Pemerintah Selidiki Laporan Turis Cina yang Positif Corona Pasca Kunjungan ke Bali

Pariwisata di Pulau Dewata lesu dengan ditutupnya penerbangan dari Cina.
Anton Muhajir
2020.02.12
Badung, Bali
200212_ID_Cina_corona_anton_1000.jpeg Seorang turis berjalan di depan deretan perahu cepat yang sedang diparkir di Tanjung Benoa, Bali, Selasa (11/2/2020). Virus corona berdampak pada sepinya turis Cina di Bali.
Anton Muhajir/BenarNews

Dinas Kesehatan Provinsi Bali akan menginvestigasi informasi tentang seorang wisatawan Cina asal Wuhan yang sempat melakukan perjalanan ke Bali bulan lalu yang diketahui terjangkit virus corona setibanya di kota Huainan, Provinsi Anhui, Cina, sementara pariwisata Bali mulai terkena dampak negatif dari isu global virus mematikan itu.

“Kami harus cek tanggal berapa dia berada di Bali, masa inkubasi virus corona adalah 14 hari. Kami belum tahu di mana dia tertular; apakah dia tertular sebelum tiba di Bali atau apakah ia terinfefksi ketika ia telah kembali ke Cina,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr. Ketut Suarjaya, seperti dikutip di The Jakarta Post, Rabu (12/2/2020), menanggapi laporan itu.

Ia mengatakan akan menindaklanjuti informasi itu dan “tentu saja, akan meningkatkan kewaspadaan.”

Menurut laporan media, hingga kini tercatat 32 pasien suspect Corona pernah dirawat di RS Sanglah di Bali, dimana 30 diantaranya sudah dinyatakan negatif Corona. Dua pasien lainnya, masih menjalani observasi di RS itu.

Hingga saat ini pemerintah Indonesia mengatakan belum ada kasus virus corona di Indonesia, sementara di negara asal merebaknya penyakit itu, Cina, hingga Rabu virus corona telah menewaskan 1,113 orang, sementara 44,653 orang lainnya positif tertular.

Sepi

Walaupun menurut pemerintah belum ada kasus virus corona di Indonesia, isu global virus itu telah berdampak buruk pada pariwisata Bali.

Wisatawan Cina adalah yang turis asing terbesar kedua di Bali setelah Australia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Bali menyebutkan, sepanjang tahun 2019, turis Cina mencapai 1.186.057 orang (18,9 persen) dari total 6.275.210 turis asing di pulau ini. Adapun turis Australia sebanyak 1.241.128 (19,78 persen).

Suasana pantai di Tanjung Benoa, salah satu lokasi favorit bagi turis Cina di Bali, terlihat lengang beberapa minggu terakhir ini. Jetski dan kapal cepat lebih banyak yang terparkir di pinggir pantai. Padahal, pantai di bagian selatan Bali di dekat Nusa Dua ini menjadi salah satu pusat wisata air.

Namun, setelah virus corona mulai menjadi isu global sejak awal tahun ini, jumlah turis Cina di Bali terus menurun. Puncaknya setelah pemerintah Indonesia melarang penerbangan langsung dari Cina ke Indonesia dan sebaliknya pada 5 Februari.

“Sudah sebulan ini sepi. Dari pagi baru dapat tiga tamu,” kata Sebastian, salah satu pengendara perahu pisang (banana boat) di Tanjung Benoa. Pada hari biasa, menurutnya, dia bisa dapat 100 penumpang banana boat per hari.

Sebastian mengatakan tempat kerjanya sudah memotong hari kerja staf. Bahkan beberapa operator di Tanjung Benoa sudah merumahkan stafnya.

Tak hanya operator wisata air, restoran dan agen perjalanan di Bali pun kini di bawah ancaman tutup setelah turis Cina tak lagi bisa datang ke Bali sejak 5 Februari 2020 lalu. Beberapa restoran khusus turis China di Tanjung Benoa pun sudah tutup.

“Efeknya bisa ke mana-mana,” kata Mei Lan, Ketua Bali Liang, salah satu divisi Asosiasi Agen Perjalanan Indonesia (ASITA) Bali yang menangani turis Cina, kepada BenarNews.

