Ulama Dukung Diplomasi Pemerintah Damaikan Afghanistan
2019.07.31
Jakarta

Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendukung upaya pemerintah untuk memediasi perdamaian antara pemerintah resmi Afghanistan dan Taliban.
Hal ini dinyatakan kedua organisasi itu setelah bertemu delegasi tingkat tinggi Taliban yang dipimpin deputi pemimpin Taliban untuk bidang politik, Abdul Ghani Baradar di Jakarta, Selasa, 30 Juli 2019.
Kunjungan ke MUI dan PBNU merupakan rangkaian kegiatan delegasi beranggotakan delapan orang selama mereka berada di Jakarta sejak Jumat lalu yang hampir luput dari liputan media.
“MUI akan bantu pemerintah menegosiasikan perdamaian di Afghanistan sesuai kapasitas kami sebagai organisasi, terutama dalam hal penguatan kapasitas ulama dan pemberian beasiswa untuk belajar di pesantren dan universitas di Indonesia,” ujar ketua bidang hubungan internasional MUI, Muhyiddin Junaidi kepada BeritaBenar seusai bertemu delegasi Taliban di kantor MUI di kawasan Jakarta Pusat.
“Kami juga menawarkan bantuan untuk ulama-ulama Afghanistan belajar proses pengeluaran fatwa, untuk menjawab berbagai masalah sosial, ekonomi dan budaya yang dihadapi oleh umat Islam,” tambahnya.
Muhyiddin juga berharap secara internal Taliban dapat duduk bersama dan bertemu dengan pihak pemerintah Afghanistan untuk mengupayakan perdamaian di negara yang terpecah belah karena konflik berkepanjangan antar-berbagai faksi.
Setelah bertemu MUI, delegasi Taliban melanjutkan kegiatannya dengan mengunjungi kantor PBNU di Jakarta Pusat dan mengadakan pertemuan dengan pimpinan PBNU.
Salah satu ketua PBNU, Abdul Manan Ghani, mengatakan topik utama dalam pertemuan itu adalah bagaimana para pihak yang berseteru di Afghanistan dapat mengutamakan dialog dan mengutamakan persaudaraan sesama umat Muslim.
“Jangan ada campur tangan negara lain yang bikin keruh suasana di sana, yang membawa kepentingan negara lain, bukan kepentingan Afghanistan sendiri,” ujar Abdul kepada BeritaBenar, Rabu, 31 Juli 2019.
Dia menambahkan PBNU memberikan pandangan bahwa Afghanistan sebagai negara yang masyarakatnya tidak semajemuk Indonesia dan berada dalam satu lokasi yang tak tersebar di ribuan kepulauan seperti Indonesia seharusnya bisa berdamai dan bersatu.
“Indonesia adalah negara kepulauan yang majemuk, tapi bisa damai dan tetap demokratis. Kami sampaikan bahwa cinta tanah air adalah sebagian dari iman,” ujar Abdul.
Pertemuan di kantor PBNU berakhir hingga menjelang malam dan ditutup dengan salat Maghrib berjamaah, tambahnya.
Pertemuan Kedua
Pertemuan Taliban dengan ulama-ulama di Indonesia adalah yang kedua kalinya sejak pertemuan pertama antara ulama Indonesia, Pakistan dan Afghanistan yang diadakan di Bogor, Jawa Barat, pada Mei 2018.
Dalam pertemuan itu, Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengatakan upaya Indonesia menjadi mediator perdamaian antara pemerintah Afghanistan dan Taliban adalah atas permintaan Presiden Afghanistan Ashraf Gani.
Indonesia juga mendapat dukungan dari Pakistan untuk menjadi mediator ketika Jokowi berkunjung ke Pakistan pada Januari tahun lalu.
Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid mengatakan dalam siaran pers bahwa selama pertemuan dengan pengurus MUI, Baradar dan rekan-rekannya memberikan penjelasan mengenai situasi terakhir di Afghanistan, serta kebijakan dan pencapaian yang telah diraih kelompoknya.
Berbagai foto yang beredar di media sosial menunjukkan bahwa delegasi Taliban juga berkunjung ke Mesjid Istiqlal, Senin lalu.
Perwakilan Masjid Istiqlal, Abu Hurairah Abdul Salam, mengatakan kepada BeritaBenar bahwa memang ada satu kelompok dari Afghanistan yang disebutnya sebagai “tamu Wakil Presiden (Jusuf Kalla)” datang ke mesjid untuk salat Maghrib.
“Namun mereka hanya salat, dan tidak bertemu dengan siapapun,” ujar Abu.
Berkunjung ke masjid terbesar di Asia Tenggara itu serta berdialog dengan imam besar masjid sudah menjadi salah satu agenda utama yang dilakukan sejumlah pemimpin dan pejabat tinggi negara-negara sahabat yang berkunjung ke Indonesia.
Delegasi Taliban tiba di Indonesia dari Qatar pada Jumat dan di hari berikutnya, mereka bertemu Kalla di rumah dinasnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Tak ada keterangan
Kementerian Luar Negeri membenarkan kunjungan yang disebut sebagai “informal’ itu.
Namun, tidak ada keterangan resmi dari pemerintah Indonesia mengenai pertemuan tersebut dan apa yang menjadi pembahasan pada pertemuan yang dimulai dengan salat Maghrib berjamaah di Mesjid Sunda Kelapa serta dilanjutkan dengan makan malam di kediaman Wapres, dan berakhir pada jam 21 malam.
Sekretariat Wapres sempat mengeluarkan siaran pers beserta beberapa foto mengenai kunjungan itu pada Minggu.
Dalam foto-foto itu, terlihat Kalla didampingi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia, Hamid Awaluddin.
Namun pada hari berikutnya siaran pers tersebut sudah dihapus dari situs web kantor Wapres.
Dalam siaran pers tersebut, Kalla mengatakan bahwa Indonesia mendukung terciptanya perdamaian di Afghanistan dan Pemerintah Indonesia terus berkomunikasi dengan semua pihak yang terlibat untuk mengupayakan perdamaian di Afghanistan.
"Komunikasi ini sangat penting artinya untuk menjaga kepercayaan semua pihak sehingga proses perdamaian dapat terus maju. Indonesia juga berkomunikasi dengan Amerika Serikat dan pihak-pihak lain," ujar Kalla.