Pemimpin ISIS Asal Malaysia Tewas di Marawi
2017.10.19
Manila & Marawi, Philippines

Presiden Filipina Rodrigo Duterte pada hari Kamis mengatakan seorang profesor universitas di Malaysia yang dianggap sebagai perekrut utama kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Asia Tenggara termasuk di antara 20 militan yang tewas dalam pertempuran di kota Marawi, Filipina selatan.
Duterte mengonfirmasi kematian Mahmud beberapa jam setelah pemimpin militer Filipina Jenderal Eduardo Año mengatakan Mahmud, yang diduga membiayai penyerangan di Marawi, mungkin termasuk di antara militan yang tewas dalam pertempuran yang berlangsung pada Rabu malam hingga Kamis pagi tersebut.
"Sekarang, yang lainnya - yang mereka sebut Doc. Ada tiga di antaranya - Hapilon, Omar dan Doc. Saya pikir dia orang Arab. Dia terbunuh siang ini dan ini menjadi pelengkap cerita ini," kata Duterte dalam sebuah pidato di depan Kamar Dagang dan Industri Filipina, merujuk pada Mahmud, yang juga dijuluki "Doc" karena gelar doktornya dari Universitas Malaya.
Pernyataan Duterte ini dikeluarkan tiga hari setelah tentara membunuh Isnilon Hapilon, pimpinan kelompok Abu Sayyaf dan ISIS Asia Tenggara, serta Omarkhayam Maute, pemimpin kelompok militan Maute.
Meskipun Mahmud telah tewas, Duterte mengatakan bahwa polisi dan militer telah memperingatkan tentang kemungkinan pembalasan dari pasukan ISIS di wilayah lain di negara tersebut. Dia mengatakan tidak ada yang tahu persis di mana gerilyawan akan melakukan serangan berikutnya.
Kepala Polisi Malaysia Mohamad Fuzi Harun mengatakan kepada BeritaBenar Kamis malam, kantornya telah menerima informasi tentang terbunuhnya Mahmud.
"Tapi kami belum mendapatkan konfirmasi dan kami menunggu dari pihak berwenang Filipina," katanya.
Lebih dari 1.000 orang telah tewas sejak 23 Mei ketika para militan melancarkan serangan ke Marawi, menurut laporan pejabat Filipina. Militer mengatakan korban tewas termasuk 840 militan, 160 tentara dan setidaknya 47 warga sipil.
Sementara pihak rumah sakit mengatakan lebih dari 1.000 tentara juga terluka dalam pertempuran tersebut.
Anggota Batalyon Infanteri Pertama Angkatan Darat Filipina bersiap untuk mendukung tentara lain yang terlibat dalam pertempuran senjata dengan militan ISIS di kota selatan Marawi, 19 Oktober 2017. (Richel V. Umel/BeritaBenar)
Mahmud mengambil tampuk kepimpinan militan yang semakin berkurang setelah tewasnya Hapilon dan Omarkhayam Maute hari Senin, demikian kata militer negara tersebut.
Mereka mengatakan Mahmud, pemimpin terakhir dalam lingkaran militan yang menyerang Marawi, termasuk perancang serangan tersebut bersama dengan Hapilon, seorang teroris dalam daftar orang yang paling dicari FBI.
Jenderal Año mengatakan salah satu sandera yang dibebaskan mengungkapkan bahwa Mahmud tewas dalam salah satu bentrokan terbaru yang juga melukai enam tentara. Dua sandera - seorang ibu dan putrinya, yang menderita luka - dibebaskan, katanya.
"Kami akan mencari mayatnya," katanya, menambahkan bahwa proses untuk mengonfirmasi laporan tersebut "dengan informasi terakhir, masih berlangsung."
"Operasi kami untuk menyerang dan menangani para pelaku teror telah terus berlanjut tanpa henti sejak kemarin," katanya, "salah satu sandera mengungkapkan bahwa Mahmud telah tewas dan dikubur tadi malam."
Año mengatakan tentara masih berusaha mencari sandera yang tersisa, yang diyakini berjumlah sekitar 20 orang.
Dalam video yang dirilis tentara pada bulan Juni, Mahmud dan rekannya yang lain terlihat merencanakan serangan ke Marawi tersebut. Pejabat intelijen mengatakan bahwa Mahmud menyalurkan sekitar 30 juta peso (sekitar Rp8 milyar) ke kelompok Hapilon, yang memungkinkan mereka membeli senjata dan memenuhi keperluan makan mereka.
Militan tersebut menawan para sandera ketika mereka melancarkan serangan ke kota berpenduduk 200.000 orang dengan mayoritas Muslim tersebut. Mereka juga melumpuhkan kota itu, membakar rumah dan membunuh warga Kristen di sana.
“Target bernilai tinggi”
Mahmud, yang diyakini berusia di akhir 30-an atau awal 40-an, dilatih di kamp-kamp al-Qaeda di Afghanistan pada 1990-an saat belajar di Universitas Islam Islamabad di Pakistan. Dia adalah mantan dosen kajian Islam di Universitas Malaya di Kuala Lumpur, salah satu universitas terkemuka di Malaysia.
Tentara Filipina, Kolonel Romeo Brawner, wakil komandan satuan tugas militer yang terlibat dalam pertempuran melawan militan yang didukung oleh ISIS, berbicara dalam konferensi pers mengenai perkembangan terakhir di kota Marawi, 19 Oktober 2017. [ AP]
Kepala satuan tugas tentara setempat, Kolonel Romeo Brawner, mengatakan pada hari Kamis sebelumnya bahwa banyak orang bersenjata dibunuh oleh tembakan penembak jitu pemerintah, namun mengidentifikasi mayat terbukti sulit.
Dia mengatakan Mahmud adalah "target bernilai tinggi" terakhir yang jatuh.
"Mahmud termasuk di antara mereka yang dibunuh berdasarkan informasi dari sandera," kata Brawner, menambahkan sandera mengklaim dengan pasti bahwa Mahmud termasuk di antara mereka yang menawan mereka.
Ditanya apakah jenazahnya sudah ditemukan, Brawner mengatakan, "Belum. Itu sebabnya kami tidak bisa mengatakan dengan pasti bahwa Mahmud adalah salah satunya."
Tapi sementara militer mengatakan bahwa mereka tidak dapat mengonfirmasi dengan pasti kematian Mahmud, pernyataan dari salah satu saksi yang diselamatkan tentara "dapat dipercaya”.
"Masih ada perlawanan. Pertarungan terus berlanjut," kata Brawner, menambahkan bahwa militan telah “mengorganisir perjuangan mereka."
"Mereka telah membentuk posisi pertahanan mereka," katanya.