Dimulai dari Bali, penerima Magsaysay 2022, ingin perairan di seluruh dunia bersih dari sampah plastik

Pencapaian Gary Bencheghib diakui dalam menggabungkan alam, petualangan, dan teknologi untuk advokasi lingkungan.
Luh De Suriyani
2022.09.07
Denpasar
Dimulai dari Bali, penerima Magsaysay 2022, ingin perairan di seluruh dunia bersih dari sampah plastik Para relawan Sungai Watch dalam kegiatan pembersihan sungai di Taman Hutan Rakyat (Tahura) Mangrove, di Bali, 2 September 2022.
[Luh De Suriyani/BenarNews]

Ketika diumumkan sebagai salah satu peraih Ramon Magsaysay Award 2022, Gary Bencheghib, pemuda asal Prancis berusia 27 tahun yang bermukim di Bali sejak kecil ini, tengah sibuk membersihkan hutan mangrove yang dipenuhi sampah.

Belasan relawan – yang sebagian besar warga negara asing yang tinggal di Bali, pada 2 September lalu membersihkan mangrove di Taman Hutan Rakyat (Tahura) Mangrove, area tanaman bakau terluas dan dilindungi di Bali, yang rutin mereka lakukan.

Sungai Watch, organisasi yang dibentuk Gary dan dua saudaranya pada 2020, sudah setahun membersihkan mangrove terutama di areal yang berbatasan langsung dengan aliran sungai dari permukiman ke laut.

Mengenakan sepatu bot plastik, para relawan terendam di lumpur dari betis sampai pinggang. Mereka juga berusaha memasuki kerapatan akar mangrove yang mencuat untuk meraih sampah anorganik yang tersangkut di sana.

Mangrove bisa mati jika tertutup sampah, terutama bibitnya yang baru tanam. Mangrove itu pun tidak bisa menjadi habitat pemijahan ikan dan kepiting karena satwa itu tidak bisa berkembang biak dalam ekosistem tercemar.

Dalam dua jam bergotong royong, para relawan berhasil menarik 76 kantong sampah plastik dengan berat total lebih dari 748 kilogram. Sampah ini sangat kotor dan sulit dibersihkan untuk bisa didaur ulang. Inilah langkah berikutnya yang sedang diuji coba tim Sungai Watch, bagaimana menjadikan sampah anorganik dari pembersihan darurat ini bernilai ekonomis demi program yang berkelanjutan, ungkap Gary.

“Mimpi kita bagaimana buat produk dari sampah yang dikumpulkan untuk pendanaan sendiri dan mengembangkan yayasan,” ujar Gary, kepada BenarNews seusai kegiatan pembersihan bakau.

Sebelum dibersihkan dan dipasangi pengadang sampah (trash barrier), area Tahura Mangrove ini tertimbun sampah sampai menutupi seluruh akar mangrove.

Sungai Watch mengaku sudah mengangkut sekitar 90 ton sampah anorganik selama hampir setahun dengan memobilisasi warga. Meski sudah dipasangi pengadang, masih ada sebagian kecil sampah yang lolos kemudian menyebar ke mangrove.

Tidak hanya satu, namun sedikitnya ada delapan pengadang sampah sepanjang sekitar 4 kilometer aliran sungai yang membelah pemukiman sangat padat di Denpasar Selatan ini.

Tim Sungai Watch membersihkan sampah yang terjaring nyaris tiap hari untuk mencegah air meluap karena tumpukan sampah, termasuk mengajak sukarelawan memungut plastik yang masih menyebar di rimbunnya mangrove, benteng alami pesisir selatan Bali.

Sampah laut kini semakin menjadi perhatian karena terbukti mencemari satwa laut dan meracuni manusia dengan mikro plastik dari seafood, kata Sungai Watch. Pemerintah Indonesia bertekad mengurangi sampah di laut sampai 70 persen pada 2025.

Menjelang pelaksanaan KTT G20 di Bali, Gary berharap para pemimpin dunia melihat sendiri peliknya masalah sampah di Pulau Dewata ini, termasuk sampah di mangrove yang digadang-gadang sebagai lokasi showcase lingkungan bagi delegasi kelompok 20 negara tersebut.

Popok menjadi pencemar yang banyak ditemukan saat pembersihan sungai, sementara di latar belakang tampak para relawan Sungai Watch sedang melakukan tugasnya di Taman Hutan Rakyat (Tahura) Mangrove, di Bali, 2 September 2022. [Luh De Suriyani/BenarNews]
Popok menjadi pencemar yang banyak ditemukan saat pembersihan sungai, sementara di latar belakang tampak para relawan Sungai Watch sedang melakukan tugasnya di Taman Hutan Rakyat (Tahura) Mangrove, di Bali, 2 September 2022. [Luh De Suriyani/BenarNews]

Tidak menyangka bisa menjadi penerima Magsaysay

Kepedulian atas lingkungan yang bersih dari sampah plastik dengan terjun langsung dan terus melakukan advokasi untuk terwujudnya perairan yang bebas polusi, telah membawanya menjadi salah satu penerima Ramon Magsaysay tahun ini, penghargaan bergengsi yang disetarakan dengan hadiah Nobel untuk kawasan Asia.

