Mencegah Islamophobia Lewat Film Bertema Konspirasi Terorisme

Zahara Tiba
2015.10.09
Jakarta
151009_ID_FILM_620.jpg Sutradara Anggy Umbara (kanan) dan pemeran Alif, Cornelio Sunny, saat diskusi film ‘3’ di Universitas Prof. Dr. Hamka, Jakarta, 8 Oktober 2015.
BeritaBenar

Film bertema religius boleh jadi sudah banyak diproduksi di Indonesia. Namun, film religius yang melibatkan unsur konspirasi dan kekerasan atas nama agama mungkin pertama kalinya hadir lewat besutan tangan dingin sutradara Anggy Umbara.

Film ‘3’ (Tiga) yang hadir di bioskop tanah air mulai 1 Oktober sekilas mungkin hanya berkisah persahabatan tiga pemuda: Alif, Herlam (dipanggil Lam), dan Mimbo (Mim). Persahabatan mereka diuji dengan mempertentangkan prinsip masing-masing.

Film kedua garapan anggota band metal indie ‘Purgatory’ ini bercerita Indonesia di masa depan. Jangan heran jika tampilan film berbeda, karena Anggy memanfaatkan teknologi Computer Graphic Imagery, terutama di adegan perkelahian yang penuh teknik bela diri pencaksilat.

Konspirasi atas nama agama

Tahun 2026, bom meledak di sebuah klub malam di ibukota Jakarta yang mengambil banyak nyawa pengunjung. Salah satu dari dua kelompok ekstremis Islam yang tengah bertikai ditengarai sebagai biang di balik peristiwa berdarah itu.

Orang tua Alif menjadi korban kelompok pengacau. Saat dia tengah berlatih bela diri di pondok pesantren, tempatnya belajar bersama kedua sahabatnya, Lam dan Mim, sekelompok orang mendatangi dan membakar rumahnya. Saat itu, kedua orang tuanya berada dalam rumah. Inilah alasan Alif bercita-cita jadi aparat keamanan.

Untuk menumpas kelompok-kelompok radikal, aparat antiterorisme pun bergerak. Pembasmian dilakukan dengan senjata mematikan. Tapi, para aktivis menganggap aksi ini sebagai tindakan sewenang-wenang aparat. Mereka menuntut penggunaan senjata mematikan, termasuk peluru asli, dihentikan.

Sepuluh tahun kemudian perjuangan para aktivis membawa hasil. Pembasmian tetap dilakukan, namun dengan tangan kosong dan peluru karet. Di sinilah, penonton akan menikmati aksi-aksi bela diri tangan kosong.

Alif yang tengah memimpin operasi penumpasan kelompok teroris, hampir berhasil menangkap gembongnya, Sunyoto, ketika sebutir peluru menembus pelipis musuh dan mematikannya.

Meski membantah tuduhan bahwa dia membunuh target operasi, Alif diskors oleh komandannya Kolonel Mason karena dinilai melanggar peraturan dengan memakai senjata api.

Alif pun meminta bantuan rekannya, Lam yang merupakan jurnalis media terkemuka untuk mengungkap kematian Sunyoto.

Lalu, sebuah bom kembali meledak di kafe setelah sepuluh tahun dan menewaskan puluhan pengunjung, termasuk mantan kekasih Alif yang kembali menjalin hubungan dengannya. Hasil penyelidikan mengindikasikan pelaku pemboman adalah anggota pesantren tempat mereka belajar dulu.

Alif bertekad menghancurkan siapapun yang mengganggu keamanan meski itu adalah sahabatnya sendiri Mim, yang merupakan tokoh penting di pesantren.

Sebuah operasi dilancarkan untuk menangkap para peneror. Namun, operasi tak berjalan mulus dan justru banyak melukai pihak aparat. Mereka dirawat di pondok pesantren yang dipimpin seorang botanis yang juga dokter.

Operasi lain dikerahkan untuk menangkap pemimpin pesantren. Di sini Alif dan Mim berkelahi demi mempertahankan prinsip. Alif demi menjaga keamanan negara, Mim mempertahankan pesantren dan kenyataan bahwa pihaknya tak terlibat dalam aksi terorisme. Mim bersedia menyerahkan diri untuk menghormati hukum.

Seiring berjalannya investigasi, Alif dan Lam justru mendapatkan fakta bahwa tangan lain bermain di balik kekacauan yang menjadikan pondok pesantren sebagai kambing hitam. Investigasi ini memakan korban, yakni istri Lam dibunuh oleh oknum-oknum aparat yang jadi dalang konspirasi dengan cara melakukan pemboman.

Keduanya bertekad membuktikan keterlibatan aparat dengan mengirim Alif untuk memenuhi undangan Kolonel Mason. Alif yang telah dilengkapi alat sadap berhasil membuktikan keterlibatan atasannya.

“Karena kamu masih percaya Tuhan. Mereka orang Islam kan? Mereka pakai jubah, gamis, sorban. Mereka teroris!” Itulah alasan sang kolonel mengkambinghitamkan pesantren sebagi biang kekisruhan saat Alif mengungkap kebenaran.

Diharapkan bisa cegah Islamophobia

Anggy mengungkapkan bahwa film ini menggambarkan keprihatinannya terhadap Islamophobia yang sedang menjangkiti dunia.

“Saya ingin mengajak penonton untuk mencegah Islamophobia menyebar. Sekarang sudah terasa, ke depan agama pasti akan terkucilkan. Islamophobia penyakit sosial. Obatnya dengan berkomunikasi, salah satunya lewat film,” ujarnya kepada BeritaBenar di sela-sela roadshow film 3 di Universitas Prof. Dr. Hamka, Jakarta, Kamis 8 Oktober.

“Film ini juga menggambarkan cara ketiga tokoh utama memperjuangkan kebenaran menurut versi masing-masing. Alif berjuang melawan penjahat, salah satunya Mim, sahabatnya sendiri. Lam berjuang lewat karya-karyanya sebagai jurnalis. Di film itu dia dibungkam untuk berkarya,” tambahnya.

Konspirasi dalam film ini dikhawatirkan bisa menyinggung sejumlah kalangan. Anggy mengaku sudah dihubungi oleh beberapa pihak, termasuk kalangan legislator, yang menyampaikan keberatan mereka atas film ini.

Menanggapi keberatan, ia mengatakan, film ini hanya akan ditayangkan di bioskop dan tidak akan tampil di televisi manapun seperti kebanyakan film Indonesia lainnya.

“Banyak isu sensitif yang dibahas di film ini,” ungkapnya.

Pemeran Alif, Cornelio Sunny, mengaku film ini membawa pesan moral yang cukup tersirat selain menghibur lewat aksi-aksi bela diri dan konspirasi.

“Saya berharap bisa diikutsertakan di festival-festival film di luar negeri. Di Festival Balinale beberapa waktu lalu, sambutan penonton luar negeri, cukup luar biasa,” tutur pria kelahiran 30 tahun silam.

Meski belum ada rencana membuat sekuelnya, Anggy berharap kisah ketiga sahabat dalam film 3 tidak berhenti di sini.

“Karena ini baru permulaan kisah mereka,” ujarnya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.