Jokowi Segera Ganti Gatot Sebagai Panglima TNI
2017.12.04
Jakarta

Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengajukan nama Marsekal Hadi Tjahjanto untuk mengantikan Jenderal Gatot Nurmantyo, yang akan memasuki masa pensiun pada Maret 2018 mendatang. Gatot kerap disebut akan maju dalam Pemilihan Presiden 2019, dan berpeluang sebagai penantang Jokowi.
Nama Hadi Tjahjanto telah diajukan ke Dewan Perwakilan Rakyat, untuk menjalani uji kepatutan dan kelayakan. Jokowi meyakini, pria kelahiran 1963 itu bisa meneruskan kepemimpinan Gatot Nurmantyo.
"Saya meyakini Beliau memiliki kemampuan dan kepemimpinan yang kuat dan bisa membawa TNI ke arah yang lebih profesional sesuai jati dirinya, yaitu sebagai tentara rakyat, tentara pejuang, tentara nasional, dan tentara profesional," kata Jokowi, dalam keterangan persnya yang diterima BeritaBenar, Senin, 4 Desember 2017.
Sementara DPR mengaku akan segera melakukan uji kelayakan dan kepatutan. Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan, mengatakan proses tersebut ditargetkan kelar sebelum masa reses.
“Sebelum reses 13 Desember bisa diputuskan untuk hasil fit and proper tes seperti apa di Komisi I,” katanya kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta.
Anggota Komisi I DPR Effendi Simbolon mengatakan dalam uji kelayakan nanti pihaknya akan menanyakan di antaranya sejauh mana konsistenan Hadi Tjahjanto dalam menjaga profesionalitas TNI dan kepatuhannya terhadap negara.
Kemudian caranya menjaga sinergitas antara TNI dan Polri serta tetap harmonis dengan masyarakat. Termasuk upaya memodernisasi alat utama sistem pertahanan (alutista) dan kesejahteraan prajurit.
“Saya perkirakan akan mulus-mulus saja dan beliau akan jadi Panglima TNI,” ujarnya.
Hadi Tjahjanto masih menjabat Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau). Hadi bukan orang asing bagi Jokowi. Ia pernah menjadi Sekretaris Militer Presiden 2015-2016 dan Irjen Kementerian Pertahanan sebelum dinobatkan sebagai Kasau. Saat Jokowi menjabat Wali Kota Solo, Hadi merupakan Komandan Lanud Adisumarmo di Solo.
“Jadi pemilihan Kasau menjadi Panglima TNI ini lebih pada preferensi Presiden Jokowi,” kata pengamat politik Andrianto.
Tak berambisi politik
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, menilai, Jokowi sengaja memilih Hadi Tjahjanto karena ia belum menunjukkan ambisi politik, tak sama seperti Gatot, yang tampak semakin berambisi mencari ketenaran politik menjelang masa pensiun.
“Pasti Jokowi tak menginginkan ada matahari kembar yang lebih bersinar dibandingkan Jokowi. Itu artinya Jokowi belajar dan memastikan panglima penganti Gatot yang betul tak liar, tak berselancar dengan opini publik namun bisa dikendalikan,” ujar kepada BeritaBenar.
Gatot Nurmantyo menjadi sorotan setelah beberapa pernyataannya yang oleh beberapa analis dinilai sebagai ambisi politik termasuk untuk maju dalam Pemilihan Presiden 2019.
Oktober lalu dalam pidatonya memperingati HUT TNI ke-72, Presiden Jokowi menegaskan TNI agar menjaga loyalitas kepada pemerintahan yang sah dan tidak terjebak dalam kepentingan politik praktis yang sempit.
Pidato ini ditengarai sebagai respons atas pernyataan Gatot pada bulan September. Saat itu Gatot mengatakan mengetahui rencana pembelian 5000 senjata ilegal oleh institusi non militer, hal yang kemudian diluruskan oleh Menteri Koordinator Politik Hukum dan Kemananan, Wiranto, yang mengatakan bahwa hanya 500 senjata bukan standar militer yang dibeli sehingga tidak harus mendapat perijinan militer.
Gatot juga menginstruksikan jajarannya untuk menonton bareng film G30S/PKI, film kontroversial yang banyak dinilai sebagai film propaganda orde baru di bawah Suharto.
Gatot juga hadir dalam sebuah acara partai politik yang dilaporkan sejumlah media sebagai satu upaya menggalang dukungan untuk Pemilihan Presiden 2019.
“Jenderal Gatot memang berpeluang jadi calon presiden,” kata Pangi Syarwi.
Sementara itu pengamat politik Burhanuddin Muhtadi berpandangan lain. Ia berpendapat Gatot potensial menjadi calon wakil presiden pendamping Jokowi di Pilpres 2019.
“Gatot potensial jadi senjata rahasia Jokowi,” katanya.
Hasil survei Indo Barometer yang dirilis 3 Desember 2017 menempatkan Gatot Nurmantyo sebagai salah satu dari empat cawapres paling potensial di Pilpres 2019.
Tingkat elektabilitas Gatot mencapai 6,9 persen, sama seperti Agus Harimurti Yudhono dan Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama. Mereka hanya kalah dari Anies Baswedan di peringkat pertama dengan elektabilitas 10,5 persen.
Penyegaran
Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan (PSPK) Universitas Padjadjaran, Bandung, Muradi mengatakan, penunjukan Hadi Tjahjanto oleh Jokowi bagian untuk menghidupi lagi rotasi kepemimpinan militer.
“Hal ini juga menegaskan untuk memperkuat penekanan kepemimpinan di TNI bahwa kepemimpinan bergilir adalah bagian dari membangun soliditas antar angkatan,” ujarnya.
Penunjukan Hadi sebagia calon tunggal Panglima TNI juga dinilai bagian dari menjaga netralitas TNI.“Langkah untuk menjaga dan mengintegrasikan antara politik negara dalam bentuk Nawacita dan poros maritim dunia dengan doktrin pertahanan negara serta doktrin TNI dan doktrin angkatan,” ujar Muradi.
Pengamat militer Susaningtyas Kertopati menilai usulan panglima TNI dari angkatan udara merupakan langkah tepat. “Sesuai dengan tahapan pembangunan kekuatan maritim sudah selayaknya Alutsista AU mendapat prioritas pertama,” katanya.
Sementara Gatot Nurmantyo berharap Panglima TNI pengganti dirinya nanti bisa menghadapi tantangan tugas yang kompleks. Ia enggan memberi penilaian tentang sosok Hadi Tjahjanto.
"Jangan tanya kepada saya tapi tanya ke Presiden. Karena Presiden yang akan menggunakan panglima yang menggantikan saya berdasarkan tantangan tugas ke depan," katanya di Mabes TNI seperti dikutip Antara.
Gatot juga enggan menanggapi hasil survei yang memasukkan namanya dalam bursa calon presiden. “Survei kalau ditanggapi capek,” ujarnya.