Rencana Ganjar undang K-pop konser tuai protes dari penggemar
2023.08.04
Jakarta

Rencana Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, yang juga calon presiden Indonesia, mengundang bintang K-pop ke Indonesia menuai kritik dari penggemar musik tersebut dan menuduhnya menggunakan ketenaran anggota kelompok musik asal Korea itu untuk kepentingan pemilu 2024.
Baru-baru ini, gubernur Jawa Tengah itu beserta Walikota Surakarta Gibran Rakabuming Raka berencana mengundang K-pop idol ke kota tersebut, meski belum disebutkan siapa artis K-pop yang akan didatangkan.
Ganjar bahkan bertanya dalam akun X (Twitter) miliknya beberapa pekan lalu kepada netizen kira-kira siapa artis K-pop yang sebaiknya diundang. “Mas @gibran_tweet tadi bilang pengen bikin konser K-pop di Solo, tapi masih bingung undang siapa. Kamu punya ide?” cuitnya dalam akunnya 20 Juli lalu.
Postingannya tersebut, disukai dan menerima ribuan komentar serta dibagikan lebih dari ribuan akun. Beberapa di antaranya mendukung rencana tersebut, namun banyak juga yang mengecam, mengatakan para politisi itu menggunakan K-pop sebagai alat politik dan mengeksploitasi penggemar aliran musik tersebut.
Maryam Jamilah, 35, misalnya, penggemar BTS, salah satu grup K-pop paling terkenal di dunia itu, mengatakan dirinya menolak idol kesayangannya tersebut digunakan dalam kampanye politik.
“Sama sekali nggak rela karena yang artis K-pop nggak ada hubungannya dengan politik Indonesia,” kata dia.
“Saya nggak masalah sih kalau artis K-pop dijadikan alat kampanye tapi hanya untuk mendukung isu-isu sosial, misalnya anti kekerasan, perlindungan anak, kesetaraan gender, kesehatan, dan lainnya. Yang penting memberikan dampak sosial positif,” kata Maryam kepada BenarNews.
Dia meyakini bahwa K-pop idol favoritnya itu tak akan mau diajak untuk mendukung partai tertentu di mana pun. Dia juga memastikan tak akan hadir dalam konser BTS jika dibayangi kampanye dan disponsori partai politik.
Sentimen negatif juga disampaikan Dewi Indah Mirananda, 47, penggemar BTS lainnya. Menurutnya menggunakan K-pop idol untuk menarik pemilih milenial menandakan kurangnya kreativitas dalam program politik partai.
“Emang menggaet suara milenial cuma itu satu-satunya cara? Lebih ke program-program dong. Ini berarti memang minim program. Program kampanye mau ngapain setidaknya apa kek lebih kreatif,” kata dia.
Dewi mengatakan akan tetap datang menonton konser BTS jika ada meskipun tak akan memilih calon siapa pun di belakangnya.
K-pop idol BTS memang memiliki basis penggemar setia. Berdasarkan sensus 2020 dari BTS ARMY - demikian para fans group ini menyebut dirinya, terdapat 400.000-an orang di seluruh dunia yang mengaku sebagai penggemar setia group ini, dengan Indonesia menjadi salah negara dengan populasi terbesar fans boy band ini.
Keseluruhan jumlah tersebut diperkirakan masih lebih kecil daripada angka sebenarnya.
Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah penggemar K-Pop terbesar di dunia maya pada 2021, berdasarkan laporan Twitter yang dirilis pada awal 2022.
Tercatat, pada 2021, ada sebanyak 7,8 miliar cuitan global yang menggunakan tagar #Kpop di Twitter. Angka tersebut naik melebihi tahun sebelumnya, yakni sebesar 6,7 miliar cuitan.
Ganjar: Tidak ada hubungan dengan politik
Menanggapi tuduhan itu, Ganjar meresponnya melalui akun twitternya keesokan harinya, mengatakan konser tersebut bukanlah untuk kampanye melainkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah.
“Terima kasih atas masukan dan sarannya. Tenang saja, ini nggak ada hubungannya dengan politik. Kehadiran K-pop berpotensi meningkatkan perputaran ekonomi masyarakat Jawa Tengah, terutama di sektor UMKM dan pariwisata,” kata Ganjar, yang akan bersaing dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan mantan Gubernur Jakarta Anies Baswedan dalam pemilihan presiden Februari tahun depan.
Penggemar BTS lainnya, Maya Nurlia, mengatakan jika pada akhirnya K-pop idol dipakai untuk kampanye para politisi di Indonesia, maka kemungkinan mereka tertipu dengan proposal yang diajukan.
