Wakil Menlu AS: Kami Tidak Paksa Negara Lain Untuk Memilih AS atau China
2021.11.30
Jakarta

Amerika Serikat tidak memaksa negara-negara ASEAN untuk memilih di tengah persaingan AS dan China, demikian dikatakan Asisten Menteri Luar Negeri AS Daniel Kritenbrink dalam kunjungannya ke Indonesia dalam rangka menunjukkan komitmen Washington terhadap Asia.
Meski membantah bahwa kunjungannya dimaksudkan bagian dari upaya menangkal pengaruh China, Kritenbrink menyatakan keprihatinannya dengan tindakan agresif Beijing di Laut China Selatan yang menurutnya dapat merusak tatanan hukum internasional.
“AS punya begitu banyak teman selama bertahun-tahun di Asia Tenggara, yang selalu berkata jangan suruh kami memilih antara Amerika Serikat dan China,” katanya dalam temu wartawan di Jakarta.
“Kami tidak memaksa negara lain untuk membuat pilihan. Kami hanya mendukung mitra dan teman kami sehingga Anda memiliki keputusan atas kedaulatan Anda dan bahwa Anda bebas untuk membuat pilihan itu. Itulah yang kami perjuangkan,” tambahnya.
Dalam kunjungannya ke Jakarta, Kritenbrink bertemu dengan beberapa pejabat seperti Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Perdagangan Muhammad Luthfi dan pejabat Kadin Indonesia.
Selain Jakarta, Kritenbrink juga akan melakukan perjalanan keliling negara Asia lainnya seperti Kuala Lumpur, Singapura dan Bangkok sebelum mengakhiri perjalanannya pada 4 Desember 2021.
Sebelumnya, dalam pertemuan ASEAN-China pekan lalu, Presiden China Xi Jinping mengumumkan dibentuknya kemitraan strategis komprehensif dengan ASEAN di tengah upayanya untuk menancapkan pengaruhnya di kawasan regional itu.
China berjanji untuk memberikan bantuan pembangunan senilai $1,5 miliar ke negara-negara ASEAN dan membeli produk pertanian senilai hingga $150 miliar dalam beberapa tahun ke depan. China juga berjanji tidak akan mengecilkan negara-negara tetangganya dan akan menjaga stabilitas di Kawasan.
Kritenbrink memperkirakan kompetisi antara AS dan China akan semakin intens, namun Washington menginginkan persaingan yang sehat.
“Jika melihat beberapa tindakan agresif yang dilakukan China di ranah maritim, termasuk di Laut China Selatan dan Timur, poin utama saya adalah bahwa kami fokus pada kompetisi, tetapi kompetisi yang bertanggung jawab,” kata dia.
“Oleh karena itu kami percaya kami juga perlu memiliki diplomasi yang intens, untuk memastikan tidak ada semacam kesalahan perhitungan yang dapat menyebabkan konflik yang tidak disengaja,” ujarnya.
Diketahui sebelumnya, kapal penjaga pantai China menyetop dan menyemprotkan air ke arah dua kapal Filipina yang membawa pasokan untuk tentara di wilayah sengketa Ayungin Shoal di Laut China Selatan dan memaksa kapal Filipina berbalik arah.
Kritenbrink menjelaskan Indonesia sangat penting bagi Amerika Serikat karena menjadi salah satu negara besar di dunia yang memainkan peran di berbagai sektor termasuk kesehatan, perubahan iklim dan keamanan.
“Saya di sini bukan untuk fokus pada satu negara (China). Tetapi fokus saya lagi adalah pada menumbuhkan kemitraan strategis yang luar biasa ini.”
Indo-Pasifik dan AUKUS
Amerika juga berjanji mendukung sentralitas ASEAN di kawasan Indo-Pasifik karena blok regional ini diyakini sebagai pusat tatanan di Indo-Pasifik. Menurutnya, pakta keamanan yang dijalin AS dengan Australia dan Inggris - AUKUS – dan Quad – dialog keamanan empat pihak yang melibatkan AS, India, Jepang dan Australia - dirancang untuk kemakmuran bersama di kawasan.
