Pemerintah Telusuri Sebaran Orang Terindikasi COVID-19 dari Klaster Jamaah Tabligh

Ada juga klaster dari kelompok agama lain dengan banyak anggota positif corona.
Ronna Nirmala & Tia Asmara
2020.05.05
Jakarta
200505_ID_TJ_Gowa_1000.jpg Anggota jamaah tabligh yang telah hadir di lokasi Ijtima Dunia Zona Asia yang kemudian dibatalkan karena kekhawatiran akan wabah virus corona, berdoa di sebuah lapangan, di Gowa, Sulawesi Selatan, 19 Maret 2020.
AP

Pemerintah masih kesulitan melacak sebaran kasus infeksi virus corona dari seluruh klaster yang berpotensi menimbulkan penyebaran tinggi, termasuk Jamaah Tabligh yang mengikuti serangkaian acara massal di dalam dan luar negeri, sementara terjadi peningkatan harian  tertinggi kasus pada Selasa (5/5) yaitu 484, menyebabkan kasus positif COVID-19 menjadi 12.071, demikian menurut pejabat pemerintah.

Data pemerintah menunjukkan jumlah korban meninggal berjumlah 872 setelah ditambah delapan kasus kematian baru dalam 24 jam terakhir.

Sementara itu Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama pada 2020 sebesar 2,97 persen, yang merupakan pertumbuhan terendah sejak 2001. Pada periode yang sama tahun lalu pertumbuhan ekonomi di Indonesia sebesar 5,1 persen. Hal ini disebabkan karena konsumsi domestik, pendorong utama ekonomi menderita akibat pandemic COVID-19, demikian menurut BPS.

"Kalau kita lihat itu terendah sejak kuartal I pada 2001," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam video conference di Jakarta, Selasa.

Sulit melacak Jamaah Tabligh

Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito, mengakui pelacakan keberadaan anggota Jamaah Tabligh sulit dilakukan karena mereka tersebar di berbagai provinsi di Indonesia, selain itu banyak peserta yang tidak melaporkan riwayat perjalanan mereka kepada aparat terkait.

“Sebaran pemeriksaan menjadi sulit. Apalagi Indonesia ini kan juga negara keempat terbesar populasinya di dunia,” kata Wiku, saat dikonfirmasi.

Wiku memastikan, pemerintah akan terus berusaha memperkuat pemeriksaan COVID-19 di laboratorium di seluruh provinsi untuk menekan laju penyebaran virus corona untuk semua klaster. Sehingga, pemeriksaan bisa dilakukan lebih masif sesuai arahan Presiden Joko “Jokowi” Widodo.

Presiden Jokowi, Senin menyebut klaster Jamaah Tabligh dan klaster Gowa, wilayah di Sulawesi Selatan yang sejatinya akan menjadi pusat diadakannya tabligh akbar pertengahan Maret lalu, namun akhirnya dibatalkan sementara ribuan peserta telah datang ke lokasi, sebagai dua dari lima klaster yang perlu dilakukan penelusuran ketat karena berpotensi menimbulkan angka penularan COVID-19 yang tinggi.

"Ada klaster pekerja migran, klaster Jamaah Tabligh, klaster Gowa, ada klaster rembesan pemudik, klaster industri, ini perlu betul-betul dimonitor secara baik,” kata Jokowi.

Pemerintah juga terus memantau keberadaan peserta Jamaah Tabligh asal Indonesia di luar negeri, salah satunya yang berada di India.

Sepuluh warga Indonesia yang menghadiri pertemuan Jamaah Tabligh di Nizamuddin, New Delhi, didakwa melanggar aturan lockdown karena melakukan perjalanan ke Mumbai, lalu menetap di sebuah apartemen di Bandra, tanpa memberi tahu kepada polisi.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah, mengatakan jumlah keseluruhan Jamaah Tabligh di India ada 727 orang, dengan jumlah yang dihadapkan pada masalah hukum masih terus diverifikasi.

Terkait penolakan penangguhan penahanan di India terhadap 10 warga Indonesia, Faizasyah mengatakan hukuman untuk yang dituduh melanggar undang-undang wabah di sana berbeda-beda.

“KJRI di Mumbai atas kasus di Bandra telah memintakan advice hukum ke pengacara yg ditunjuk mengenai langkah-langkah hukum lanjutan apa yg harus ditempuh,” kata Faizasyah kepada BenarNews.

Terkait upaya pemulangan, Faizasyah mengatakan pemerintah Indonesia belum bisa melakukannya.

“Pemulangan mereka belum bisa dilakukan karena status lockdown tidak memungkinkan pesawat masuk dan keluar India. Setelah lockdown berakhir, maka akan dibuka jalur penerbangan. Mereka bisa pulang asalkan tidak lagi tersangkut masalah hukum,” tutupnya.

Klaster Gowa paling tinggi

Dalam keterangan persnya, Senin, Jokowi mengklaim pemerintah telah berhasil melacak 749 Jamaah Tabligh, dari ribuan yang hadir dalam pertemuan Ijtima Dunia Zona Asia di Gowa, Sulawesi Selatan, Maret lalu, yang akhirnya dibatalkan karena kekhawatiran akan penularan COVID-19. Sebanyak 64 orang di antaranya dinyatakan positif dan 78 lain berstatus pasien dalam pengawasan (PDP).

