Densus Tangkap 2 Orang Diduga Hendak Gabung Mujahidin Indonesia Timur
2020.02.06
Palu

Polisi menangkap dua orang yang diduga akan bergabung dengan kelompok militan bersenjata Mujahidin Indonesia Timur (MIT) dan menyita senjata serta bahan peledak di Poso, Sulawesi Tengah, Kamis (6/2/2020).
Kedua orang itu, yang diidentifikasi dengan inisial I (32) dan M (29) ditangkap di perkampungan penduduk di Kecamatan Poso Pesisir Utara ketika diduga hendak masuk ke hutan untuk bergabung bersama MIT, kelompok yang telah berbaiat kepada Negara Islam (ISIS), yang oleh aparat keamanan jumlahnya diperkirakan tinggal 10 orang termasuk pemimpinnya, Ali Kalora.
“Iya benar ada dua orang simpatisan MIT yang ditangkap,” kata Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sulawesi Tengah (Sulteng) Irjen. Pol. Syafril Nursal kepada wartawan di Palu.
“Yang pasti keduanya hendak masuk hutan Poso untuk bergabung bersama Ali Kalora cs,” tegas Syafril.
Menurutnya, saat ditangkap kedua orang tersebut membawa senjata api, bahan peledak, dan sejumlah barang bukti lainnya.
Kapolda menambahkan, bahwa untuk identitas lebih jelas dari dua simpatisan tersebut belum bisa dibeberkan karena masih dalam tahap pemeriksaan.
Operasi tidak berhenti
Sebagai kapolda baru di Sulteng yang dilantik dua bulan lalu menggantikan Lukman Wahyu Hariyanto, Syafril mengatakan penyelesaian kasus terorisme di Poso akan menjadi perhatian serius dan Operasi Tinombala yang berlangsung saat ini tidak akan dihentikan.
“Pokoknya terus berlanjut sampai semua teroris itu tertangkap,” ungkapnya.
Operasi Tinombala telah memasuki tahun ke-5 sebagai perpanjangan dari operasi Camar Maleo pada tahun 2015. Kedua operasi itu bertujuan untuk membekuk semua anggota MIT yang pada awal terbentuknya sempat beranggotakan hingga sekitar 40-an orang.
Dari sidang peradilan atas sejumlah anggotanya yang telah dibekuk, MIT terbukti berada di belakang sejumlah pembunuhan di Poso termasuk dengan cara pemenggalan kepala korban baik itu warga sipil atau anggota kepolisian. Tokoh utamanya, Santoso tewas terbunuh pada pertengahan 2016 namun tidak menghentikan gerakan kelompok yang sempat beranggotakan sejumlah warga asing dari Uighur, Cina.
“Kita berdoa itu bisa segera kita selesaikan, sehingga bisa memberikan rasa aman kepada masyarakat di daerah yang kita cintai ini,” kata Syafril
Kabid Humas Polda Sulteng, Kombes Didik Supranoto, mengatakan jumlah personel yang diturunkan dalam perpanjangan operasi kali ini sekitar 600 orang yang terdiri dari 400 Polri dan 200 TNI.
Didik menjelaskan, dalam operasi satgas tidak hanya fokus untuk mengejar kolompok MIT.
“Tetap ada program lain. Salah satunya deradikalisasi untuk mereka yang sempat terpapar paham radikal di Poso,” tandasnya.
Pemulangan WNI eks-ISIS
Sementara itu, Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengatakan pemerintah belum memutuskan apakah akan memulangkan 600 warga negara Indonesia (WNI) yang bergabung dengan ISIS di berbagai negara, terutama di Suriah.
“Soal WNI eks-organisasi ISIS yang dikabarkan hendak kembali ke Tanah Air, para wartawan bertanya ke saya: bagaimana dengan mereka yang telah membakar paspornya. Kalau saya saja sih, ya saya akan bilang: tidak. Tapi tentu saja, ini masih akan dibahas dalam rapat terbatas,” Jokowi menulis di akun Twitter resminya, Kamis.
Sejak tahun 2015, pemerintah Indonesia telah mendeteksi gelombang migrasi warga negara Indonesia yang hendak berjihad ke Suriah, bergabung ISIS. Para jihadis juga ikut membawa istri, anak, dan keluarga mereka.
Pada 2017, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melaporkan bahwa setidaknya 1.321 orang Indonesia telah bergabung dengan ISIS atau mencoba bergabung. Dari jumlah itu, 84 tewas, 482 dideportasi ketika mencoba memasuki Suriah, dan 62 telah kembali dari Suriah. Sebanyak 63 lainnya dihentikan di bandara Indonesia ketika mencoba melakukan perjalanan ke Timur Tengah.