Polri Gelar Camar Maleo III untuk Tangkap Kelompok Santoso
2015.09.29
Palu

Kepolisian RI kembali menggelar Operasi Camar Maleo III untuk mengejar dan menangkap kelompok terduga teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso yang diduga masih bersembunyi di hutan pegunungan Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng).
Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sulteng Brigjen Pol Idham Aziz mengatakan, operasi yang menurut rencana berlangsung selama sebulan penuh itu tersebut juga melibatkan 1.000 personel yang terdiri dari gabungan Densus 88 Antiteror dan Bantuan Kendali Operasi Brimob Kelapa Dua Depok, Jawa Barat.
"Operasinya sudah berjalan Jumat. Kita tinggal menunggu hasilnya," kata Idham kepada BeritaBenar di Palu pada hari Senin.
Menurutnya, gangguan keamanan – khususnya aksi terorisme dan kegiatan kelompok radikal di wilayah Sulteng – dalam tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan, terutama di wilayah Poso.
Hingga saat ini, kelompok yang selama ini diduga berada di pegunungan Poso dan sekitarnya itu masih melakukan pelbagai tindakan kekerasan dan terror terhadap anggota Polri maupun warga, seperti pembunuhan terhadap tiga petani yang terjadi pertengahan bulan ini di Parigi Moutong.
Ketiga petani kakao itu ditemukan tewas tanpa kepala yang diduga kuat dilakukan oleh kelompok tersebut.
"Tujuan utama, untuk melakukan pengejaran dan penagkapan terhadap kelompok teroris MIT," jelas Idham.
Operasi di hutan pegunungan
Menurut Idham, operasi tersebut dipusatkan di hutan pegunungan pesisir Poso yang diketahui sebagai basis persembunyian kelompok Santoso.
"Karena aktivitas dan tempat persembunyian kelompok itu di sana. Kami sudah petakan juga titik-titik mana menjadi pusat operasi," ujar Idham.
Hingga kini, kelompok tersebut masih diduga kuat berada di hutan pegunungan Poso dengan jumlah anggotanya yang diperkirakan sekitar 30 orang.
Sejauh ini dalam upaya pemberantasan teroris di Poso, aparat gabungan Polri telah berhasil menangkap dan menembak mati beberapa pengikut dari kelompok tersebut.
Polri juga telah menembak mati salah satu aktor intelektual kelompok itu, yakni Sabar Subagio alias Daeng Koro awal April lalu di Parigi Moutong. Sebelumnya kepolisian mengatakan ia adalah tokoh kunci pengadaan senjata MIT. Daeng juga merupakan bekas anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Pada bulan Oktober 2014 Polda Sulteng menemukan video yang menampilkan Santoso alias Abu Wardah dengan latar belakang bendera ISIS. Dalam video itu dia menyatakan dukungannya terhadap ISIS.
Pada 29 September 2015, kelompok ini juga masuk dalam daftar individu dan kelompok teroris yang diterbitkan oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.
Dalam operasi itu selain melibatkan Polri, juga melibatkan TNI, yang menerjunkan 100 anggotanya.
Panglima Kodam VII Wirabuana Mayjen Bachtiar mengatakan, TNI itu telah tiba di Palu dan langsung diberangkatkan ke Poso untuk bergabung dengan Polri yang sudah lebih dulu melakukan operasi.
"Operasi ini kami anggap sangat penting, apa lagi keterlibatan TNI diminta langsung oleh Kapolri. Untuk itu kami tidak akan membiarkan bibit-bibit teror dan separatis untuk tumbuh dan berkembang di Indonesia termasuk di Poso," tegas Bachtiar kepada BeritaBenar.
Enam puluh personil berasal dari pasukan elit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) , sementara 40 lainnya pasukan Pengintai Tempur (Taipur) Kostrad Mabes TNI.
Menurut Bachtiar, pasukan tersebut nantinya bersama-sama Densus dan Brimob yang sudah lebih dulu berada di Poso untuk memburu dan menangkap kelompok teroris yang paling diburu di Indonesia, itu.
"Jadi 100 dari TNI akan mengikuti operasi selama 19 hari dan tidak selama sebulan penuh. Yang pasti mereka akan menjalankan tugas untuk membantu Polri dalam operasi," ungkap Bachtiar.
Masyarakat diminta berperan aktif
Gubernur Sulteng Longki Djanggola berharap dalam operasi itu pihak keamanan bisa berhasil menangkap gembong kelompok militan tersebut. Gubernur juga mengatakan bahwa peran penting masyarakat sangat dibutuhkan untuk membantu selama proses operasi.
"Bentuk bantuannya bukan ikut dalam operasi, tetapi jika warga melihat hal-hal atau orang yang mencurigakan supaya melapor ke pihak keamanan. Warga jangan takut, karena pasti akan dilindungi," terangnya.
Selain itu, warga sekitar hutan pegunungan, khususnya yang bertani di sekitar wilayah operasi, diminta untuk tidak beraktivitas.
"Selain ada imbauan dari pihak keamanan, imbauan dari pemerintah juga dilakukan. Agar masyarakat yang berprofesi sebagai petani istirahat sejenak untuk bertani. Nanti bisa kembali bertani jika operasi sudah berakhir," kata Longki.
Dalam pelaksanaan operasi, masyarakat yang berprofesi sebagai petani tidak perlu takut tidak mendapatkan hasil dari pertaniannya karena diimbau untuk beristirahat. Karena pemerintah akan memberikan bantuan berupa kebutuhan pokok dan lain sebagainya.
"Sebagai pengganti karena mereka tidak diizinkan untuk bertani saat operasi, makanya kita berikan bantuan supaya mereka bisa tetap bertahan hidup. Bantuannya akan dibagikan melalui pemerintah di Poso," tandas Longki.