WNI Diculik Lagi, Indonesia-Malaysia Kembali Diskusikan Patroli Bersama
2016.11.07
Jakarta & Kuala Lumpur

Dua hari setelah dua anak buah kapal (ABK) asal Indonesia kembali diculik, Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia, Retno Marsudi, bertemu dengan mitranya Menlu Malaysia, Sri Anifan Aman, di Kuala Lumpur, Senin, 7 November 2016, untuk membahas kasus penculikan tersebut dan upaya dimulainya patroli maritim trilateral kedua negara dengan Filipina.
Hari Minggu Retno mengonfirmasi dua ABK warga negara Indonesia (WNI) disandera di perairan Sabah hari Sabtu pekan lalu. “Keduanya WNI yang bekerja secara legal di kapal penangkap ikan Malaysia,” kata Retno, seraya menambahkan mereka adalah nakhoda Kapal SSK 005 20F dan SN 1154 /4F yang berasal dari Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara.
Komandan Pasukan Keamanan Sabah Timur (ESSCOM), Wan Abdul Bari Wan Abdul Khalid, mengatakan keduanya diculik di perairan Kertam, Kinabatangan, dalam waktu berbeda oleh kelompok bersenjata yang datang dari Filipina Selatan.
Kasus pertama terjadi sekitar pukul 11.00 waktu setempat saat lima pria bersenjata merompak kapal dan menculik nakhoda La Utu La Rali (52).
Lalu 45 menit kemudian, kelompok yang sama menculik nakhoda La Hadi La Edi (46). Perompak meninggalkan enam kru kapal, kata Wan Abdul Bari.
ESSCOM mendapat informasi kasus perompakan pukul 13.00 saat ABK yang selamat bersandar di Sandakan. Tidak ada kabar dari nakhoda setelah mereka dilarikan ke perairan Tawi-Tawi.
Belum ada pernyataan siapa yang melakukan penculikan tersebut. Tapi sebelumnya, kelompok Abu Sayyaf (ASG) kerap menculik ABK Indonesia dan Malaysia untuk meminta tebusan.
Saat ini, masih terdapat dua sandera WNI ABK Charles yang disandera ASG sejak 20 Juni lalu. Lima rekan mereka sudah dibebaskan, Agustus dan September lalu.
Sementara itu ASG diklaim bertanggung jawab atas penculikan seorang pelaut Jerman hari Senin dari kapalnya di wilayah Filipina selatan dan pembunuhan seorang perempuan yang berlayar bersamanya, media melaporkan. Keduanya tampaknya adalah orang yang sama yang pernah diculik perompak Somalia dan ditahan selama 53 hari pada tahun 2008 sebelum uang tebusan dibayar.
Kerjasama Trilateral
Kedua menteri menyatakan komitmen untuk meningkatkan kerjasama di bawah kerangka Pengaturan Kerjasama Trilateral Indonesia - Malaysia - Filipina (TCA), terkait langkah-langkah segera untuk menanggulangi masalah keamanan di kawasan maritim yang menjadi kepedulian bersama.
“Kami juga sepakat meningkatkan upaya dalam menyimpulkan prosedur standar operasi (SOP) yang relevan di bawah kerangka kerja sama ini untuk memastikan pelaksanaan yang efektif dari TCA,” demikian pernyataan Kemlu Malaysia, yang diterima BeritaBenar.
Anifan dan Retno juga sepakat bekerja sama dengan Pemerintah Filipina dalam upaya mencari, memastikan keamanan, dan menjamin pembebasan para sandera yang masih disandera kelompok bersenjata.
Keprihatinan
Retno menyampaikan keprihatinan mendalam atas terulangnya penculikan nelayan WNI di perairan Malaysia.
“Koordinasi dilakukan di antaranya dengan pihak keamanan Malaysia, pemilik kapal dan ABK selamat yang dilepaskan penyandera,” kata Retno.
Ia menambahkan, pemerintah juga telah mengimbau para ABK WNI di Sabah untuk tidak melaut sampai situasi keamanan kondusif.
Saat ini, ada sekitar 6.000 WNI yang bekerja di kapal-kapal ikan Malaysia di wilayah tersebut.
Menurut Retno, pasca dicapai perjanjian trilateral, tidak ada penculikan dan penyanderaan terhadap WNI di perairan Sulu, Filipina.
Namun sejak Juli 2016, lokasi penyanderaan bergeser ke perairan Malaysia yang dekat perbatasan Filipina di luar koridor yang telah disepakati.
Belum terealisasi
Kadispen Mabes TNI, Brigjen (TNI) Wuryanto mengatakan patroli bersama yang seharusnya dilakukan sejak Agustus lalu masih terkendala beberapa hal sehingga pelaksanaannya belum terealisasi.
“Untuk perjanjian tiga negara belum dilaksanakan, masih tertahan di Kemenhan (Kementerian Pertahanan). Sampai saat ini, Kemenhan belum menyampaikan ke TNI bagaimana mekanisme patroli akan dilakukan, secara teknis belum tahu seperti apa nantinya,” ujarnya ketika dikonfirmasi BeritaBenar, Senin.
Dalam pertemuan trilateral di Bali, Agustus lalu, ketiga negara sepakat bekerja sama dalam pengamanan Laut Sulu, termasuk patroli bersama, pertukaran informasi dan intelijen, membangun komunikasi keamanan maritim antar-negara, serta pos komando gabungan.
“Termasuk pendirian posko juga belum ada bentuknya seperti apa. Yang jelas patroli belum dilaksanakan,” kata Wuryanto.
Dia menegaskan TNI siap melaksanakan patroli bersama secepatnya menyusul banyak penculikan dan perompakan.
“Semoga secepatnya bisa kita lakukan. Kita tidak mungkin terus membiarkan,” tegasnya, “kita tentunya malu ada penculikan lagi, dan lagi.”
Ketagihan
Pakar terorisme, Nasir Abbas, mengatakan iming-iming uang tebusan yang besar membuat kelompok bersenjata di Filipina Selatan terus melakukan penculikan.
“Ini yang menyebabkan nelayan tidak mustahil menjadi sasaran empuk. Kalau dulu targetnya orang asing, sekarang acak saja karena tergiur informasi dari Abu Sayyaf yang menerima banyak uang tebusan,” katanya.
Menurutnya, sekarang banyak nelayan di Filipina Selatan ikut-ikutan berubah profesi menjadi perompak demi uang.
“Ini membuat mereka menyandera karena berharap akan dibayar,” kata Nasir yang merupakan mantan Amir Mantiqi Jamaah Islamiyah.