Panitia acara menyebut peserta yang hadir berjumlah 18.698 orang dari Indonesia dan 465 orang dari 10 negara lain.

Pertemuan yang rencananya digelar 19-22 Maret 2020 akhirnya dibubarkan, malam sebelum acara atas permintaan pemerintah setempat.

Mustari, panitia acara di Gowa mengklaim pihaknya telah melakukan protokol kesehatan yang ketat dengan memastikan tidak ada jamaah dengan kondisi kesehatan yang mirip dengan gejala COVID-19.

“Kita pastikan semua sehat. Kalau ada yang positif, itu asalnya bukan dari Gowa,” kata Mustari singkat.

Sementara itu, dari penelusuran laporan sejumlah media nasional, ditemukan setidaknya 113 peserta Jamaah Tabligh di pertemuan Gowa dinyatakan positif COVID-19.

Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Zulkieflimansyah, mengumumkan pada tanggal 21 April bahwa 58 dari 1.157 pengikut Jamaah Tabligh dari NTB yang pulang dari Gowa positif terinfeksi virus corona.

Di Jawa Tengah, 30 orang peserta Jamaah Tabligh di Klaten, Wonosobo, dan Banyumas positif COVID-19. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memperkirakan 1.500 orang dari wilayahnya menjadi peserta tabligh di Gowa.

Selain itu, kasus positif melibatkan pengikut Jamaah Tabligh lainnya juga dilaporkan di Sumatra Barat (12), Jambi (6), Nusa Tenggara Timur (2), dan Nunukan, Kalimantan Utara (5). Di Kalimantan Utara ditemukan lima kasus positif, termasuk dua orang Malaysia.

Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 tidak bisa mengkonfirmasi temuan data yang disusun BenarNews tersebut.

Klaster dakwah dan Malaysia

Kasus positif COVID-19 Jamaah Tabligh juga dilaporkan muncul di Batam, Kepulauan Riau.

Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) I Yudo Margono pada Selasa (5/5), mengumumkan enam pria Jamaah Tabligh asal India sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit Darurat (RSD) Pulau Galang karena positif terinfeksi virus corona.

Yudo mengatakan, keenamnya telah berada di Batam sejak Februari untuk melakukan misi dakwah. Keenamnya semula bermukim di Masjid Baiturrahman, Sekupang, Batam. Mereka menularkan virus ke empat pengurus masjid yang kini juga tengah dirawat di RSD Galang.

“Itu (Jamaah Tabligh) dari Masjid Baiturrahman, Batam,” kata Yudo.

Tiga dari 14 Jamaah Tabligh asal Bangladesh juga dinyatakan positif COVID-19 dan dalam perawatan di rumah sakit daerah Palembang, Sumatra Selatan, kata Jubir Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Sumsel, Yusri, dalam AntaraNews.

Pada 20 April, 13 dari 166 warga asing pengikut Jamaah Tabligh di Masjid Al Muttaqien, Sunter Agung, Jakarta Utara, dilaporkan positif terinfeksi virus corona dan dirawat di RS Darurat Wisma Atlet.

Puluhan anggota Jamaah Tabligh juga dilaporkan terinfeksi virus corona setelah pulang ataupun tertular peserta yang baru pulang dari Tabligh Akbar di Masjid Jamek Sri Petaling, Petaling Jaya, Selangor, Malaysia, 27 Februari-1 Maret.

Pada 7 April, 73 orang termasuk 64 warga asing anggota Jamaah Tabligh yang berada di Masjid Jami Kebon Jeruk, Jakarta Barat, dilaporkan terinfeksi COVID-19 karena kontak dengan tiga orang yang dinyatakan positif COVID-19 setelah mengikuti acara masal di Malaysia.

Catur Laswanto, anggota Gugus Tugas DKI Jakarta, mengatakan bahwa ke-73 orang tersebut telah dinyatakan sembuh.

“Sejauh ini tidak ada kasus tambahan dari sana,” kata Catur lewat pesan singkat.

Halaman NU Online menjelaskan pergerakan Jamaah Tabligh mulai masif sejak dua dekade terakhir. NU menyebut hampir tidak ada satu pun wilayah di Indonesia yang belum tersentuh dengan dakwah dari kelompok ini.

Meski pusat gerakannya di India, kelompok Jamaah Tabligh Bangladesh dan Pakistan memainkan peran yang sangat signifikan dalam membentuk poros baru penyebaran ajaran mereka.

Setiap pesertanya memang disarankan untuk meluangkan empat bulan waktu untuk belajar ke tiga negara di Asia Selatan tersebut.

Klaster keagamaan di luar tabligh

Acara Jamaah Tabligh bukan satu-satunya klaster penularan yang terkait acara keagamaan.

Persidangan Sinoda Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) di Bogor akhir Februari diduga menjadi salah satu kluster awal virus corona. Klaster ini mengakibatkan dua pendeta meninggal dunia dengan diagnosa COVID-19.

Bulan lalu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan lebih dari 200 orang yang terindikasi positif COVID-19 di Kota Bandung berasal dari klaster acara masal Gereja Bethel Indonesia (GBI) di Lembang.

Seorang pendeta dan istrinya yang diduga menjadi sumber penularan pada pertemuan GBI itu dinyatakan meninggal dunia karena COVID-19.

Klaster lainnya termasuk 41 orang yang dites positif di asrama Sekolah Tinggi Teologi Bethel di Petamburan, Jakarta Pusat.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.