Diberi izin BPOM, vaksin mRNA China akan dibuat di Indonesia
2022.09.30
Jakarta

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memberikan izin penggunaan darurat untuk vaksin COVID-19 yang dikembangkan perusahaan China, yang akan diproduksi di dalam negeri sebagai vaksin mRNA pertama di Indonesia.
AWCorna menjadi vaksin mRNA pertama asal China yang mendapat otorisasi penggunaan darurat untuk COVID-19 di Indonesia.
“Jadi evaluasi kami AWcorna sudah memenuhi standar maka AWcorna disetujui untuk indikasi sebagai imunisasi aktif dalam rangka pencegahan COVID-19 yang disebabkan virus SARS Cov2,” ujar Ketua BPOM Penny Lukito dalam konferensi pers di Jakarta.
Menurut Penny, teknologi mRNA (Messanger RNA) penting untuk dikuasai.
Tidak seperti vaksin umumnya yang untuk memicu kekebalan dilakukan dengan memasukkan kuman yang dilemahkan atau yang dimatikan ke dalam tubuh, vaksin mRNA menggunakan mRNA yang dibuat di laboratorium untuk memerintahkan sel dalam tubuh untuk membuat protein yang memicu respons imun guna menghasilkan antibodi.
“Nantinya AWcorna akan diproduksi di Indonesia melalui transfer teknologi platform mRNA, sehingga nantinya Indonesia bisa memproduksi vaksin mRNA sendiri,” lanjutnya.
Vaksin AWCorna didaftarkan oleh PT. Etana Biotechnology Indonesia dan dikembangkan Abogen-Yuxi Walvax, perusahaan swasta asal China.
Penny menjelaskan, efikasi vaksin AWcorna mencapai 84,58 persen, sementara efikasi terhadap varian Omicron sebesar 71,71 persen.
Vaksin juga dapat ditoleransi dengan baik dengan efek samping tergolong ringan dengan gejala seperti demam, nyeri lokal, kelelahan, sakit kepala dan bengkak, kata Penny.
Tidak ada kematian yang dilaporkan dalam uji klinis, ujarnya.
Vaksin AWcorna ini, ujar dia, direkomendasikan diberikan untuk vaksin primer untuk usia 18 tahun ke atas dengan dua dosis dan selang waktu 28 hari. Selain primer, vaksin ini juga bisa diberikan untuk vaksin booster heterolog dengan jangka waktu 6 bulan sejak vaksin primer kedua dilakukan.
Berbeda dengan vaksin jenis mRNA pada umumnya, kata dia, AWcorna ini cukup unik karena bisa disimpan di suhu 2-8 derajat celcius. Sedangkan vaksin mRNA biasanya cara penyimpanan harus -70 derajat celcius.
“Untuk negara tropis penting sekali tidak harus menggunakan teknologi tinggi untuk segi distribusi,” kata dia.
Direktur Utama PT Etana, Nathan Tirtana mengatakan pihaknya akan mengerjakan semua produksi AWcorna dalam negeri dari awal produksi mulai dari plastik sampai pengemasan akhir.
“Yang paling penting Indonesia sudah punya teknologi mRNA, (jadi) ke depan tiap kali pandemi bisa produksi ready dalam 2 bulan,” ujarnya.
“Kami ke depan akan cepat mengembangkan vaksin baru, dengan melakukan uji klinis mulai fase 1, 2 dan 3, sehingga kita siap untuk mencegah kejadian pandemi di masa depan,” tambahnya.
Sebelumnya BPOM telah menerbitkan EUA untuk Vaksin COVID-19 produksi dalam negeri, yaitu IndoVac pada 24 September.
Penny juga menjelaskan vaksin AWcorna, seperti Indovac, telah memiliki fatwa halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan sertifikasi halal Badan Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal.
Indonesia juga memiliki satu lagi calon vaksin COVID-19 lokal yaitu Inavac dengan platform inactivated virus yang dikembangkan oleh tim peneliti dari Universitas Airlangga bekerja sama dengan PT Biotis Pharmaceutical Indonesia.
Menurut rencana vaksin Inavac akan mendapatkan izin edar pada awal Oktober nanti.
“Kehilangan momentum”
Epidemiolog dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia, Masdalina Pane, menyebut meskipun bermanfaat, namun Indonesia sudah kehilangan momentum untuk produksi vaksin.
Stok vaksin Indonesia masih sangat berlebihan, bahkan banyak yang sudah kadaluarsa, kata Masdalina.
“Cakupan vaksinasi Indonesia sangat rendah,” kata dia.
Per Juni 2022, cakupan vaksinasi dosis lengkap di Indonesia secara nasional baru mencapai 63 persen, lebih rendah dibandingkan Singapura (91 persen), Malaysia (83 persen), Vietnam (80 persen) dan Thailand (75 persen), kata Masdalina.
Sementara, berdasarkan data Kemenkes, pemerintah baru memberikan vaksin booster pada 63,4 juta orang atau sekitar 27 persen. Sedangkan jumlah booster kedua mencapai 608 ribu, mayoritas diberikan untuk petugas medis.
Masdalina berharap ke depannya pengetahuan bertambah baik karena perkembangan cepat sekali.
“Industri vaksin pusatnya selama ini hanya di negara maju saja karena riset mahal butuh high technology dan ketekunan. Asal nantinya transfer teknologinya tidak separoh-separoh, tapi semuanya,” kata Masdalina.
“Saat ini yang dibutuhkan inovasi dan long lasting seperti vaksin yang ditempel seperti koyok jadi tidak menyakitkan,” ujarnya.
Epidemiolog dari Universitas Griffith di Australia, Dicky Budiman, mengataka kerjasama alih teknologi apapun platformnya akan sangat bermanfaat bagi Indonesia.
“Kebutuhan vaksin ini tidak hanya saat ini, tapi terus, apalagi penduduk Indonesia banyak. Selain itu untuk AWcorna ini dibanding merk vaksin mRNA lain penyimpanannya lebih user friendly di Indonesia dengan iklim dan keterbatasan Indonesia, di suhu kulkas biasa bisa dan masa penyimpanan juga jauh lebih panjang,” ujarnya.
Meskipun, kata dia dari sisi efikasi lebih rendah dibandingkan dengan vaksin Pfizer dan Moderna, setidaknya pilihan Indonesia dalam menggunakan vaksin menjadi lebih banyak.
“Ke depan juga platform mRNA ini sangat prospektif bukan hanya dalam menghadapi COVID-19 saja tapi juga masalah penyakit lain,” kata dia.
Beberapa waktu lalu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) sempat menyebut bahwa akhir pandemi sudah ada didepan mata. Hal itu dikarenakan berdasarkan kasus COVID-19 di dunia saat ini telah menurun secara drastis sejak WHO mengumunkan virus tersebut sebagai pandemi pada awal 2020.
Presiden AS Joe Biden bahkan sudah menetapkan pandemi berakhir.
Namun demikian, pemerintah Indonesia tak ingin buru-buru memutuskan pandemi berakhir dan menetapkan status menjadi endemi.
“Kita harus hati-hati, tetap harus waspada, tidak usah terburu-buru menyatakan pandemi sudah usai,” kata Presiden Joko “Jokowi” Widodo bulan ini.