“Perjuangannya yang menginspirasi melawan polusi plastik di perairan, sebuah masalah lokal dan global. Energi mudanya dalam menggabungkan alam, petualangan, dan teknologi sebagai senjata untuk melakukan advokasi sosial. Hasratnya yang kreatif dan berani mengambil risiko menjadi contoh yang cemerlang bagi kaum muda dan dunia,” demikian pernyataan dari Yayasan Magsaysay tentang penunjukan Gary sebagai penerima penghargaan itu tahun ini bersama tiga tokoh lainnya.

Peraih Magsaysay lainnya untuk tahun 2022 adalah Sotheara Chhim, seorang psikiater dan advokat kesehatan mental dari Kamboja, Tadashi Hattori, seorang dokter mata asal Jepang dan aktivis kemanusiaan yang melakukan operasi mata gratis di Vietnam, dan Bernadette J.Madrid, dokter dari Filipina yang memperjuangkan hak anak di negaranya dengan menciptakan ruang aman bagi anak-anak korban pelecehan.

“Saya masih muda sekali dan ini kejutan. Saya sebelumnya tidak tahu Magsasay Award, kemudian tahu Dalai Lama, Teten Masduki pernah mendapatkan,” ujar Gary kepada BenarNews, menyebut salah nama aktivis anti korupsi yang kini menjabat sebagai Menteri Koperasi dan Usaha Kecil.

Selain Teten Masduki, sejumlah lembaga dan individu dari Indonesia pernah memenangkan Magsaysay – penghargaan yang diinspirasi oleh nama seorang Presiden Filipina, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi, Dompet Dhuafa, Abdurrahman Wahid dan Rumah Produksi Watchdoc.

Gary mengaku ia sempat diwawancarai oleh seseorang yang dia anggap sebagai profesor dari salah satu universitas dari Filipina, lalu kemudian mendapat telepon yang mengabari bahwa dirinya mendapatkan Magsaysay Award.

Walaupun tidak menyangka menjadi pemenang Magsaysay Award, dia tentu bahagia karena usahanya mendapat pengakuan. Apalagi pengakuan itu oleh yayasan yang sejak tahun 1958 telah menganugrahkan penghargaan kepada lebih dari 300 individu dan organisasi yang berjasa dalam memberikan solusi untuk masalah paling menantang bagi masyarakat di Asia dan dunia.

“Ini bukti bahwa melawan plastik dan membersihkan mangrove sangat penting,” tegas Gary.

“Jika sukses di Jawa, ini akan berhasil di seluruh dunia”

Penghargaan yang diterimanya ini tentu saja bukan karena hasil kerja semalam, namun upaya tiada henti bertahun-tahun sebelumnya.

Sebelum mendirikan Sungai Watch di Bali bersama dua orang saudaranya, Kelly dan Sam Bencheghib, Gary juga telah melakukan kampanye Make a Change World, dengan membuat sejumlah dokumenter aksi penyelamatan lingkungan yang disebar di media sosial sejak 2017.

Salah satu dokumenternya, kampanye pembersihan Sungai Citarum yang memperlihatkan Gary di dalam sebuah kayak dari sampah botol minuman mengarungi kepadatan sampah di sungai di Jawa Barat, viral dan mendapat perhatian publik, termasuk Presiden Joko Widodo yang kemudian mencanangkan program rehabilitasi Sungai Citarum.

Gary Bencheghib berada dalam kayak yang terbuat dari botol plastik bekas di Sungai Citarum, Jawa Barat, dalam foto selebaran tanpa tanggal yang dibagikan oleh Yayasan Penghargaan Ramon Magsaysay, 31 Agustus 2022. [Yayasan Penghargaan Ramon Magsaysay]
Gary Bencheghib berada dalam kayak yang terbuat dari botol plastik bekas di Sungai Citarum, Jawa Barat, dalam foto selebaran tanpa tanggal yang dibagikan oleh Yayasan Penghargaan Ramon Magsaysay, 31 Agustus 2022. [Yayasan Penghargaan Ramon Magsaysay]

Karena kemampuannya memobilisasi relawan, Yayasan Sungai Watch yang memiliki 55 staf ini sudah mengumpulkan hampir 600.000 kilogram sampah plastik, lebih dari 437.000 kilogram sampah organik, dan memasang 145 trash barrier di Bali.

Lebih dari 285 kegiatan pembersihan komunitas telah berkontribusi pada bergasil dicegahnya ratusan ribu kilogram sampah plastik masuk laut. Pada tahun pertama, Gary menargetkan hanya 100 pengadang sampah, kini targetnya adalah 1.000 pengadang pada 2023. 

Pekan ini, Sungai Watch akan merilis petisi untuk melarang titik pembuangan sampah ilegal. Gary menyebut sedikitnya ada 1000 titik pembuangan sampah ilegal di Bali, tersembunyi di belakang perumahan atau dekat aliran sungai, tebing, sampai hutan.

Pada September ini juga organisasi tersebut memulai langkah pertama meluaskan Sungai Watch di luar Bali, yakni Banyuwangi, Jawa Timur.

Pihaknya sudah membuat tim manajemen, patroli sampah, dan lainnya untuk memastikan sistem yang sudah berjalan di Bali bisa mengurangi sampah laut di pesisir Jawa, kata Gary.

“Jika ini berhasil di Jawa, saya yakin berhasil di seluruh dunia,” ujar Gary optimis.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.