Kepala Dinas Pariwisata Bali, I Putu Astawa, mengatakan dampak terbesar tidak adanya turis Cina di Bali tersebut terutama di daerah-daerah yang selama ini mengandalkan turis Cina, seperti Tanjung Benoa dan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung.

“Turis Cina sangat penting bagi pariwisata Bali. Apalagi memang ada pelaku yang khusus menyasar mereka,” tambah Astawa.

Dari sisi angka, Ketua ASITA Bali, I Ketut Ardana, mengatakan ada sekitar 10.000 turis Cina yang sudah membatalkan kedatangannya sejak virus corona mulai merebak. Dengan pengeluaran per hari mereka sekitar USD 1.200, artinya kerugian sekitar USD 12 juta akibat pembatalan tersebut. Belum lagi dengan kerugian setelah dilakukan penutupan penerbangan Cina ke Bali dan sebaliknya.

Tak bisa pulang

Sementara turis Cina tidak bisa datang ke Indonesia, sebagian lain justru tidak bisa kembali ke negara asalnya, sejak diberlakukannya larangan terbang dari Cina ke Indonesia dan sebaliknya,

Di sisi lain, pemerintah Indonesia melalui Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) Yasonna Laoly mengeluarkan Peraturan Menteri tentang penghentian sementara bebas visa kunjungan bagi turis Cina pada 6 Februari 2020 lalu. Akibatnya, turis Cina pun kini tak bisa leha-leha karena harus segera kembali ke negaranya.

Akibatnya, turis yang sudah telanjur di Bali pun harus memperpanjang masa tinggalnya. Sebagian turis sudah mendaftarkan diri.

Menurut Hasanudin, Kepala Divisi Keimigrasian Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kanwil Kumham) Bali hingga Rabu terdapat 241 warga Cina yang meminta perpanjangan izin tinggal.

Data tersebut berasal dari dua kantor Imigrasi di Bali yaitu Denpasar dan Ngurah Rai. Belum ada dari kantor Imigrasi di Singaraja, Bali bagian utara.

Sebelumnya, pada Sabtu pekan lalu, Konsulat Jenderal China di Bali sudah memulangkan 61 turis Cina meski mereka diberi hak untuk memperpanjang masa tinggal di Indonesia. Mereka umumnya dari Wuhan dan ingin segera pulang, demikian menurut laporan BBC Indonesia.

Tidak ada data pasti berapa jumlah turis Cina yang masih di Bali setelah tidak ada penerbangan dari Cina ke Indonesia dan sebaliknya. Bahkan Hasanudin pun tidak bisa memastikan. “Karena yang berada di Bali, tidak selalu masuk dari Ngurah Rai. Bisa saja jadi Medan, Batam, Jakarta, baru ke Bali. Jadi tidak bisa kita hitung,” katanya.

Menurut Hasanudin, pihak Imigrasi hanya memiliki jumlah WNA Cina yang datang dan pulang melalui Bandara Ngurah Rai. Dari selisih antara WNA Cina yang masuk dan kembali, Hasanudin memperkirakan ada 5.700 WNI Cina di Indonesia. “Bukan hanya di Bali, tapi bisa saja di Surabaya, Batam, atau daerah lain,” katanya.

Belum adanya kasus positif virus corona yang terkonfirmasi di Indonesian telah mengundang pertanyaan di dalam dan di luar negeri.

Penelitian oleh ahli Universitas Harvard di AS pekan lalu mempertanyakan tentang belum adanya kasus positif virus corona di Indonesia mengingat banyaknya penerbangan ke Indonesia dari Wuhan, yang merupakan pusat dari wabah virus itu.

Laporan itu ditepis oleh Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.

"Itu namanya menghina, wong peralatan kita kemarin di-fix-kan dengan Duta Besar Amerika Serikat (AS). Kita menggunakan kit-nya (alat) dari AS," ujar kata Terawan hari Selasa seperti dikutip Kompas.com.

"Kita terbuka kok, tidak ada yang ditutup-tutupi. Tapi kalau disuruh compare ke negara lain itu namanya ada MTA, Material Transfer Agreement-nya. Tidak boleh material itu dibawa keluar, ada perjanjian luarnya," ujarnya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.