Gempa Kuat Guncang Aceh, Puluhan Orang Tewas

Nurdin Hasan
2016.12.07
Banda Aceh
  Sejumlah warga duduk di luar sebuah masjid yang menaranya roboh akibat gempa bumi di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, 7 Desember 2016.
AFP

Puluhan orang, termasuk anak-anak dan perempuan, tewas dan ratusan warga lainnya menderita luka-luka akibat gempa bumi dengan kekuatan 6,5 Skala Richter yang mengguncang Provinsi Aceh, Rabu dinihari, 7 Desember 2016.

Tetapi, jumlah korban meninggal dunia hingga Rabu malam, masih simpang siur dan berbeda antara satu instansi dengan lembaga pemerintah lain sehingga belum diketahui pasti berapa jumlah sebenarnya yang tewas akibat gempa menjelang subuh tersebut.

Panglima Komando Militer Daerah (Kodam) Iskandar Muda, Mayjen Tatang Sulaeman, mengatakan hingga pukul 18:00 WIB jumlah korban yang meninggal dunia mencapai 93 orang dengan rincian 91 warga Kabupaten Pidie Jaya dan dua lagi di Kabupaten Bireuen. Selain itu 528 orang mengalami luka-luka.

“Sejauh ini, reruntuhan rumah toko sudah dibersihkan. Mudah-mudahan tidak ada lagi orang yang tertimbun karena semua berhasil dievakuasi,” katanya kepada BeritaBenar.

Tetapi, informasi berbeda disampaikan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pidie Jaya, Puteh Manaf, yang menyatakan proses pencarian korban dari puing bangunan yang ambruk masih dilanjutkan, Rabu malam.

“Untuk penerangan, kami menggunakan genset (mesin generator) karena sejak gempa terjadi, listrik PLN mati total di Pidie Jaya,” kata Puteh saat dihubungi BeritaBenar.

Dia belum dapat memastikan berapa jumlah korban yang masih tertimbuh reruntuhan bangunan.

Menurutnya, korban tewas yang terdata di posko BPBD setempat hingga pukul 19:00 WIB berjumlah 78 orang.

Data korban meninggal berbeda diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Pidie Jaya, Said Abdullah, yang menyebutkan sebanyak 67 orang.

Menurut Said, para korban luka-luka sebagian besar dibawa ke Rumah Sakit Umum Tgk Chik Ditiro di Sigli – ibukota Kabupten Pidie yang bertetangga dengan Pidie Jaya – karena rumah sakit setempat rusak berat.

“Memang ada seratus orang lebih yang dirawat di sini dengan mendirikan tenda dan ditampung di selasar rumah sakit,” katanya.

Direktur RSU Tgk Chik Ditiro, drg. Muhammad Riza Faisal menyatakan, lebih 300 korban gempa dari Pidie Jaya masih dirawat intensif di rumah sakit tersebut.

Mereka sebagian besar dirawat di selasar dan lorong-lorong rumah sakit karena ruangan rumah sakit tidak mencukupi menampung para korban.

“Kebanyakan korban mengalami patah dan luka robek,” katanya.

Beberapa saat setelah gempa, tim gabungan TNI/Polri dan relawan kemanusiaan berusaha menggali puluhan korban yang tertimbun bangunan rumah toko di beberapa lokasi di Pidie Jaya, lokasi paling parah terdampak gempa.

Sejumlah alat berat dikerahkan untuk mencari para korban yang diyakini terjebak dalam rumah saat berusaha menyelamatkan diri.

Gempa itu juga mengakibatkan puluhan bangunan, rumah took, serta masjid roboh dan rusak berat.

Gempa yang tidak berpotensi tsunami juga dirasakan warga beberapa kabupaten dan kota di Aceh yang memaksa mereka berhamburan ke luar rumah.

Banyak warga yang rumahnya dekat dengan pinggir laut memilih pergi menjauh dari rumah begitu gempa terjadi karena mereka khawatir datangnya tsunami.

Kekhawatiran warga itu karena mereka pernah mengalami bencana tsunami menyusul gempa berkekuatan 9,3 Skala Richter pada 26 Desember 2004 yang menewaskan lebih dari 170.000 orang di Aceh.

Status darurat

Pelaksana tugas Gubernur Aceh, Soedarmo, menetapkan gempa itu sebagai bencana dengan status darurat provinsi karena menimbulkan korban jiwa dan kerusakan di tiga kabupaten – Pidie Jaya, Pidie dan Bireuen.

Alasan ditetapkan dengan status darurat provinsi untuk memudahkan penanganan para korban, parahnya kerusakan sarana dan prasarana, dan gangguan fungsi layanan umum.

“Kita mengharapkan masyarakat di daerah bencana dan seluruh masyarakat Aceh untuk tidak panik dan tetap waspada,” ujarnya dalam rilis yang diterima BeritaBenar.

Pemerintah Aceh, tambah Soedarmo, telah mengirimkan segala kebutuhan para korban.

Ia juga telah mengintruksikan semua instansi terkait seperti Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas Cipta Karya, dan Dinas Bina Marga untuk melihat segala kebutuhan korban.

“Dapur umum, tenda penampungan, telah diperintahkan untuk segera didirikan di lokasi terdekat dengan warga,” katanya.

Dalam rilis tersebut juga disebutkan gempa berkekuatan 6,5 Richter berlokasi di 5.19 LU – 96-36 BT dengan kedalaman 10 km berpusat di darat pada jarak 106 km arah Tenggara Kota Banda Aceh, pada kedalaman 15 km.

“Ditinjau dari kedalaman hiposenternya, ini jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar lokal dan dibangkitkan aktivitas sesar mendatar (strike-slip fault),” tulis pernyataan Pemerintah Aceh tersebut.

Perintahkan Kepala Staf

Di Jakarta, Presiden Joko “Jokowi” Widodo memerintahkan Kepala Staf Presiden, Teten Masduki, berangkat ke Aceh untuk memantau penanganan korban gempa.

“Saya sudah mendapatkan laporan, dan saya sudah perintahkan seluruh aparat untuk bergerak sesuai otoritasnya. Sebentar lagi juga kepala staf presiden akan meluncur ke Aceh,” katanya seperti dikutip dari laman setkab.go.id.

Jokowi berjanji akan terus mengikuti perkembangan dari penanganan korban gempa di Pidie Jaya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.