Polisi Amankan Tujuh Bom Rakitan Milik Kelompok Militan di Poso
2020.01.27
Palu

Aparat keamanan di Poso, Sulawesi Tengah, Senin (27/1/2020), mengamankan tujuh bom rakitan aktif dan sekarung bahan peledak milik kelompok militan bersenjata yang ditemukan warga dan diduga hendak digunakan untuk aksi serangan terorisme, demikian menurut polisi.
Bom dan bahan peledak itu ditemukan seorang warga bernama Arman, 41, di perkebunan kelapa Kelurahan Tegalrejo, Kecamatan Poso Kota Utara, pada hari Kamis pekan lalu.
“Sekarang semua temuan itu sudah diamankan tim Gegana Brimob Polda Sulteng,” terang Kapolres Poso, AKBP Darno, saat dihubungi BenarNews dari Palu melalui sambungan telepon seluler, Senin.
“Semua itu milik kelompok sipil bersenjata Mujahidin Indonesia Timur (MIT),” ujar Darno, merujuk pada kelompok militan yang telah berbaiat kepada Negara Islam (ISIS) yang ditengarai aparat dan pakar berada di belakang sejumlah aksi pembunuhan beberapa tahun terakhir.
Menurut Darno bom rakitan tersebut memiliki model yang sama dengan yang selama ini digunakan dan diproduksi MIT di Poso.
Ia menambahkan bom tersebut hendak digunakan untuk aksi teror di Poso.
“Sebelumnya memang kami sudah dapat laporan bahwa akan ada aksi peledakan bom pada Natal dan perayaan Tahun Baru lalu. Namun tidak berhasil karena antisipasi kami,”
“Kami menduga bom rakitan inilah yang hendak digunakan. Namun belum sempat digunakan, kelompok itu kemudian meninggalkan di perkebunan kelapa,” imbuh Darno.
Dijelaskan Darno, Arman sedang memasang jerat babi di sekitar perkebunan ketika dia melihat benda mencurigakan di antara bebatuan.
Karena penasaran dan takut, Arman kemudian melaporkan temuannya itu ke anggota Babinsa TNI yang kebetulan sedang melakukan patroli di pemukiman.
“Jadi masuk laporan ke anggota TNI, kemudian diteruskan kepada kami, lalu olah TKP dilakukan,” ungkap Darno.
10 DPO
Sebelumnya, Polda Sulteng mengatakan masih ada 10 anggota MIT yang masuk daftar pencarian orang (DPO).
Kabid Humas Polda Sulteng, Kombes Pol. Didik Supranoto, mengatakan, bahwa operasi dengan sandi Tinombala untuk menangkap 10 DPO yang tersisa masih terus dilakukan.
“Operasi kali ini akan terus berjalan sampai para DPO tertangkap hidup atau pun mati,” tegasnya.
“Instruksi itu sesuai perintah Kapolri saat datang ke Palu beberapa waktu lalu,” lanjut Didik.
Menurutnya, Polri yang bekerjasama dengan TNI tidak akan berhenti memburu Ali Kalora Cs, pimpinan komplotan itu sekarang, dan fokus untuk melakukan penangkapan dengan mempersempit ruang gerak kelompok itu di hutan dan pegunungan.
“Termasuk jalur keluar dan masuk Poso juga kami perketat keamanannya,” pungkas Didik.
Sementara itu, Anggota Komisi III DPR RI, Ahmad M. Ali, menilai semua titik di hutan dan pegunungan Poso yang dicurigai sebagai jalur pelarian MIT harus diblokir.
Selain itu, jalur suplai logistik ke hutan dan pegunungan juga perlu diputus.
“Kalau dibuat seperti itu pasti pergerakan kelompok tersebut makin sempit. Nah, kalan sempit kan bisa mempermudah Polri dan TNI untuk menangkap,” ujarnya saat dimintai keterangan terpisah.
Ahmad menambahkan, tidak mungkin kelompok tersebut terus bertahan hidup kalau tanpa dukungan logistik dari simpatisan yang ada.
“Simpatisan itu juga perlu dimonitor. Kalau semua sudah diputus, pasti kelompok tersebut bisa dimusnakan,”
“Kalau cuman dibiarkan, yah akan seperti saat ini. Kelompok itu bebas untuk terus menebar teror,” pungkasnya.
Antisipasi pergerakan simpatisan
Pengamat terorisme dari IAIN Palu, Muhammad Lukman S. Tahir, mengatakan terorisme di Poso pasti masih akan ada karena 10 anggota kelompok MIT masih belum tertangkap.
“Selain itu masih banyak simpatisan yang tersebar di seluruh wilayah di Poso,” ungkapnya kepada BenarNews.
Menurut Lukman, bisa saja bom rakitan dan bahan peledak yang ditemukan itu disuplai langsung oleh simpatisan MIT.
“Menurut hemat saya itu disuplai simpatisan MIT untuk 10 DPO itu. Jadi jangan anggap simpatisan yang ada itu bukan ancaman,” tegasnya.
Lukman menyebutkan, otoritas keamanan di Poso harus benar-benar memetakan di mana saja wilayah yang masih banyak ditinggali simpatisan MIT.
“Kalau sudah dipetakan, tinggal bagaimana caranya Polri maupun TNI kawal itu sehingga apa aktivitas dari simpatisan tersebut bisa terpantau,” ujarnya.
Jangan sampai, tambah Lukman, otoritas keamanan di Poso kecolongan.