TPNPB …tidak akan pernah kasih kembali atau kasih lepas pilot yang kami sandera ini, kecuali NKRI mengakui dan lepaskan kami dari negara kolonial Indonesia,” kata Egianus Kogoya yang merupakan Panglima TPNPB Ndugama-Derakma dalam pernyataan tertulis yang diterima BenarNews saat itu.

Pizaro Gozali Idrus di Jakarta berkontribusi pada laporan ini.

 

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.