“Kami tidak sama sekali bersaing dengan sentralitas ASEAN atau melemahkan sentralitas ASEAN, justru saya berpendapat sebaliknya. ASEAN dengan 10 negara anggota itu sangat penting, sentralitas ASEAN bagi kami sangat berarti.”
Menurut dia, AUKUS bertujuan memajukan kepentingan bersama terkait keamanan, kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat serta teknologi dan hal tersebut, ujar dia, akan berkontribusi pada perdamaian.
“Selanjutnya juga berkontribusi pada sentralitas ASEAN. Tidak diragukan lagi bahwa keterlibatan ekonomi Amerika dengan kawasan Indo Pasifik sangat penting.”
Kritenbrink mengatakan AS ingin memfokuskan kerjasama yang dapat menyelesaikan beberapa masalah utama terkait rantai pasokan ketahanan, ekonomi digital, fasilitasi perdagangan energi bersih, termasuk masalah yang berkaitan dengan tenaga kerja.
Kritenbrink juga menyinggung keprihatinan AS terhadap krisis politik di Myanmar dan pengaruhnya dalam perdamaian dan stabilitas di kawasan. Pihaknya menegaskan mendukung lima poin konsensus ASEAN untuk penyelesaian masalah Myanmar
Pihaknya memuji Indonesia dan ASEAN secara keseluruhan atas kepemimpinn yang ditujukan dalam penyelesaian isu di Myanmar.
“Amerika Serikat telah meminta Myanmar untuk menghentikan kekerasan yang dilakukan terhadap rakyat dan mendorong untuk kembali ke jalan demokrasi. Kami memberikan apresiasi atas kepemimpinan yang ditunjukkan di dalam ASEAN. Kami memuji ASEAN atas pendiriannya yang kuat,” kata dia.
Dia juga memuji keputusan Indonesia dan ASEAN untuk tidak mengundang pemimpin militer Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing ke pertemuan tingkat tinggi blok regional itu bulan Oktober lalu dan pertemuan dengan China baru-baru ini.
“Kami memuji Indonesia dan mitra kami atas sikap kuatnya bahwa mereka telah mengambil keputusan untuk melewatkan perwakilan Myanmar di semua pertemuan ASEAN baru-baru ini,” tambahnya.
Perkuat sinyal
Peneliti senior dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), Rizal Sukma, mengatakan kunjungan Amerika Serikat memberi sinyal bahwa AS berkomitmen untuk memperkuat keterlibatannya di Asia Tenggara.
“Pertama, tentu saja, minat baru AS di Asia Tenggara tidak dapat dipisahkan dari latar belakang persaingan AS-China,” kata Rizal kepada BenarNews.
“Kedua, tidak ada jaminan bahwa keterlibatan AS ini akan berkelanjutan, karena kita telah belajar bahwa politik AS dapat sekali lagi berubah dan kebijakannya akan berubah lagi,” tambahnya.
Presiden Joe Biden turut serta dalam konferensi tingkat tinggi dengan pemimpin ASEAN bulan Oktober. Sebelumnya Donald Trump absen selama empat tahun dalam KTT dengan negara Asia Tenggara.
Pada bulan Agustus, Wakil Presiden AS Kamala Harris berkunjung ke beberapa negara Asia Tenggara, tapi dia tidak mampir di Indonesia.
Bulan sebelumnya, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin tidak menginjakkan kaki di Indonesia dalam lawatannya Singapura, Vietnam, dan Filipina.
Pakar hubungan internasional dari Universitas Indonesia (UI), Muhammad Arif menilai kunjungan Kritenbrink patut disambut baik karena menunjukkan komitmen AS untuk terlibat secara membangun di Asia Tenggara.
“Pernyataan Kritenbrink bahwa AS tidak memaksa negara-negara di kawasan itu untuk memilih antara AS dan China juga patut diapresiasi. Namun, kunjungan asisten menteri luar negeri tidak dapat mengimbangi kurangnya keterlibatan tingkat yang lebih tinggi,” ujarnya kepada BenarNews.
“Banyak yang masih menyayangkan bahwa Jakarta dilewati dalam tur Asia Tenggara sebelumnya oleh wakil presiden dan anggota kabinet AS,” katanya.