Tim Brimob dan Densus 88 Buru Kelompok Terduga Teroris di Poso
2015.08.18

Pengejaran terhadap kelompok teroris yang diduga pimpinan Santoso yang melarikan diri pasca baku tembak di Pegunungan Auma, Desa Trimulya, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, terus dilakukan. Dalam pengejaran itu, Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, menerjunkan dua pleton personel Brimob.
"Selain Brimob, pengejaran juga dibantu oleh tim Densus 88 Antiteror," kata Kapolda Sulteng, Brigjen Pol Idham Aziz kepada BeritaBenar di Palu, Selasa 18 Agustus.
Pengejaran terhadap kelompok yang mengatasnamakan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) itu dimulai dari tempat kejadian perkara (TKP), setelah terjadi baku tembak pada hari Senin di sebuah kamp di Pegunungan Auma dengan menyisiri empat titik pelarian.
"Fokus pengejaran masih di hutan pegunungan Kecamatan Poso Pesisir. Kami menduga mereka masih berada di seputaran TKP. Karena tidak mungkin sudah melarikan diri begitu jauh dari TKP," terang Idham.
Selain dua pleton Brimob dan tim Densus yang melakukan pengejaran, olah TKP di lokasi juga dilakukan. Dalam olah TKP itu, ditemukan beberapa barang bukti milik kelompok tersebut yang ditinggalkan saat melarikan diri.
"Barang bukti itu berupa satu unit senjata organik M-60 antitank/rantis, beberapa bom rakitan jenis lontong, amunisi aktif, dan selongsong amunisi," papar Idham.
Idham belum bisa memastikan apakah ada korban jiwa dalam aksi baku tembak itu. Kendati demikian saat olah TKP ditemukan bercak-bercak darah yang diduga berasal dari salah seorang anggota kelompok tersebut.
"Kalau kena tembakan mungkin, karena ada bercak darah di TKP. Tetapi kalau untuk memastikan ada yang tewas, belum bisa dipastikan," tandas Idham.
“Tidak begitu jauh dari pemukiman”
Kapolda Sulawesi Selatan dan Barat, Anton Setiadji, mengatakan beberapa wilayah di Poso sudah lama digunakan sebagai kamp militan oleh kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang dipimpin oleh Santoso.
“Kali ini kamp militan yang ditemukan hanya berjarak 25 km. Tidak begitu jauh dari pemukiman. Di dalam kamp tersebut kami juga menemukan 21 bom rakitan, kata Anton.
“Kami masih menyelidiki dengan meminta keterangan kepada warga setempat apabila mereka pernah melihat beberapa ornag tak dikenal memasuki pemukiman penduduk, sudah berapa lama mereka menggunakan kamp ini,” tukas Anton.
Seorang warga yang ikut menyaksikan baku tembak mengatakan bahwa ia beberapa kali melihat orang yang tak dikenal telah melintasi desa dan menuju ke arah kamp persembunyian.
“Beberapa kali memang dalam beberapa bulan terakhir. Logat mereka bukan orang sini,” kata La Ode Ahmad yang akrab disapa Mamat.
Pakar anti-terorisme Noor Huda Ismail mengatakan kamp militan yang ditemukan bukan yang utama.
“Kamp tersebut digunakan sebagai tempat transit sementara, karena jaraknya yang paling dekat dengan warga. Mereka membutuhkan kamp-kamp seperti ini untuk kebutuhan amunisi, pangan dan transfer persenjataan,” katanya seraya menjelaskan bahwa ia yakin kamp-kamp serupa banyak ditemukan di Poso.
“Ini kamp penghubung, pekerjaan rumah Densus 88 adalah menemukan kamp Utama persembunyian Santoso,” kata Huda.
Situasi kondusif
Aksi baku tembak sehari sebelumnya di Pegunungan Auma di dekat Desa Trimulya, Kabupaten Poso terjadi sekitar pukul 15.30 WITA.
Baku tembak itu terjadi setelah tim gabungan melakukan penyergapan terhadap sebuah kamp yang diduga sebagai tempat pesembunyian kelompok tersebut, menurut informasi intelijen.
Baku tembak kemudian tidak terhindarkan dan berlangsung kurang lebih 30 menit, menurut kepolisian. Beberapa barang bukti berhasil disita dari dalam dan luar kamp tersebut.
Hingga saat ini juga, situasi di lokasi kondusif. Aktivitas warga di pedesaan Trimulya berjalan seperti biasanya. Begitu juga aktivitas petani di lereng-lereng pegunungan, berjalan dengan baik tanpa adanya gangguan.
Aparat mengimbau warga Desa Trimulya agar melaporkan hal-hal yang mencurigakan ke pihak kepolisian yang sudah mendirikan pos pengamanan di desa tersebut.
Kelompok Santoso masuk dalam DPO
Direktur Pencegahan Terorisme di Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI, Brigjen Pol Hamidi mengatakan kelompok teroris, khususnya kelompok MIT pimpinan Santoso, secara teori tidak akan pernah mati. Namun secara faktual, jumlah mereka menurun.
"Kendati mereka terus melakukan perekrutan dan mempunyai banyak simpatisan. Tetapi berdasarkan data kita, jumlah mereka dari tahun ke tahun terus menurun," katanya kepada BeritaBenar, belum lama ini.
Polri sendiri, lanjut Hamidi, masih memiliki Daftar Pencarian Orang (DPO) kasus terorisme di Indonesia, khususnya di Poso, Sulawesi Tengah.
"DPO-nya, ya kelompok teroris MIT pimpinan Santoso itu. Kurang lebih jumlah mereka tinggal puluhan orang, termasuk salah satunya ada orang asing di dalamnya," ungkapnya.
Kelompok teroris MIT pimpinan Santoso masuk dalam DPO Polri dalam kasus terorisme di Indonesia, khususnya di Poso. Kelompok itu diketahui juga telah tegabung dalam Negara Islam ISIS, menurut video deklarasi mereka yang diunggah di laman YouTube dan ditemukan pasca baku tembak beberapa bulan April lalu di Poso.
Santoso hingga saat ini memang tak kunjung tertangkap, selama ini hanya kaki tangannya saja yang berhasil disergap, baik ditembak mati atau ditangkap hidup-hidup.
Dia diketahui memiliki banyak nama samaran, seperti Abu Wardah dan Abu Yahya.
Berdasarkan data Polri, Santoso merupakan dalang dari serangkaian aksi teror di Indonesia. Dia diduga terlibat dalam insiden penembakan anggota Polri dan peledakan bom di pelbagai wilayah di Indonesia, termasuk sejumlah aksi teror di Poso dan Sulawesi Tengah pada umumnya.
Bramantyo Irawan ikut memberikan kontribusi dalam artikel ini.