Jokowi: Putin dan Xi Jinping berencana hadir di KTT G20

Kedutaan Besar Rusia di Jakarta mengatakan tidak ada kepastian soal kemungkinan kehadiran Putin di Bali.
Pizaro Gozali Idrus
2022.08.19
Jakarta
Jokowi: Putin dan Xi Jinping berencana hadir di KTT G20 Presiden Indonesia Joko “Jokowi” Widodo (kiri), memberi isyarat setelah konferensi pers bersama dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Kremlin di Moskow, 30 Juni 2022.
(Alexander Zemlanichenko pool/AP)

Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengumumkan bahwa pemimpin Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping akan menghadiri pertemuan pemimpin G20 di Bali pada bulan November, menurut anggota Kantor Staf President (KSP) Jumat.

Siti Ruhaini Dzuhayatin, tenaga ahli utama di KSP, mengkonfirmasi pada bahwa Jokowi membuat pernyataan itu saat wawancara dengan Bloomberg News.

“Sejauh ini masih seperti yang disampaikan beliau,” kata Siti kepada BenarNews.

“Sebagai pemegang Presidensi G20, tentu Indonesia terus memastikan KTT itu menjadi forum bersama yang kondusif, konstruktif dan berkontribusi substantif dalam upaya pemulihan global dari pandemi dan berbagai dampak lanjutannya,” ujar Siti.

Kepada Bloomberg News, Jokowi mengatakan: “Xi Jinping akan datang. Presiden Putin juga mengatakan kepada saya bahwa dia akan datang.

Siti mengatakan Indonesia berharap konflik perang Rusia di Ukraina segera berakhir dengan perdamaian.

Namun demikian, Kedutaan Besar Rusia di Jakarta mengatakan tidak ada kepastian soal kemungkinan kehadiran Putin di Bali.

“Saat ini, saya tidak memiliki informasi soal masalah ini,” ujar atase pers Kedubes Rusia Alexander Tumaykin kepada BenarNews.

Sementara itu, Kedubes China tidak segera membelas pertanyaan yang diajukan BenarNews soal kedatangan Xi ke KTT G20.

Pada Kamis, kedutaan Rusia di Jakarta menyampaikan Jokowi dan Putin telah mengadakan percakapan telepon untuk membahas hubungan kedua negara.

Keduanya, terang kedutaan Rusia, fokus pada implementasi kesepakatan yang dicapai selama kunjungan Jokowi ke Moskow Juni lalu, termasuk masalah ketahanan pangan global di mana Putin menjelaskan upaya Rusia bersama Turki dan Sekretariat PBB untuk menstabilkan pasar biji-bijian dan pupuk global.

“Sehubungan dengan presidensi G20 Indonesia, persiapan untuk KTT di Bali pada bulan November juga disinggung,” tulis kantor perwakilan Rusia itu.

Dalam pertemuannya dengan Jokowi pada 30 Juni lalu, Putin menyampaikan ketertarikannya untuk mengembangkan industri tenaga nuklir nasional dengan Indonesia. Putin juga memberikan jaminan kepada Jokowi untuk memenuhi kebutuhan pupuk asal Rusia untuk Indonesia.

Sejak invasi Rusia ke Ukraina, G20 terpecah antara negara Barat yang mengutuk Moskow dan anggota lainnya seperti China, Indonesia dan India yang terus menjaga hubungan dengan Kremlin.

Perpecahan itu ditandai dengan keluarnya wakil AS, Inggris dan Kanada saat pertemuan Menteri Keuangan G20 di Washington bulan April ketika menteri Rusia berbicara dalam forum itu.

Sebaliknya Menteri luar negeri Rusia juga ke luar dari sebuah sesi pertemuan menteri luar negeri G20 bulan lalu di Bali yang diwarnai kecaman atas invasi Moskow atas Ukraina.

Sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari, Moskow telah memblokir semua akses pelabuhan-pelabuhan Ukraina ke Laut Hitam dan memutus akses terhadap hampir semua ekspor negara itu, terutama biji-bijian, yang memicu kekhawatiran akan krisis pangan global.

Manfaat kehadiran

Dalam laporan Global Crisis Response Group pada April, yang disusun oleh sekretaris jenderal PBB, disebutkan bahwa Ukraina dan Rusia menyuplai 30 persen gandum dan jelai dunia, seperlima jagung, dan lebih dari setengah minyak bunga matahari. Rusia juga merupakan pengekspor gas alam terbesar di dunia dan pengekspor minyak terbesar kedua.

Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana mengatakan kehadiran Putin dan Xi di Bali bisa dimanfaatkan untuk mencapai gencatan senjata di Ukraina.

Namun, Hikmahanto mempertanyakan apakah AS dan negara Barat lain akan hadir bila Putin datang.

“Bila [negara Barat] tidak hadir, ini akan sulit,” ucapnya.

Hikmahanto mengatakan Jokowi dapat bisa berperan lebih jauh dalam KTT G20 dengan cara memfasilitasi pertemuan bilateral maupun multilateral, khususnya bagi negara-negara yang sedang bertikai.

“Nanti justru kekuatan dan keberhasilan KTT G20 terletak apakah negara-negara ini akan bersepakat untuk melakukan gencatan senjata,” ucap Hikmahanto kepada BenarNews.

Namu, menurut Hikmahanto, sekecil apapun kesempatan itu harus dimanfaatkan oleh Indoneisa. “Jadi jangan tanya peluang. Tapi upaya ini harus dilaksanakan,” terang Hikmahanto.

Sementara itu, pengamat Hubungan Internasional Universitas Al Azhar Indonesia Ramdhan Muhaimin mengatakan Jakarta harus terus mengawal kepastian kehadiran para anggota G20 sampai pertemuan itu benar-benar terwujud dan seluruh agenda utama global mencapai kesepakatan.

“Perang Rusia-Ukraina bukan saja berdampak pada kedua negara, tapi juga Eropa dan dunia. Apalagi jika konflik di Asia Timur benar-benar pecah, maka dunia akan menanggung beban krisis lebih berat lagi,” ucapnya.

Ramdhan mengatakan Indonesia bisa memanfaatkan KTT G20 untuk meredakan ketegangan di Taiwan karena masalah ini ikut memiliki dampak terhadap Indonesia.

Namun demikian, lanjut Ramdhan, tidak mudah bagi Indonesia untuk mendorong stabilitas di Taiwan karena Indonesia juga memiliki masalah dengan China di Natuna.

“Selama ini kita selalu menyebut Indonesia bukan claimant state, tapi nyatanya kita ada konflik dengan China di Natuna,” ucap dia.

Perairan Natuna Indonesia telah menjadi sumber ketegangan antara Indonesia dan China.

Beijing mengklaim kawasan Natuna adalah bagian historis atas kawasan penangkapan ikan bagi negara itu. Namun, pemerintah Indonesia menolak klaim China.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.