Densus 88 Tangkap Istri Buronan MIT di Poso
2020.08.19
Jakarta

Markas Besar Kepolisian RI mengatakan telah menangkap istri Ali Kalora, pimpinan kelompok militan bersenjata Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Poso, Sulawesi Tengah, demikian juru bicara kepolisian kepada BenarNews, Rabu (19/8), seraya menambahkan saat ini masih ada 14 anggota kelompok itu yang buron.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Polri, Brigadir Jenderal Awi Setiyono, mengatakan L alias Ummu Syifa, 28, ditangkap dengan tuduhan ikut menyembunyikan Ali Kalora yang berstatus buron, dalam penyergapan perempuan itu yang dilakukan pada akhir Juli lalu.
“Benar yang bersangkutan baru bergabung dengan MIT selama 23 hari,” kata Awi saat konfirmasi kepada BenarNews, Rabu (19/8), seraya menambahkan saat ini tersangka masih menjalani proses pemeriksaan di rumah tahanan Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah.
Ummu ditangkap di Jembatan Puna, Poso Pesisir Selatan, saat tengah mengantar uang senilai Rp1,59 juta dan makanan untuk kelompok militan MIT.
Selain Ummu, pada hari yang sama, tim Densus 88 juga menangkap seorang anggota jaringan MIT lainnya bernisial YS. Pria berusia 21 tahun itu ditangkap di Desa Tangkura, Poso, Sulawesi Tengah.
YS disebut sebagai pengantar logistik dan berencana menjadi penunjuk jalan bagi Iman, orang yang hendak bergabung dengan kelompok Ali Kalora.
Ali Kalora adalah pemimpin MIT yang terafiliasi dengan organisasi teroris internasional Negara Islam (ISIS). Ali mengambil alih kepemimpinan setelah Abu Wardah alias Santoso, tewas dalam operasi pengepungan yang dilakukan tentara gabungan TNI/Polri, Juli 2016.
Keduanya dijerat UU Antiterorisme dengan ancaman pidana penjara paling lama seumur hidup.
Pada 2016, kepolisian juga pernah menangkap Tini Susanti Kaduku, seorang perempuan yang juga disebut sebagai istri Ali Kalora. Tini divonis tiga tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Timur pada 2017 dan dinyatakan bebas pada November 2019.
Selama rentang 1 Juni hingga 12 Agustus 2020, Densus 88 telah menangkap 72 militan yang diduga terafiliasi dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan MIT di 13 wilayah - sebelumnya diberitakan delapan wilayah.
Lokasi ini meliputi Sumatra Barat, Bali, Sulawesi Tengah, Jawa Timur, Jawa Tengah, Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kalimantan Barat, Maluku, dan Gorontalo.
Tersisa 14 orang
Juru bicara kepolisian mengatakan saat ini anggota kelompok MIT yang tersisa diperkirakan sekitar belasan.
“Untuk saat ini 14 orang,” kata Awi.
Awi mengatakan, di tengah perburuan yang dilakukan Polisi/TNI, kelompok MIT masih aktif melakukan perekrutan. Beberapa anggota teroris dari pulau Jawa yang melarikan diri diduga bergabung dengan kelompok tersebut, kata Awi.
Awi mengakui, aparat kesulitan mencari jejak mereka karena kontur wilayah perbukitan dan banyak ditemui lembah.
“Mereka memang memanfaatkan wilayah yang berbukit untuk bersembunyi,” tukas Awi.
Pada Senin (17/8), Tentara Nasional Indonesia (TNI) kembali menurunkan 150 prajurit untuk bergabung bersama Satuan Tugas Operasi Tinombala dalam memburu sisa-sisa militan MIT.
Tambahan personel ini akan bertugas di bawah komando Kepolisian RI sampai 30 September 2020.
Operasi Tinombala telah digelar sejak 10 Januari 2016. Lewat operasi yang awalnya melibatkan 2.000 personil TNI-polisi ini, puluhan anggota MIT telah berhasil dibekuk, termasuk kepalanya, Santoso atau Abu Marwah, pada Juli 2016.
Santoso adalah militan pertama di Indonesia yang secara terbuka melakukan baiat atau sumpah setia kepada kelompok ekstrim ISIS. Pada masa kepemimpinannya, anggota MIT mencapai hingga sekitar 40 orang termasuk militan Muslim dari Uighur, Cina.
Sebelum melibatkan TNI, Polisi menggelar operasi bersandi Camar Maleo, pada 2015 untuk memburu kelompok MIT. Dalam perpanjangan Operasi Tinombala pada tahun ini sempat disebutkan bahwa TNI tidak akan dilibatkan lagi.
“Jadi untuk TNI dari Januari 2020 itu sudah tidak dilibatkan lagi di dalam operasi,” ujar Kepala Penerangan Korem 132 Tadulako Palu, Kapten Ahmad Jayadi, akhir Juni lalu. Namun demikian 150 anggota TNI diturunkan di Poso bulan ini untuk memperkuat Satgas Tinombala.
Selama tahun 2020 hingga pertengahan Agustus ini, setidaknya tiga petani ditemukan tewas mengenaskan di Poso dengan mayat penuh luka, termasuk dengan leher digorok, cara pembunuhan yang kerap dilakukan oleh anggota MIT. Sebuah video pembunuhan salah satu korban beredar pada April lalu yang memperlihatkan seorang yang diyakini sebagai Ali Kalora melakukan penggorokan tersebut, setelah sebelumnya di depan sebuah bendera hitam bertuliskan huruf Arab yang biasa dibawa kelompok ekstrim ISIS, ia mengimbau seluruh jaringan MIT untuk memerangi aparat.
Pada bulan April dalam dua kejadian yang berbeda Satgas Tinombala berhasil menewaskan tiga orang militan MIT setelah terjadi pertarungan di antara kedua pihak.
Sepanjang Januari hingga April, polisi telah menangkap setidaknya 17 simpatisan yang ingin bergabung bersama MIT di hutan dan pegunungan Poso, demikian Kapolres Poso AKBP Darno, April lalu.
Namun demikian, satgas Tinombala juga dituduh telah melakukan kesalahan tembak terhadap tiga orang yang oleh sebagian masyarakat disebut sebagai warga sipil, dalam dua kejadian terpisah pada April dan Juni 2020.
Sebagai respons atas tuduhan itu, Polda Sulteng mengatakan telah menarik 12 anggota Tinombala ke Jakarta menyusul diinterogasinya 41 anggota satuan tugas tersebut. Hingga kini belum diketahui bagaimana perkembangan terbaru dari kasus tersebut.