Hujan Buatan Tekan Titik Kebakaran di Riau

Kepala Dinas Kesehatan Riau menyebutkan hampir 2500 orang menderita ISPA dalam dua bulan terakhir akibat polusi asap.
Dina Febriastuti
2019.03.01
Pekanbaru
190301_ID_Forest-fire_1000.jpg Dua petugas menyemprot air saat melakukan pemadaman kebakaran hutan di Kabupaten Siak, Riau, 28 Februari 2019.
Dok. Masyarakat Peduli Api Kampung Rawa Mekar Jaya

Hujan buatan yang dilakukan dalam tiga hari terakhir telah mampu menekan titik kebakaran hutan dan lahan di Riau, sementara warga yang terkena penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) mencapai 2.488 orang dalam dua bulan terakhir.

Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Wisnu Widjaya, menyatakan efek hujan buatan berdampak cukup signifikan dalam upaya memadamkan kebakaran hutan dan lahan di Riau.

"Hujan buatan dalam satu hari saja mampu menekan munculnya titik api untuk beberapa hari kemudian. Kita sangat terbantu dengan adanya hujan buatan ini, tapi tergantung faktor kondisi awan juga," katanya dalam jumpa pers, Kamis, 28 Februari 2019.

Komandan Lapangan Udara Roesmin Nurjadin (Danlanud RSN) di Pekanbaru, Marsekal Pertama Ronny Irianto Moningka, menyatakan pesawat Casa C-212 Aviocar telah menurunkan hujan buatan di daerah-daerah yang terbakar, sejak Selasa lalu.

“Akan terus beroperasi sampai kemudian ditentukan apakah modifikasi cuaca dirasa cukup,” katanya.

Kepala Dinas Operasi Lanud RSN Kolonel (Pnb) Jajang Setiawan menambahkan pada Selasa dilakukan penyemaian garam sebanyak enam ratus kilogram dan Rabu, disebar sebanyak 800 kilogram garam, serta pada Jumat dilakukan 800 kilogram garam.

“Penyemaian dilakukan saat cuaca cukup cerah. Sebenarnya bukan soal pagi, siang, sore, atau malam hari. Kita harus lihat mana potensi-potensi awan yang memungkinkan untuk menjadi awan hujan,” katanya.

Titik penyebaran penyemaian hujan buatan dilakukan di daerah-daerah kebakaran, yakni Kota Dumai, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Siak, Kabupaten Pelalawan, dan Kabupaten Meranti.

“Kami berkoordinasi dengan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi). Begitu garam menipis, kita minta segera mengirimkan garam sebagai stok kami,” katanya.

Selain hujan buatan, upaya pemadaman kebakaran juga dilakukan dengan bom air, dimana helikopter jenis MI-8 milik BNPB telah tiba di Pekanbaru, untuk memperkuat satuan tugas.

Pelaksana Harian Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Ahmadsyah Harrofie, mengatakan helikopter yang berkapasitas 4.000 liter air pernah digunakan ketika pemadaman kebakaran tahun lalu.

Menurutnya, helikopter tersebut akan dipakai untuk melakukan bom air di kebakaran lahan seperti Rupat, Rohil, dan Dumai.

"Sekarang ada enam helikopter untuk membantu pemadaman kebakaran di Riau," katanya.

Keenam helikopter itu adalah milik dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Sinarmas, dan TNI.

Pemadaman juga dilakukan melalui darat yang melibatkan TNI/Polri, petugas gabungan dari lembaga lain dan relawan masyarakat peduli api.

Menurut data BPBD Riau, jumlah lahan terbakar mencapai lebih dari 1.100 hektare yang terdapat di Bengkalis, Rokan Hilir, Kota Dumai, Indragiri Hilir, Siak, Kota Pekanbaru, Meranti, Kampar, dan Pelalawan.

Dalam pekan ini, seperti dirilis BPBP, terpantau 94 titik panas di Riau. Dari jumlah itu, 19 titik dengan tingkat tinggi, 64 sedang, dan 11 titik bertingkat rendah.

ISPA

Kepala Dinas Kesehatan Riau, Mimi Yuliani Nazir, menyebutkan bahwa warga yang terkena penyakit ISPA dalam dua bulan terakhir akibat kebakaran hutan dan lahan mencapai 2.488 orang yang tersebar di sejumlah daerah.

“Penderita ISPA terbanyak terdapat di Kota Dumai, mencapai 2.199 jiwa. Di sana, sempat diselimuti kabut asap. Kebakaran hutan dan lahannya juga luas," kata Mimi.

Selain ISPA, tambahnya, sebagian masyarakat Dumai juga menderita pneumonia, asma, iritasi mata, dan iritasi kulit.

Penderita penyakit-penyakit tersebut juga ditemukan di tempat lainnya seperti di Kabupaten Rokan Hilir dan Bengkalis.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.