“Idol di Korea dilarang terhubung dengan Parpol. Jadi kalau pas ada musim pemilu, mereka dilarang pakai outfit warna merah, biru atau kasih sign tangan atau nomor partai,” ujar dia.
Politisi di Indonesia belakangan ini memang banyak menggunakan K-pop untuk mendulang suara dari para penggemar kelompok musik yang mendunia itu.
Pada Maret lalu misalnya, beberapa partai politik mengumumkan pemberian tiket gratis untuk menonton konser Blackpink, girl band terkenal dari Korea Selatan yang tampil di Jakarta dalam rangkaian konser dunia Born Pink.
Partai Solidaritas Indonesia (PSI), seperti misalnya, mengatakan pemenang tiket gratis dipilih secara acak dari mereka yang mengikuti akunnya dan memposting ulang tweet PSI.
Calon presiden yang diusung partai Gerindra, Prabowo Subianto, meminta penggemar untuk berpose dengan papan reklame dirinya sambil mengenakan merchandise Blackpink.
Ikatan kuat ke penggemar
Peneliti budaya K-pop di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ranny Rastati, mengatakan musik K-pop disukai banyak orang di Indonesia karena memiliki keterikatan yang erat antara fans dan idol melalui musik yang enak didengar.
“Ditambah lagi dengan adanya visual idol yang menarik, fashion dan makeup yang trendi dan koreografi yang keren dan sulit dilakukan, serta fan service dari Idol yang baik,” ujar Ranny.
Selain itu, ujarnya, lirik lagu K-pop yang positif dan mendalam mampu berbicara ke hati pendengar. Contohnya, banyak lirik yang mengangkat isu kesehatan mental, pentingnya menerima diri sendiri, dan anti-bullying.
“Lirik ini seolah menemani pergulatan batin dan dinamika hidup pendengarnya. Dari sini, K-pop berhasil membangun ikatan yang kuat antara fans dengan idolnya,” kata Ranny.
Ranny menambahkan budaya K-pop juga telah mempengaruhi konsumsi produk-produk Korea di Indonesia seperti produk kecantikan, telepon genggam, dan merchandise terkait Idol favorit penggemar K-pop.
Berdasarkan data statistik, Indonesia merupakan pasar ketiga terbesar produk kecantikan Korea di Asia Tenggara pada 2019, dengan nilai USD 137 juta (Rp 2 triliun). Indonesia juga merupakan pasar kedua terbesar di dunia untuk produk telepon genggam Samsung di Asia Tenggara.
Pakar politik: wajar dan sah-sah saja
Pakar politik Universitas Padjadjaran Idil Akbar mengatakan rencana mendatangkan K-pop idol merupakan hal yang wajar dan sah-sah saja asalkan tidak melanggar peraturan kampanye.
“Itu strategi politik dengan tujuan mendapatkan atensi dari masyarakat dan penggemar K-pop. Ya, sejauh tidak melanggar kepatuhan kampanye karena saat ini kampanye belum dimulai dan pendaftaran resmi calon juga belum dibuka,” kata dia.
Menurut Idil, penggemar K-pop di Indonesia sangat besar dan penggemarnya termasuk militan dan setia.
“Jika ada capres (calon presiden) memfasilitasi kegemaran mereka dengan mendatangkan idol mereka maka itu bagian dari strategi untuk menggaet suara mereka. Ini merupakan bentuk dari perhatian capres mana pun yang melihat K-popers menjadi lumbung suara bagi mereka, Targetnya pasti dongkrak suara,” kata dia.
Idil menilai hal ini akan sangat efektif karena pemilih merasa capres tahu tahu apa yang menjadi keinginan mereka.
“Konteksnya dalam hal ini hiburan dan seni. Mereka (politisi) mencoba menangkap apa yang diinginkan K-popers yaitu bertemu idola mereka.”
“Kalau dalam waktu dekat ini bentuknya hiburan saja, tapi dengan syarat sudah masuk tahapan kampanye. Katakanlah mendatangkan Idol, ada bawa bendera, menyuarakan pilih A atau B. Itu baru pelanggaran karena ini belum masuk tahapan kampanye,” tambahnya.
Menurut data dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS), milinial dan gen-Z diharapkan dapat mendongkrak 60 persen suara di Pemilu 2024.
Hasil riset itu juga menyimpulkan bahwa pemilih milenial lebih memilih pemimpin yang jujur dan anti-korupsi dan memiliki pemahaman isu seperti perubahan iklim.