Garam Talise, hancur diterpa tsunami, kini bangkit dongkrak ekonomi warga
Tambak yang sempat rusak kini telah berproduksi kembali bahkan garamnya menjadi komoditi ekspor.
Taufan Bustan 2022.12.02 Palu
Petani memanen garam dengan latar belakang matahari tenggelam di penggaraman Talise, Palu, Sulawesi Tengah, pada awal November 2022. Bertani garam menjadi salah satu profesi yang digeluti oleh sebagian masyarakat yang bermukim di kawasan Teluk Palu.
[Taufan Bustan/BenarNews]
Para petani garam di Talise, Palu, Sulawesi Tengah akhirnya bisa kembali bangkit setelah sebelumnya terpuruk akibat bencana gempa bumi dan tsunami yang menghancurkan tambak-tambak mereka pada 28 September 2018 lalu. Kini, seratusan lebih penambak di sini sudah semringah lagi, mereka pun bisa kembali bekerja dan menghasilkan rupiah untuk menghidupi keluarga dari hasil penjualan garam Talise.
Petani mengumpulkan garam yang baru dipanen di penggaraman Talise, Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (5/11/2022). Penggaraman Talise memiliki luas kurang lebih 18 hektar yang terbentang di sebelah utara Teluk Palu. Lokasi ini dikelola sekitar 160 orang petani garam yang terbagi dalam 16 kelompok. Pasca zaman kolonial Belanda hingga kemerdekaan Indonesia 1945, penggaraman Talise diambil alih dan dikembalikan untuk dikelola oleh penduduk asli Palu. Dari tahun 1945 hingga tahun 1970, jumlah petani garam mencapai 300-an orang, namun memasuki tahun 1980 hingga 1990 jumlah petani garam mengalami penurunan hingga saat ini tersisa sekitar 160 orang. [Taufan Bustan/BenarNews]
Petani memikul karung berisi 50 kg garam yang baru dipanen di penggaraman Talise, Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (27/11/2022) untuk keluar dari lokasi penggaraman. Cara ini mempertahankan apa yang telah dilakukan para pendahulu petani garam di lokasi ini. Setelah garam dipikul dan berada di luar kawasan penggaraman, lalu dinaikkan ke dalam gerobak sapi untuk kemudian dijual ke pembeli. [Taufan Bustan/BenarNews]
Seorang petani menggunakan gerobak sapi membawa belasan karung berisi garam yang baru dipanen dan siap untuk dijual ke pengepul di penggaraman Talise, Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (27/11/2022). Meski sudah banyak transportasi pengangkutan yang modern bermunculan, namun pengangkutan garam hasil panen petani di penggaraman Talise masih mempertahankan cara tradisional yang ditinggalkan pendahulu mereka, yakni dengan menggunakan gerobak yang ditarik oleh dua ekor sapi. [Taufan Bustan/BenarNews]
Seorang pedagang garam menunggu pembeli di sebuah kios kecil yang dibuka di jalan raya samping penggaraman Talise, Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (27/11/2022). Selain dijual ke luar Palu, garam Talise juga dijual secara eceran di Palu. Harganya mulai dari Rp5 ribu per liter untuk garam pupuk, Rp10 ribu untuk garam ikan, dan Rp15 ribu per liter untuk garam konsumsi. [Taufan Bustan/BenarNews]
Seorang petani membuka tambak garam baru menggunakan sebuah skop di penggaraman Talise, Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (10/11/2022). Hingga kini, beberapa petani masih membuka lahan baru setelah sebelumnya lahan mereka rusak akibat diterjang tsunami pada 28 September 2018. Dan pembukaan tambak garam di penggaraman Talise juga masih mempertahankan peralatan tradisional. Meski demikian, hasil panen dari penggaraman Talise memiliki harga bagus di pasaran. [Taufan Bustan/BenarNews]
Petani mengisi bahan bakar ke dalam mesin penyedot air di penggaraman Talise, Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (10/11/2022). Pemerintah Sulteng memberikan bantuan 16 unit mesin penyedot air untuk digunakan petani yang terbagi ke dalam 16 kelompok. Penggunakan mesin penyedot ini baru dilakukan warga Palu setelah sebelumnya mereka mengambil air laut untuk dijadikan garam di tambak dengan menggunakan bambu, ember, dan loyang yang diangkut secara manual 15 tahun lalu. [Taufan Bustan/BenarNews]
Bayangan seorang petani terpantul di tambak garam yang dipanennya di penggaraman Talise, Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (27/11/2022). Aktivitas pengolahan garam di kawasan Teluk Palu telah berlangsung cukup lama. Petani di penggaraman Talise mengakui, bahwa pengolahan garam di lokasi ini dilakukan sejak zaman Belanda dan saat ini masih terus dipertahankan meski cara produksinya secara tradisional. Pada masa kolonial di antara tahun 1921, salah satu komoditi perdagangan yang paling menonjol di Palu adalah garam selain hasil bumi lainnya. [Taufan Bustan/BenarNews]
Pengepul berada di dekat puluhan karung berisi garam konsumsi yang akan dijual ke Gorontalo dan Manado, Sulawesi Utara seusai dipanen di penggaraman Talise, Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (27/11/2022). Selain diecer di Palu, garam Talise baik untuk pupuk, ikan, dan konsumsi dijual ke sejumlah wilayah di Indonesia. Tidak hanya itu, garam Talise juga sudah menembus pasar luar negeri seperti Brunei Darussalam, Singapura, Malaysia, dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya. [Taufan Bustan/BenarNews]
Petani mengambil garam menggunakan timba plastik untuk dimasukkan ke dalam karung 50 kg sebelum dijual seharga Rp200 ribu untuk garam konsumsi, Rp150 ribu garam ikan, dan Rp100 ribu garam pupuk kepada pengecer dan pengepul di penggaraman Talise, Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (5/22/2022). Dalam setahun, penggaraman Talise bisa memproduksi ratusan ton garam hasil panen. Dan selain untuk memenuhi kebutuhan warga Palu, garam talise juga disuplai ke sejumlah wilayah di Indonesia, bahkan menembus pasar Asia Tenggara. [Taufan Bustan/BenarNews]