Indonesia Memastikan Delapan Perompak “Okrim Harmony” Adalah WNI
2015.06.25

Duta Besar Indonesia untuk Vietnam, Mayerfas, telah memastikan bahwa delapan terduga perompak yang membajak kapal tanker Malaysia Orkim Harmony adalah warga negara Indonesia (WNI).
“Kepastian itu kita dapatkan dari identitas mereka dan hasil wawancara. Dalam investigasi yang kita lakukan, ada tiga orang yang punya dokumen. Dua orang punya paspor dan satu lainnya punya KTP [Kartu Tanda Penduduk]," kata Mayerfas, di kantor Kementerian Luar Negeri Indonesia (Kemenlu), di Jakarta, Kamis tanggal 25 Juni.
Ia menambahkan bahwa kelima perompak lainnya tidak mempunyai identitas.
“Tapi kami melakukan komunikasi langsung dengan mereka dan melakukan wawancara, serta meminta mereka menulis. Kami yakin bahwa mereka adalah warga negara Indonesia," katanya menjelaskan.
Delapan orang tersebut berusia antara 19 sampai 61 tahun, terang Mayerfas.
Mayerfas mengatakan bahwa Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kota Ho Chi Min telah bertemu dengan delapan terduga perompak tanggal 24 Juni lalu untuk melakukan verifikasi.
Kejahatan terorganisir antar negara
Dubes Mayerfas juga mengatakan bahwa kasus pembajakan“Orkim Harmony” merupakan kejahatan terorganisir antar negara.
“Kami masih terus melakukan penyelidikan karena sampai sekarang kita belum mengetahui negara mana sebagai penadah muatan kapal ini,” Mayerfas menerangkan.
Ia juga menerangkan bahwa delapan orang ini hanya sebagian saja.
“Hasil investigasi kami mengindikasikan bahwa mereka beroperasi dalam kelompok dan wilayah tertentu,” katanya sambil menambahkan bahwa delapan orang ini berasal dari berbagai tempat berbeda di Indonesia termasuk Jakarta, Natuna, Sumatra dan Kalimantan.
Mayerfas juga mengatakan bahwa lima perompak lain ikut membajak Okrim Harmony, namun berhasil melarikan diri.
Hilangnya kapal tanker MT Orkim Harmony
Kapal MT Orkim Harmony dilaporkan hilang pada 11 Juni 2015 lalu.
Kapal milik Magna Meridian Sdn Bhd tersebut membawa 6.000 ton Bahan Bakar Minyak (BBM) RON95 senilai RM21 juta ($ 5,6 juta) Petroliam Nasional Bhd (Petronas), dilaporkan hilang setelah gagal terdeteksi.
Tanker yang sedang berlayar dari Malaka ke Kuantan itu, terdeteksi terakhir pada posisi 31.5 km (17 mil laut) dari Pulau Aur di antara Mersing dan Tanjung Sedili, Kota Tinggi, Johor, menurut laporan Bernama.
Kapal itu membawa 22 kru yang terdiri dari 16 warga Malaysia, termasuk kaptennya, Nor Fazly Sahat, lima warga Indonesia dan seorang warga Myanmar.
Perompak diketahui bersenjatakan pistol dan parang. Setelah kapal semua anak kapal dibebaskan oleh Angkatan Laut Malaysia sekitar pukul 2.30 pagi Jumat lalu.
Delapan orang perompak ditahan oleh otoritas Vietnam dekat Pulau Tho Chu, di selatan Vietnam saat mencoba melarikan diri dari perburuan pada 6.30 pagi Jumat lalu.
Pertengkaran di atas kapal
Wakil Duta Besar (Dubes) RI untuk Kerajaan Malaysia, Hermono, menceritakan detail pembajakan “Orkim Harmony.”
“Dari investigasi yang dilakukan diketahui ada perdebatan diatas kapal,” katanya kepada BeritaBenar via telefon tanggal 25 Juni.
Hermono menerangkan bahwa mereka kecewa setelah mengetahui bahwa kapal tersebut bukan bermuatan diesel, melainkan BBM RON 95.
“BBM mudah terbakar dan sulit dipindahkan di tengah laut untuk dijual kekapal lain. Saat perdebatan itulah pejabat Malaysia mengetahui Bahasa dan aksen bicara mereka dan menyimpulkan mereka adalah WNI,” terang Hermono.
Wakil Dubes juga mengatakan bahwa usaha menemukan kapal tanker “Okrim Harmony” telah dimulai sejak kapal tersebut dilaporkan hilang.
“Pencarian dilakukan oleh Tentara Laut Diraja Malaysia (TLDM) dan Otoritas Maritim Malaysia dibantu Maritime Security Task Force Singapura serta TNI AL,” katanya.
Tanggal 15 Juni diketahui kapal tersebut berada di perairan Kamboja dan nama Kapal menjadi “Kim Harmon,” terang Hermono.
Juru bicara TNI AL, Laksamana Pertama Manahan Simorangkir, mengatakan ini adalah kasus perompakan pertama bagi Indonesia di tahun 2015.
“Indonesia akan terus melanjutkan penjagaan untuk mencegah terjadinya kejahatan yang sama,” katanya kepada BeritaBenar tanggal 25.
“Pembajakan dilaut masih menjadi ancaman Indonesia dan negara lain di kawasan Asia Tenggara. Karena itu kerjasama untuk meningkatkan keamanan antar negara perlu dilakukan,” katanya lanjut.
Ekstradisi
Menurut Mayerfas otoritas di Vietnam sekarang masih melakukan investigasi terhadap delapan orang WNI.
“Mereka ingin mengetahui tindakan kriminal apa saja yang telah dilakukan kedelapan WNI itu. Setelah investigasi rampung, baru dipastikan langkah hukum apa yang akan diambil oleh otoritas Vietnam,” terang Mayerfas.
Meskipun Indonesia dan Vietnam sudah memiliki perjanjian ekstradisi, pejabat Indonesia belum memberikan keterangan rinci.
"Masih menunggu arahan dari Jakarta,” ucapnya.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arrmanatha Nasir mengatakan Indonesia telah melakukan kerjasama dengan pemerintah Vietnam.
“Kami akan memberitahukan jika keputusan resmi telah disetujui oleh keduabelah pihak,” katanya.
Malaysia Menuntut
Menteri Dalam Negeri Malaysia Ahmad Zahid Hamidi mengatakan akan membawa delapan terduga perompak kapal Orkim Harmony ke pengadilan selesai proses ekstradisi yang melibatkan negara Vietnam dan Indonesia.
"Polisi Malaysia akan melakukan penyelidikan lebih lanjut setelah penyelidikan awal dilakukan oleh pemerintah Vietnam,” kata Zahid seperti dilaporkan oleh Bernama.
"Malaysia mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Vietnam, Kamboja dan Thailand yang turut memberikan kerjasama kepada pihak penegak Malaysia," lanjut Zahid.
Sementara itu Badan Penegakan Maritim Malaysia (APMM) masih terus melakukan penyelidikan tentang sejumlah uang tunai dan puluhan ponsel yang disita dari delapan pria tersebut.
Kepala Asisten Direktur Senior Kapten Maritim Robert Teh Geok Chuan mengatakan masih menyelidiki hasil penyitaan uang.
"Kita masih berurusan dengan pemerintah Vietnam untuk dapatkan informasi tersebut. Kita juga tidak dapat mengkonfirmasi apakah uang tersebut diperoleh dari hasil penjualan minyak dari kapal ini atau lainnya," katanya seperti dikutip Bernama.