Lagi, Bom Bunuh Diri Melibatkan Keluarga Terjadi di Surabaya

Kapolri mengatakan pelaku pemboman di Surabaya berasal dari jaringan yang sama, Jamaah Ansharut Daulah.
Yovinus Guntur
2018.05.14
Surabaya
180514-ID-more-bomb-620.JPG Polisi mengarahkan senapan terhadap seseorang setelah terjadi ledakan di Markas Besar Kepolisian Kota Besar Surabaya, 14 Mei 2018
Antara/Didik Suhartono/Reuters

Setelah pemboman sejumlah gereja sehari sebelumnya, Markas Besar Kepolisian Kota Besar (Mapolrestabes) Surabaya menjadi target aksi bom bunuh diri, sehingga menewaskan empat pelaku dan melukai 11 orang lain, termasuk empat polisi.

Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian mengatakan aksi bom bunuh diri yang terjadi pukul 8:50 WIB yang diduga dilakukan sekeluarga berjumlah lima orang – terdiri dari ayah, ibu dan tiga anak menggunakan dua sepeda motor.

“Empat orang meninggal, anak (berusia 8 tahun) terlempar (dari sepeda motor) dan masih selamat,” katanya dalam jumpa pers di Mapolda Jawa Timur.

Ini adalah serangan bom bunuh diri kedua melibatkan satu keluarga di Surabaya selama dua hari terakhir yang menurut polisi dilancarkan Jamaah Ansharut Daulah (JAD), yang berafiliasi dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Pada Minggu pagi, Dita Apriyanto (47) bersama istrinya Puji Kuswati (43) serta empat anak mereka melakukan serangan terhadap tiga gereja sehingga menewaskan 14 orang termasuk keenam pelaku dan melukai 43 orang lainnya.

Dalam rekaman CCTV yang beredar di media sosial, sejumlah polisi sedang memeriksa satu mobil di pintu gerbang masuk Mapolrestabes Surabaya. Tiba-tiba datang dua sepeda motor. Dalam hitung detik, terjadi ledakan.

Di antara puing ledakan itu, bocah perempuan berjilbab bangun dan tampak linglung. Lalu, Kasat Narkoba Polrestabes Surabaya, AKBP Roni Faisal mengambilnya dan menggendong si bocah menjauh dari puing yang masih mengeluarkan asap.

Saat diselamatkan, kondisi anak kecil tersebut berlumuran darah dan berjalan sempoyongan sambil melihat dua orang dewasa yang diduga orang tuanya tergeletak tak jauh dari sepeda motor.

Anak kecil yang bernama Ais itu, pasca kejadian langsung dirujuk ke RS PHC Surabaya, kata Kabid Humas Polda Jawa Timur, Kombes Pol. Frans Barung Mangera.

Beberapa saat sebelum serangan di Mapolrestabes, kata Barung, Densus 88 menembak mati dua terduga teroris di Sidoarjo karena berusaha melawan petugas ketika hendak ditangkap. Di sini, polisi mengamankan tiga orang lainnya.

Polisi juga menciduk tiga terduga teroris di Jembatan Merah Surabaya, katanya dalam jumpa pers.

Penangkapan para terduga teroris itu, tidak berapa lama setelah terjadi ledakan di lantai 5 rumah susun Wonocolo, Sidoarjo, yang menewaskan tiga orang - termasuk pelaku Anton Ferdiantono (46), dan mencederai satu anak-anak.

Pribadi Terduga Teroris

Rentetan peristiwa peledakan yang terjadi dalam dua kurun waktu terakhir ini, semuanya melibatkan seluruh keluarga.

Dari beberapa orang yang berhasil ditemui BeritaBenar menyebutkan, kalau terduga teroris bersikap tertutup.

Ketua RT rusun Wonocolo Pungky Haryanto mengatakan, Anton Ferdiantono dan keluarganya dikenal agak tertutup dan jarang melakukan komunikasi dengan warga lainnya.

“Mereka jarang ikut membaur dengan warga. Biasanya ketika langsung datang, masuk kamar. Jarang pintu rumah terbuka,” ujarnya.

Pungky menambahkan, dalam kesehariannya, Anton dan istrinya berjualan kue. Setiap pagi, istri membuat kue dan Anton menitipkannya pada warung-warung yang berada tidak jauh dari rusun. Sedangkan, ketiga putra Anton menempuh pendidikan secara homescholing.

Meski terkesan tertutup, selama ini tidak ada yang mencurigakan dari keluarga terduga teroris ini. Mereka bersikap biasa saja dan tidak ada tamu yang mencurigakan di tempat tinggalnya.

Sikap senada juga ditunjukkan oleh pelaku peledakan tiga gereja di Surabaya, yakni Dita Upriyanto dan istrinya Puji Kuswati.

"Memang tertutup dan tidak pernah keluar rumah. Jarang bersosialisasi dengan warga sekitar. Pekerjaannya kadang-kadang membuat jamu tradisional,” kata Adi, Ketua Sub RT 02/RW03 Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut Surabaya, menambahkan kalau keluarga Dita sering menerima tamu dari luar wilayah perumahan.

Sementara itu, Supardi, Ketua RT 18/RW 05 Perumahan Puri Maharani, Sidoarjo tidak percaya keterlibatan Budi Satrio dalam jaringan terorisme. Menurutnya, Budi Satrio selama ini dikenal baik dan tidak memiliki masalah dengan siapapun.

“Setahu saya, Pak Budi memiliki home industri sabun di rumahnya. Kok tiba-tiba tertangkap sebagai teroris dan ditemukan barang bukti berupa bahan-bahan kimia yang diduga sebagai elemen bahan peledak,” terangnya.

Jamaah Ansharut Daulah

Kapolri Jendral Tito Karnavian dalam keterangan persnya di Polda Jatim menyebutkan, Anton Ferdiantono adalah teman dekat Dita.

Bom pipa yang ditemukan di rumah Anton mirip dengan bom yang ditemukan di tiga gereja di Surabaya. Bom ini mengandung triacetone triperoxide.

“Mereka memilih Surabaya, karena mereka menguasai daerah ini. Mereka melakukan aksi ini, karena pimpinan mereka ditangkap. Instruksi juga dari ISIS sentral di Suriah,” ujar Kapolri.

Pengamat dari The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harists Abu Ulya mengatakan, rentetan peristiwa yang terjadi di Surabaya dan Sidoarjo tersebut terorganisir dengan baik.

Menurutnya, apa yang terjadi ini jelas membutuhkan perencanaan dan persiapan yang baik dan tujuan kali ini adalah untuk mengganggu proses Pilkada, Pileg, dan Pilpres.

Soal keterlibatan pelaku perempuan, Harist mengatakan, “Ini kasus baru. Pasca bom panci, kecondongannya ada minat dari perempuan untuk menjadi pengantin atau eksekutor,” ujar Harist.

Sedangkan menurut Kapolri fenomena bom bunuh diri dengan melibatkan perempuan bukan hal baru. Hanya saja, dalam peristiwa di Surabaya ini, pelaku berhasil melakukannya.

Yang baru adalah cara dengan menggunakan anak-anak.

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengimbau semua lembaga termasuk imigrasi dan unsur lain untuk waspada terhadap WNI yang telah pulang dari sejumlah negara rawan konflik termasuk Suriah karena ditakutkan membawa doktrin terorisme.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.