Fatwa Ramadan ISIS Tidak Sesuai Dengan Ajaran Islam: Ulama
2015.07.06

Ulama mengimbau agar masyarakat Indonesia tidak mengikuti Fatwa Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) untuk berjihad dan menjadi martir dengan cara kekerasan selama bulan Ramadan.
“Fatwa yang dikeluarkan ISIS tidak mencerminkan nilai Islam dan umat Muslim seharusnya menyadari bahwa imbauan ISIS hanyalah untuk kepentingan politik mereka hanya menimbulkan kekerasan,” kata Maman Imanulhaq, pengasuh Pondok Pesantren Al Mizan, Majalengka, Jawa Barat kepada BeritaBenar tanggal 6 Juli.
“Nilai Islam yang harus kita jaga selama Ramadan adalah nilai yang kasih sayang, toleransi dan perdamaian.”
Said Aqil Siraj, ketua Nahdlatul Ulama (NU), mengatakan fatwa jihad yang dikeluarkan ISIS tidak mempunyai dasar religi yang kuat, dengan perspektif yang sempit, anti perbedaan, bahkan anti dialog.
“Fatwa semacam itu sangat bahaya bagi masa depan kemanusiaan, tidak hanya bagi Indonesia, tetapi di seluruh muka bumi ini,” kata Said.
“ISIS telah mempermalukan Islam dan umat Islam.”
Fatwa ISIS menjerumuskan
Juru bicara ISIS Abu Mohammed al-Adnani tanggal 23 Juni lalu menganjurkan umat Islam untuk terlibat jihad dan bersedia menjadi martir selama bulan suci Ramadan, menurut laporan Agence France-Presse (AFP).
"Tindakan terbaik yang membawa Anda lebih dekat kepada Allah adalah jihad, karena itu bergegaslah pastikan untuk melaksanakan invasi bulan suci ini dan untuk menjadi martir," kata Adnani dalam pesan audio yang diunggah online, kutip AFP.
"Ini senjata Anda dan ini adalah Ramadan," lanjut Adnani melanjutkan pesan pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi.
Staf ahli Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Sri Yunanto mengatakan imbauan ISIS menunjukkan bahwa organisasi ini akan melakukan segala cara untuk melakukan perekrutan dan penyerangan dengan mengatasnamakan jihad.
“Sayangnya imbauan salah ini masih juga direspon dengan serious oleh sebagian masyarakat kita,” katanya merujuk kepada keluarga di Riau yang dilaporkan telah pergi ke Suriah untuk berjihad.
Direktorat Intelijen dan Keamanan Kepolisian Daerah Riau sejauh ini belum tahu identitas lengkap mereka, kata Guntur Aryo Tejo, kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Riau.
“Investigasi masih berlanjut. Sejauh ini kita hanya bisa memberikan inisial ketiganya yaitu TB, YB dan MJ,” katanya kepada BeritaBenar tanggal 6 Juli.
Investigasi Polda Riau mengatakan bahwa penyelidian kepolisian terhadap rekaman komunikasi dan dokumentasi foto-foto ketiga orang ini menunjukkan bahwa mereka merupakan jaringan ISIS, terang Guntur.
"Kami memiliki bukti tersebut dan akan menggunakan ini untuk investigasi selanjutnya lainnya," katanya.
Kepolisian Riau mengatakan bahwa TB sudah pernah ke Suriah tahun 2013 melalui jalur penerbangan dari Jakarta ke Turki.
"Setelah sampai di perbatasan Turki ada relawan ISIS yang menjemput TB ke Suriah," lanjut Guntur.
TB kembali ke Indonesia beberapa bulan lalu dan berniat membawa keluarganya.
Keluarga ini menurut Guntur sudah meninggalkan Pekanbaru dan sekarang diperkirakan telah mencapai Suriah.
Kepolisian sejauh ini berhasil melacak komunikasi TB dengan adik iparnya.
Waspada
Polda Metro Jaya mengantisipasi dan mewaspadai pergerakan kelompok ISIS menyusul beredarnya fatwa berjihad di bulan Ramadan yang dikeluarkan ISIS beberapa waktu lalu.
"Kita akan terus memantau pergerakan pendukungya, kita akan melakukan tindakan tegas jika terbukti mereka lakukan kegiatan yang mengganggu keamanan dan perdamaian," kata Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito di Jakarta hari Senin.
Tito mengatakan di Indonesia ISIS mendapat dukungan kuat di beberapa daerah tertentu dan tersebar di beberapa wilayah seperti DKI Jakarta, Jabar, Jateng, dan Banten.
Menurutnya, aksi serangan teror di Kuwait, Prancis dan Tunisia yang terjadi bulan lalu berkaitan dengan fatwa jihad tersebut.
"Kami telah melakukan monitoring di beberapa daerah yang dianggap berbahaya dan akan terus mengimbau jajaran kepolisian lainnya untuk berjaga tanpa harus menimbulkan kekhawatiran publik,” jelasnya.
ISIS mengklaim bertanggung jawab terhadap dua serangan yang berlangsung serentak tanggal 26 Juni lalu di Tunisa dan Kuwait serta menginspirasi insiden di Perancis.
Serangan penembakan di Tunisia telah menewaskan setidaknya 38 orang, 21 diantaranya adalah wisatawan asing dari berbagai negara termasuk Belgia, Inggris dan Jerman.
Pada hari yang sama di Kota Kuwait bunuh diri terjadi di masjid kelompok minoritas Muslim Syiah, yaitu Masjid Imam Sadiq.
Pengeboman terjadi saat umat Muslim Syiah sedang melaksanakan sholat Jumat dan setidaknya telah menewaskan 27 orang serta ratusan terluka.
Di Perancis sopir truk menabrakkan mobil van ke gudang bahan kimia dan menggantung kepala bosnya di pintu gerbang di Saint-Quentin-Fallavier, sebuah kota di Tenggara Perancis, pada hari itu juga.
Regulasi diperketat
Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta aturan terkait pemberantasan tindak pidana terorisme termasuk ISIS diperketat.
"Pemerintah Indonesia akan memperketat aturannya sebagai salah satu cara memerangi terorisme. Tetapi umat Islam juga harus mengkaji ulang nilai ajaan Islam yeng benar, bukan paham yang salah dan yang setuju dengan kekerasan yang mengatasnamakan Islam," kata Kalla kepada BeritaBenar.
“Pemerintah bukan hanya telah menggerakkan kepolisian tetapi juga militer untuk memastikan bahwa terorisme tidak akan meruntuhkan ideologi Indonesia,” katanya.
Paramita Dewiyani ikut memberikan kontribusi dalam artikel ini.