Polri Pastikan JAD di Balik Aksi Bom Bunuh Diri Medan

Dari sedikitnya 40-an yang ditangkap pasca bom Medan, dua diantaranya perempuan.
Rina Chadijah
2019.11.18
Jakarta
191118_ID_terrorism_1000.jpg Seorang polisi mengecek sebuah mobil di pintu gerbang Rumah Sakit Bhayangkara di Medan, Sumatra Utara, Sabtu, 16 November 2019.
AP

Kepolisian Republik Kepolisian (Polri) memastikan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) berada di balik aksi bom bunuh diri yang dilakukan Rabbial Muslimin Nasution (24) di Markas Kepolisian Resor Kota Besar (Mapolrestabes) Medan, Sumatra Utara (Sumut), Rabu lalu, 13 November 2019.

Pasca-aksi teror yang melukai enam orang tersebut, Densus 88 Polri telah menangkap lebih dari 40 terduga militan di sejumlah daerah, kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Pol. Dedi Prasetyo dalam jumpa pers di Jakarta, Senin, 18 November 2019.

Dari jumlah itu, menurutnya, 23 orang yang ditangkap di sejumlah wilayah di Sumut dan Aceh yang diyakini terkait dengan serangan bom bunuh diri tersebut.

“Perlu saya sampikan untuk wilayah Sumatra Utara, ini memiliki keterkaitan langsung dengan jaringan JAD dengan amirnya (pemimpin) saudara Y. Ini jaringannya meliputi Sumut dan Aceh,” kata Dedi.

Sebelumnya, berdasarkan hasil identifikasi sementara usai peristiwa itu, Polri menyebut Rabbial melakukan serangan sendiri atau lone wolf. Tapi hasil pengembangan, diketahui ada beberapa orang yang ikut merencanakan aksi tersebut.

Dedi menambahkan bahwa dua dari 23 orang tersangka yang diamankan di Sumut tewas dalam proses penangkapan yang dilakukan petugas di Kabupaten Deli Serdang pada Sabtu lalu.

Pria berinsial NP dan K, katanya, berupaya menyerang petugas dengan senjata airsoftgun dan senjata tajam, sehingga melukai seorang anggota Densus 88 di tangan dan punggung.

"Dua yang meninggal ini memiliki kualifikasi merakit bom, mereka yang merakit bom yang digunakan RMN" jelas Dedi.

Dedi merincikan dari hasil uji laboratorium forensik, bom yang dirakit mereka dan diledakkan Rabbial di Mapolrestabes Medan berbahan dasar black powder ditambah sejumlah zat kimia dan metal lainnya dengan kekuatan berdaya ledak rendah.

“Ini ada Labfor. Ada black powder, semuanya ini adalah low explosive,” ujar Dedi.

Dia menambahkan bahwa anggota JAD Sumut di bawah pimpinan Y alias Anto telah melakukan pelatihan militer di kawasan pegunungan Sibayak, Kabupaten Karo dan berbaiat kepada ISIS lewat seseorang pimpinan bernama Abdul Ibrahim Al-Hasim Al Quraish.

Anto telah ditangkap di sebuah loket bus di Jalan Sisingamangaraja, Medan.

“Dia leader, membait secara bersama kelompok tersebut kepada ISIS, dan memimpin latihan di Gunung Sibayak,” kata Dedi.

Para tersangka lain yang ditangkap dalam beberapa hari ini disebut punya keterkaitan dengan pelatihan militer itu dan beberapa dia ntaranya mengetahui rencana serangan yang dilakukan Rabbial.

Ada juga yang ditahan dan menjadi tersangka karena menyediakan tempat untuk pertemuan-pertemuan yang dilakukan kelompok JAD pimpinan Anto.

Selain ditangkap dalam penyergapan di sejumlah tempat, ada empat orang yang juga diyakini terlibat menyerahkan diri kepada kepolisian setelah didorong keluarga dan masyarakat.

“Kita mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat yang membantu menyadarkan empat orang itu,” ujar Dedi.

Dua perempuan

Dedi juga menyebutkan dalam kelompok JAD Sumut terdapat dua perempuan yang memiliki keterkaitan dan telah ditahan untuk penyelidikan lebih lanjut.

Pertama adalah DA, istri Rabbial, yang lebih dulu berbait kepada Anto daripada suaminya.

DA juga disebut berkomunikasi intens dengan Ika Puspitasari, narapidana terorisme yang mendekam di Lapas Kelas 2 Wanita, Tanjung Gusta, Sumut.

Pada 11 Oktober 2017, Ika divonis empat tahun penjara dan denda Rp50 juta oleh Pengadian Negeri Jakarta Timur.

Perempuan berusia 38 tahun yang bekas tenaga kerja wanita Indonesia di Hongkong tersebut dinyatakan bersalah karena ikut mendanai aksi teror ke beberapa markas kepolisian, seperti Bandung, Jawa Barat; Pekanbaru, Riau; dan Pekalongan, Jawa Tengah.

Polisi sempat menyebut Ika rencananya akan dijadikan pelaku bom bunuh diri pada malam pergantian tahun 2017. Namun dalam pertimbangan putusan, majelis hakim mengatakan tak menemukan fakta tersebut.

Selain berhubungan dengan Ika, sebut Dedi, DA juga ikut terlibat pelatihan militer kelompok Anto dan turut menyumbang bahan untuk bom yang akan diledakkan suaminya.

“Kemudian memberikan beberapa peralatan baik senjata tajam atau pelaratan lain dalam rangka membuat bom atau idad,” ujar Dedi.

Dedi menyebut perempuan kedua dalam kelompok pimpinan Anto adalah S, yang ikut terlibat dalam beberapa kegiatan yang digelar kelompok itu.

“S ini perempuan yang kedua, ditangkap di Medan pada tanggal 14 November. Ia masuk dalam kelompok JAD,” ujar Dedi.

Terus buru

Selain 23 orang yang terkait langsung dengan aksi bom bunuh diri Medan itu, Densus 88 Polri juga menangkap sejumlah orang di Pulau Jawa dan Kalimantan.

Rinciannya adalah tiga orang di Jakarta, empat orang di Banten, sembilan orang di Jawa Tengah, enam orang di Jawa Barat, dan satu orang di Kalimantan Timur.

“Densus 88 masih terus melakukan pengembangan terkait beberapa jaringan JAD baik di Jawa dan Sumatra,” kata Dedi.

Dedi mengatakan mereka yang ditangkap berpotensi melakukan aksi teror sehingga polisi terus memburu anggota JAD yang dikenal sebagai sel teroris paling aktif di Indonesia saat ini.

“Belum ditemukan ada kaitannya dengan kelompok JAD Anto. Belum ada keterkaitan ke sana. namun klompok ini memiliki potensi untuk lakukan aksi teroris di beberapa wilayah,” katanya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.