Analis: Pergantian Sekjen Tak Bakal Banyak Selesaikan Isu Internal ASEAN
2018.01.05
Jakarta

Dilantiknya Dato Lim Jock Hoi dari Brunei Darussalam sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) ASEAN periode 2018-2022 menggantikan pendahulunya, Le Luong Minh dari Vietnam, pada Jumat, 5 Januari 2018, dinilai analis tidak akan membawa banyak perubahan dalam menyelesaikan isu internal asosiasi sepuluh negara Asia Tenggara tersebut.
Pengamat ASEAN dari The Habibie Center, Muhammad Arif, mengatakan pergantian sekjen sendiri tidak akan berpengaruh banyak terhadap berbagai persoalan internal ASEAN selama para anggotanya bungkam terhadap upaya penyelesaiannya, seperti pada krisis kemanusiaan Rohingya di Myanmar.
“Kalau menurut saya there’s a reason why pergantian sekjen ASEAN itu tidak pernah diberitakan ke kita karena he/she is not important. Memang strukturnya tidak memungkinkan sekjen untuk punya power,” ujar Arif kepada BeritaBenar, Jumat.
Hanya saja, sekjen yang baru menurut Arif cukup menarik. Dato Lim Jock Hoi adalah mantan ketua tim negosiator perdagangan Brunei Darussalam dan mantan kepala negosiator untuk menghadapi Trans Pacific Partnership.
“Kalau misalnya ada ruangan bagi dia untuk berkiprah, mungkin akan lebih ke sisi ekonomi. Brunei juga tidak terlalu bersinggungan dengan Marawi atau Rohingya,” ujar Arif.
Arif sendiri menilai aktifnya Indonesia dan Malaysia dalam penyelesaian krisis Rohingya menunjukkan itikad baik kedua negara. Namun di sisi yang lain juga menunjukkan kalau pengaruh politik domestik sebenarnya semakin besar dalam kebijakan luar negeri di negara-negara di ASEAN.
“Bahwa Indonesia kemudian cukup aktif di Myanmar itu kan politik domestik pemerintah dalam berusaha memenangkan Moslem culture. Di Malaysia, Najib sangat berusaha untuk menggunakan isu Rohingya untuk memenangkan swing voters,” ujarnya.
“Jadi sudah dicampur dengan kepentingan politik domestik. Sebenarnya hal ini tidak sehat untuk ASEAN, karena kepentingan kebijakan luar negeri masing-masing negara tidak lagi kolektif dan tidak lagi berdasarkan semangat kawasan,” tegas Arif.
Tantangan regional dan global
Dalam upacara serah terima jabatan di Gedung Sekretariat ASEAN di Jakarta, Lim mengatakan bahwa ASEAN telah menunjukkan kemajuan luar biasa dalam beberapa tahun terakhir, terutama dengan resmi dibentuknya masyarakat ASEAN lewat penandatanganan Deklarasi Kuala Lumpur tahun 2015.
“Kawasan ASEAN mampu untuk terus menjaga perdamaian, stabilitas dan keamanan, dan menunjukkan pertumbuhan dan pembangunan yang cepat. Secara global, ASEAN juga tumbuh sebagai pelaku ekonomi yang teramat penting,” ujar Lim dalam sambutannya.
Untuk itu ke depannya, lanjut Lim, ASEAN diharapkan terus mampu menjawab tantangan regional dan global.
“Karena dunia tengah memperhatikan ASEAN saat ini, bagaimana kita menjaga upaya integrasi terus berjalan, dan merespon isu-isu yang berkembang dengan cepat. Untuk itu, amat penting bagi ASEAN untuk tetap bersatu,” katanya.
Sementara itu Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi menggarisbawahi sejumlah tantangan ASEAN yang masih belum terselesaikan saat ini; sengketa batas wilayah negara, terorisme, perdagangan manusia, dan juga konflik di sejumlah negara yang mampu mempengaruhi kawasan itu.
“Oleh karena itu, peran Sekjen yang sekarang untuk membawa ASEAN maju ke depan itu sangat penting. Kerja ASEAN ditetapkan di dalam pertemuan-pertemuan ASEAN sehingga sekjen ASEAN tidak memiliki prioritas yang berbeda dengan negara anggota dengan ASEAN secara keseluruhan,” ujar Menlu.
50 tahun kedua
Menlu Retno menambahkan kiprah ASEAN selama 50 tahun pertama sejak berdiri telah berkontribusi luas dalam menciptakan ekosistem yang stabil dan makmur.
“Untuk itu, dalam paruh waktu 50 tahun kedua, ASEAN diharapkan tak hanya mampu terus menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan, namun juga berkontribusi lebih di dunia.
Terkait hal tersebut, Arif dari The Habibie Center berharap memasuki fase 50 tahun kedua, ASEAN dapat mencari kepentingan bersama yang kembali bisa menyatukan negara-negara anggotanya.
“Kalau 50 tahun kemarin kan semua orang nostalgia bagaimana dulu perang dingin berhasil dicegah. Tugas 50 tahun kedepannya adalah, kalau mau tetap relevan, mencari collective interest sepuluh negara ASEAN ini”
Hari Jumat itu Menlu Retno dan Sekjen ASEAN yang baru berkesempatan untuk meletakkan batu pertama Gedung Sekretariat ASEAN yang baru, yang terletak di kompleks yang sama di Jalan Sisingamangaraja, Jakarta Selatan.
Gedung yang dibangun di atas tanah seluas 11.369 m2 tersebut diharapkan selesai dibangun pada 2019.