Enam Terduga Teroris Ditangkap di Jawa Tengah

Kapolri sebut dalam beberapa minggu terakhir 60 terduga militan ditangkap, 30 diantaranya terkait bom Makassar.
Ronna Nirmala
2021.04.06
Jakarta
Enam Terduga Teroris Ditangkap di Jawa Tengah Seorang anggota penjinak bom Brimob melakukan pelatihan antiteror di wilayah Jantho, Aceh, 6 April 2021.
AFP

Enam orang, termasuk seorang pengurus lembaga amal, ditangkap Detasemen Khusus (Densus) Antiteror 88 di beberapa lokasi di Jawa Tengah sejak Jumat pekan lalu, demikian Kepala  Kepolisian Daerah Jawa Tengah pada Selasa (6/4). 

Kepolisian menolak merinci tuduhan terhadap mereka yang ditangkap atau apakah ada kaitan dengan dua aksi teror yang terjadi pekan lalu.

“Ada enam di wilayah Jawa Tengah. Sekarang sedang kita dalami, terutama dari Densus 88,” ucap Kapolda Jawa Tengah Ahmad Lutfi kepada jurnalis. 

“Ada yang kelompok lama, ada pula kelompok baru,” katanya. 

Luthfi menyebut keenam warga yang ditangkap ini diduga terlibat dalam jaringan Jamaah Islamiyah (JI) ataupun Jamaah Ansharut Daulah (JAD), demikian laporan media.

Tiga terduga pertama, berinisial S (51), SH (41), dan MR (49) ditangkap di Klaten pada Jumat. Pada hari yang sama, terduga BR juga ditangkap Densus 88 di Lamongan dan WH di Banyumas. 

Keterangan warga sekitar kepada detikcom menyebut BR sebagai kakak dari mantan narapidana terorisme Gunawan alias Wijaya yang divonis delapan tahun penjara pada 2014 karena terlibat dalam pembuatan senjata serta pelatihan bela diri untuk kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) di Jawa Tengah. 

Sementara, WH diketahui sebagai salah satu pengelola Syam Organizer di Yogyakarta, lembaga pengumpul dan penyalur donasi untuk kemanusiaan. Pada hari Minggu (4/4), Densus 88 menggeledah kantor Syam Organizer di Yogyakarta dan menyita sejumlah dokumen, sebut Kapolresta Banyumas Kombes Firman Lukmanul Hakim kepada media lokal. 

Pada Desember 2020, Mabes Polri mengumumkan Syam Organizer didirikan oleh kelompok Jamaah Islamiyah (JI) yang sebagian pendanaannya digunakan untuk mendukung kegiatan terkait terorisme. 

Juga pada Minggu, Densus 88 menangkap satu terduga lainnya berinisial AP (30) di Kudus. 

Kabagbanops Densus 88 Mabes Polri Aswin Siregar menolak memberikan keterangan perihal peran para terduga berikut dugaan keterlibatan Syam Organizer dalam rangkaian penangkapan tersebut. 

“Mohon waktunya, saya masih mengumpulkan informasi yang lengkap,” katanya melalui pesan singkat. 

Aswin juga tidak menjawab apakah penangkapan ini terkait dengan aksi teror oleh seorang perempuan terduga simpatisan ISIS di Mabes Polri, Jakarta, dan juga aksi bom bunuh diri di gereja Makassar, Sulawesi Selatan, pada pekan lalu. 

Direktur Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC), Sidney Jones, mengatakan Syam Organizer umumnya mencari dana untuk para pengungsi Suriah dengan tujuan kemanusiaan. 

“Tapi pasti ada juga uang yang dipakai untuk kegiatan-kegiatan lain. Saya menduga alasan kenapa Syam Organizer ditarget adalah karena sumbangan,” kata Jones melalui sambungan telepon dengan BenarNews. 

Jones mengaku belum mendapatkan info jauh perihal keterlibatan Syam Organizer dalam aksi-aksi teror belakangan ini.

“Yang pasti, dari aksi-aksi terakhir tidak ada anggota JI. Karena mereka terakhir melakukan aksi itu tahun 2007 di Poso. Apakah dari kelompok sempalan, kemungkinan itu bisa saja. Kita tunggu perkembangan informasi apalagi yang akan muncul dari polisi,” lanjutnya.  

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Rusdi Hartono meminta jurnalis menunggu keterangan resmi kepolisian terkait rangkaian penangkapan terduga teroris pada Rabu (7/4).

Pada Minggu, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyebut Densus 88 telah menangkap 60 terduga teroris, yang 30 di antaranya berkaitan dengan bom Makassar, dalam beberapa pekan terakhir. 

"Kita harapkan dengan kegiatan-kegiatan operasional yang dilaksanakan oleh kepolisian baik yang bersifat pengamanan langsung maupun kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan teman-teman Densus ini betul-betul bisa menekan agar jangan sampai lagi terjadi peristiwa ledakan. Jadi itu yang kita sedang lakukan saat ini," kata Listyo. 

Senjata dari mantan napi Aceh

Rusdi Hartono menyebut Zakiah Aini, pelaku penyerangan ke Mabes Polri pada Rabu (31/3), mendapatkan senjata dari seorang mantan narapidana terorisme di Aceh pada 2010 berinisial MK alias IM melalui perdagangan daring. 

“Benar, yang bersangkutan eks-napiter Jalin Jantho, Aceh tahun 2010,” kata Rusdi. 

MK ditangkap tim Densus 88 pada Kamis (1/4) di Banda Aceh. 

Jalin adalah sebuah wilayah di Kota Jantho, Aceh Besar, yang pada satu dekade lalu menjadi tempat pelatihan militer untuk kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) pimpinan Aman Abdurrahman. 

Kapolri sebelumnya menyebut ZA sebagai terduga teroris yang bergerak tanpa jaringan alias lone wolf dan melakukan aksinya karena didorong paham radikalisme yang terhubung dengan doktrin Negara Islam (ISIS).

Jones dari IPAC menambahkan, ancaman teror dari individu atau kelompok pro-ISIS masih cukup tinggi karena mereka berpegang teguh pada pesan juru bicara ISIS di Suriah, Abu Muhammad al-Adani, yang pada 2016 meminta semua pengikutnya untuk terus berperang di negara masing-masing. 

“Hampir semua orang Indonesia yang ditangkap karena kegiatan pro-ISIS tahu perintah itu dan yakin bahwa baiat yang mereka buat kepada pemimpin ISIS mewajibkan mereka taat kepada perintah itu,” katanya. 

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.