Holy Journey, Pesan Damai Pasangan Pesepeda Asal Malang
2016.12.22
Malang

Pasangan suami-istri, Hakam Mabruri (34) dan Rofingatul Islamiah (34), duduk di sadel sepeda tandem. Kompak mengenakan kaus berwarna hitam bertulis “Holy Journey From Indonesia to Egypt.”
Bercelana olahraga dan mengenakan sandal gunung, mereka mulai mengayuh sepeda tandem dari Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu, 17 Desember 2016.
Keduanya selaras mengayuh pedal setelah Bupati Malang, Rendra Kresna, mengibarkan bendera start untuk memulai perjalanan keliling dunia.
Diiringi sejumlah komunitas, termasuk sepeda antik, mereka beriringan meninggalkan pelataran stadion. Senyum mengembang di wajah keduanya.
Perjalanan yang diperkirakan ditempuh selama setahun membawa pesan perdamaian ke semua agama dan suku di negara-negara yang dilintasi. Mereka juga akan membagikan brosur berisi ajakan hidup damai, membangun toleransi dan merawat keberagaman.
Kampanye akan dilakukan melalui sejumlah kelompok agama. Komunitas sepeda dan Peace Generation beranggotakan komunitas agama yang tersebar di seluruh dunia akan membantu mereka berinteraksi.
Hakam dan istri yang berlatar belakang santri mengaku resah dengan kekerasan dan intoleran di sejumlah negara, termasuk tanah air, seperti pelarangan dan penutupan tempat ibadah.
“Sadar, saya bukan siapa-siapa. Tak bisa mengubah dunia, berkampanye dengan bersepeda lebih mudah,” kata Hakam kepada BeritaBenar sebelum memulai misi untuk membawa pesan damai.
Pasangan yang juga aktif dalam Gerakan Pemuda Ansor Malang ini telah menyiapkan diri selama beberapa bulan, termasuk fisik, mental, dokumen, dan logistik selama perjalanan.
Butuh dana Rp.95 juta untuk merealisasikan rencana bersepeda bersama istri. Dana berasal dari sumbangan dan penjualan cinderamata “Holy Journey Cycling Trip.”
Sejauh ini baru terkumpul Rp10 juta, namun Hakam dan Rofingatul tetap bertekad melanjutkan perjalanan dan berharap datangnya keajaiban.
“Saya yakin akan banyak dukungan dan bantuan di sepanjang perjalanan,” katanya.
Tiga tahun lalu, Hakam pernah berkeliling Indonesia melintasi Malaysia dan Brunei Darussalam dengan mengayuh sepeda untuk kampanye stop perburuan penyu.
“Ada yang menganggap misi kami ini konyol, tapi saya ingin menunjukkan kalau kami serius dan bisa,” katanya.
Semangat Wali Songo
Perjalanan dimulai dengan rute ke makam Wali Songo. Mereka akan berziarah ke makam Sunan Ampel (Surabaya), Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim, Sunan Giri (Gresik) Sunan Bonang (Tuban), Sunan Drajat (Lamongan), Sunan Kudus, Sunan Muria, Sunan Kalijaga (Demak) dan Sunan Gunung Jati (Cirebon).
Hakam mengaku tujuan berziarah untuk membawa spirit Wali Songo yang menyebarkan agama Islam dengan penuh kesantunan. Tak ada kekerasan dan mencegah perpecahan antar-agama.
“Ada nilai toleransi dan menghargai budaya. Berdakwah dilakukan dengan pendekatan budaya,” ujarnya.
Mereka juga ingin menghapus stigma terhadap Islam yang dianggap penuh dengan kekerasan, dekat radikalisme dan terorisme. Islam di Indonesia, katanya, bersahabat dan mengedepankan perdamaian.
Rofingatul mengaku telah mempersiapkan fisik dan psikis untuk bersepeda dengan suaminya.
Bersepeda keliling dunia merupakan cita-citanya sejak menikah dua tahun lalu dan sekaligus memperkuat jiwanya setelah anak pertamanya lahir prematur dan meninggal serta keguguran saat mengandung anak kedua.
“Saya suka bersepeda dan pecinta alam, suka naik gunung,” katanya.
Dia pernah bersepeda keliling Jawa Timur dan berlatih bersepeda tandem dengan Hakam. Rofingatul berharap perjalanan mereka lancar dan tak ada halangan.
Seluruh perbekalan telah disiapkan, meliputi pakaian, obat-obatan, makanan, suku cadang sepeda, tenda dan perlengkapan lain.
Tak banyak bekal yang dibawa karena menyesuaikan dengan kantung tersedia di sepeda.
Mereka juga telah mengurus visa untuk masuk ke sejumlah negara yang akan dilaluinya.
Untuk berkomunikasi dengan penduduk lokal, mereka akan dibantu tim komunitas sepeda di setiap negara.
“Saya berbahasa Inggris, suami berbahasa Arab,” katanya.
Daerah konflik
Hakam mengaku telah berkomunikasi dengan pegiat sepeda di Myanmar. Mereka diharapkan bisa memandu saat berada di Myanmar.
Kepada komunitas Buddha Myanmar, dia akan menyampaikan jika umat Buddha di Indonesia duduk berdampingan, saling menghormati dan melindungi.
Untuk itu, ia akan menyerukan perdamaian agar tak ada lagi kekerasan, termasuk yang dialami etnis muslim Rohingya.
“Ada aktivis yang bersedia membantu,” ujarnya.
Jika tak memungkinkan masuk Myanmar, mereka menyeberang dari Kuala Lumpur langsung ke Kathmandu, Nepal, menumpang pesawat terbang.
Mereka juga akan melakukan perjalanan spiritual ke Makkah dan Madinah, untuk menunaikan ibadah umroh. Kemudian, melanjutkan perjalanan ke Israel melalui Yordania. Mereka tak akan menyeberang ke Jalur Gaza.
Tim resmi Holy Journey, Amirudin menuturkan akan memantau perjalanan dan berkomunikasi dengan Hakam dan Rofingatul melalui media sosial. Kalau dibutuhkan peralatan dan kebutuhan lain, akan dipasok dari Malang.
“Semua sudah siap, semoga lancar,” harapnya.
Bupati Malang Rendra Kresna berpesan agar keduanya menjaga kesehatan. Jika ada kendala jangan segan mengontaknya.
“Hakam dan istrinya bukan hanya duta Malang, tetapi duta Indonesia untuk menyampaikan pesan perdamaian,” kata Rendra.
Ketua Gerakan Pemuda Ansor Cabang Malang, Hasan Abadi, juga membantu jaringan komunitas perdamaian dunia lintas agama. Dia berharap pesan perdamaian pasangan suami istri itu tepat sasaran dan sesuai dengan misi yang diembannya.
“Islam Nusantara, Rahmatan Lil Alamin, menjadi pegangan kaum Muslim di Indonesia,” ujarnya.