Pesawat Hercules Jatuh di Papua, 13 Orang Tewas
2016.12.19
Malang & Jayapura

Rika Nastiti duduk di kursi roda, tangan kanan terpasang selang infus. Matanya sembab, air terus mengalir, membasahi pipi.
Duduk di sudut ruangan hangar Skadron Udara 32 Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh, Malang, Jawa Timur, Ahad malam, Rika seolah tak punya tenaga.
Kepalanya tertunduk lesu. Rika adalah istri Letnan Satu Hanggo Fitradhi, seorang dari 13 korban kecelakaan pesawat Hercules C-130 Nomor A-1334 milik TNI AU, yang jatuh di daerah Gunung Lisua, Distrik Minimo, Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Minggu, 18 Desember 2016 pagi.
Mendiang Hanggo merupakan kopilot Hercules yang tengah mengikuti latihan navigasi untuk promosi menjadi kapten pilot.
Iring-iringan peti jenazah dibalut bendera Merah Putih memasuki hangar. Peti jenazah diusung para personil TNI AU. Saat peti jenazah tiba, tangis keluarga korban pecah.
Rika coba berdiri, kerabatnya memapah dan membawa infus. Tangannya memeluk peti jenazah. Sesekali dia mengelus peti, sambil menyandarkan kepala di atas peti. Matanya merah, airmata meleleh di pipi.
"Saya ikhlas, Mas. Tapi bagaimana saya hidup tanpamu lagi, Mas?" katanya lirih seolah berbisik kepada jenazah suaminya.
Hanggo meninggalkan istri dan seorang anak yang masih balita.
Ke-13 peti jenazah dilepas melalui upacara militer, terdiri dari 12 awak pesawat dan seorang penumpang bernama Kapten Rino Pratama, anggota Satrad 242/Biak.
Agus Purwanti, istri Letnan Satu Suyata, terlihat tegar meski sesekali menyeka air mata. Mengenakan mukenah putih, ia menemui para pelayat yang datang ke rumahnya.
"Saya ikhlas, ini musibah," katanya.
Malam sebelum kejadian, katanya, Suyata sempat menelpon membangunkannya untuk menunaikan shalat tahajud.
Suyata meninggalkan tiga anak yang tengah menempuh pendidikan di perguruan tinggi, SMA, dan SD.
Akibat cuaca
Presiden Joko “Jokowi” Widodo yang ditanya wartawan usai meresmikan pengeluaran dan peredaran 11 pecahan uang Rupiah desain baru di gedung Bank Indonesia, Senin, menyatakan penyebab kecelakaan Hercules itu karena cuaca.
“Kecelakaan itu karena cuaca dan memang keadaan alam di sana yang penuh dengan gunung dan perbukitan tinggi,” katanya seperti dikutip dari video yang dilansir laman istanapresiden.go.id.
Jokowi menambahkan pemeliharaan pesawat-pesawat harus selalu dijaga dan diawasi.
“Yang paling penting semua yang berkaitan dengan pesawat-pesawat TNI maupun Polri betul-betul harus dilihat akar dari masalah itu apa,” ujarnya.
Sebelumnya, pada 3 Desember 2016, pesawat jenis M-28 Skytruck milik Polri jatuh di perairan Lingga, Kepulauan Riau, menewaskan lima awak dan 10 penumpang.
Akan beli pesawat baru
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Ahad malam, mendatangi para keluarga korban yang berada di samping peti jenazah. Dia menyalami satu persatu keluarga prajurit yang gugur.
Usai upacara militer, jenazah diangkut dengan mobil ke rumah duka meliputi Surabaya, Malang, Jombang, Magetan, Madiun, Surabaya, Balikpapan, dan Biak, untuk dikebumikan.
Gatot menegaskan bahwa TNI tak akan membeli lagi pesawat bekas. Sesuai permintaan Presiden Jokowi, kedepan akan membeli pesawat baru, melalui kajian dan perencanaan Kementerian Pertahanan.
“Sejak kejadian Medan, Presiden menegaskan tak akan membeli pesawat tidak baru. Semua dibeli baru," ujarnya.
Pada 20 Juni 2015 lalu, pesawat Hercules C-130 jatuh di kawasan Padang Bulan, Medan, Sumatera Utara, menewaskan 112 orang.
Hercules yang jatuh di Papua adalah pesawat bekas yang dibeli dari Australia. Indonesia membeli sembilan pesawat, dimana enam di antaranya telah dikirim. Selebihnya dikirim bertahap.
Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Agus Supriatna menuturkan rencana strategis 2015-2019, Hercules akan diupgrade.
Sejumlah Hercules telah menjalani retrofit di Singapore Technologies Aerospace, Aerospace Malaysia dan Depo Pemeliharaan Bandung.
"Khusus Hercules tipe B digrounded, pesawat akan digunakan lagi setelah enginenya diupgrade," katanya.
Bawa logistik
Pangdam XVII Cenderawasih, Mayjen TNI Hinsa Siburian, di Jayapura mengatakan bahwa pesawat yang dalam penerbangan dari Timika ke Wamena dipiloti Mayor (Pnb) Marlon Kawer membawa 12 penumpang dan logistik berupa 12 ton beras dan semen.
Marsekal Muda TNI Umar Sugeng Hariyono, Panglima Komando Operasi Angkatan Udara II, menjelaskan, pesawat naas sedang melaksanakan misi latihan dan dukungan dari pemerintah daerah untuk menyalurkan logistik di Papua.
Tapi Umar belum bisa menjelaskan penyebab kecelakaan. Ia mengatakan tim investigasi telah dibentuk untuk mencari penyebab pasti kecelakaan.
"Kemungkinan faktor cuaca atau aspek lain seperti faktor manusianya, managemennya, atau misinya,” katanya.
Pesawat yang berangkat dari Pangkalan Udara Timika, pukul 5.35 WIT dijadwalkan tiba di Wamena, pukul 6:13 WIT. Sekitar 06.02 WIT, pesawat tersebut mengontak menara di Wamena. Semenit berlalu, saat dipanggil pesawat tidak menjawab.
Komandan Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh, Marsekal Pertama Djoko Senoputro, menyatakan saat pesawat meninggalkan Timika, cuaca bagus dan cerah, namun di ujung landasan ada kabut.
Perawatan rutin pesawat itu, kata Djoko, dilakukan sesuai prosedur. Dia berharap tidak terulang lagi kecelakaan serupa.
Skadron 32 Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh di Malang memiliki lima Hercules dengan jenis berbeda. Untuk sementara, seluruh Hercules dihentikan operasionalnya sambil menunggu instruksi lebih lanjut.