Jokowi: Jonan dan Archandra 'Keras Kepala' Pimpin ESDM
2016.10.14
Jakarta

Presiden RI Joko “Jokowi” Widodo secara mengejutkan melantik dua mantan menteri yang pernah dicopot, Ignasius Jonan sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Archandra Tahar sebagai Wakil Menteri ESDM.
“Meskipun saya tahu dua-duanya keras kepala, tapi suka terjun ke lapangan,” ujar Jokowi kepada wartawan usai melantik mereka di Istana Presiden, Jakarta, Jumat, 14 Oktober 2016.
“Tugas ini bukan tugas mudah, tapi saya yakin beliau berdua bisa selesaikan masalah yang ada di ESDM dan jadi team work yang baik," tambah Presiden.
Jokowi menyatakan, Jonan dan Archandra adalah figur profesional yang “tepat, berani, dan punya kompetensi untuk melakukan reformasi besar-besaran di (Kementerian) ESDM”.
Dengan kemampuan dan kemauan keduanya untuk turun ke lapangan, menurut Jokowi, mereka dapat mengemban tugas berat dalam mereformasi Kementerian ESDM dan juga merevitalisasi sektor energi nasional.
Seperti diketahui bahwa Jonan pernah menjabat Menteri Perhubungan, tetapi dicopot pada reshuffle kabinet tahap kedua, Juli lalu.
Ketika itu, sejumlah isu mencuat dan menjadi perhatian publik, seperti penolakannya terhadap proyek Kereta Cepat dan kemacetan parah di tol Brebes Timur saat Idul Fitri lalu.
Posisi Menteri Perhubungan kemudian digantikan Budi Karya Sumadi sejak 27 Juli 2016 lalu.
Sementara, Archandra pernah diangkat sebagai Menteri ESDM, menggantikan Sudirman Said.
Namun baru 19 hari menjabat, dia diberhentikan dengan hormat pada 15 Agustus lalu menyusul desakan publik setelah diketahui Archandra memiliki kewarganegaraan ganda.
Setelah Archandra dicopot, posisi Menteri ESDM dijabat sementara oleh Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman.
“Ini isu manajemen, jangan ditarik ke personal dan politik. Ini isu manajemen," terang Jokowi menjelaskan alasan memilih Jonan dan Archandra.
Sebelumnya, penunjukan kembali Archandra sempat menuai kontroversi, sebab ada yang mendukung dan banyak pula menolak karena pengembalian kewarganegaraan tergolong singkat.
Archandra telah memperoleh kewarganegaraan Indonesia, meski tak memenuhi syarat yang termaktub di Pasal 9 huruf b Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan.
Aturan itu menyatakan, seseorang baru bisa mendapatkan kembali kewarganegaraan Indonesia jika telah menetap selama lima tahun berturut-turut atau sepuluh tahun tak berturut-turut di Indonesia.
Revitalisasi energi
Archandra berjanji untuk bekerja satu sama lain dalam upaya merevitalisasi sektor energi nasional.
"Tentu kita akan bekerja sama dalam hal-hal merevitalisasi sektor energi di Indonesia. Dalam hal ini, kita butuh figur Pak Jonan dan saya sepenuhnya akan mendukung Pak Jonan dalam menjalankan tugas di Kementerian ESDM," ujar Archandra.
Ditanya kasus pemulihan kewarganegaraannya, dia mengatakan hal itu merupakan keputusan terbaik dan siap ditempatkan dan mengabdi di manapun negara membutuhkan.
"Semoga niat saya pulang diluruskan. Dan inilah konsekuensi saya sebagai warga negara Indonesia yang bersedia pulang dan mengabdi untuk bangsa dan negara," tegasnya.
Terkait banyaknya spekulasi konroversial mengenai sosok keduanya, Jonan mengaku tidak merisaukan dan bertekad untuk memberikan yang terbaik pada masa akan datang.
"Kalau kita bekerja, itu lihatnya ke depan," jawab Jonan.
Mengejutkan
Pengamat politik dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), Tobias Basuki menilai, keputusan Jokowi mengangkat Jonan dan Archandra untuk memimpin ESDM merupakan suatu hal yang sangat mengejutkan.
“Semua orang pasti tidak menyangka karena energi bukan bidang Jonan. Namun kenapa dipilih lagi pasti Jokowi punya perhitungan sendiri. Ini jadi hak prerogatif yang sulit ditebak alasannya apa,” ujar Tobias kepada BeritaBenar.
Ia menduga pemilihan ini lebih dikarenakan faktor kedekatan antara Jokowi dengan sosok Jonan dan Archandra.
“Keduanya sudah dekat dengan Jokowi sehingga ada kepecayaan dan lebih dikenal karena track record sebelumnya,” kata Tobias.
Selain tidak dihadiri Wakil Presiden, Jusuf Kalla, pelantikan ini juga tidak dihadiri Luhut yang selama dua bulan ini menggantikan tugas di Kementerian ESDM.
Tobias melihat ketidakhadiran menteri lama bukan faktor terpenting dalam pelantikan menteri yang baru.
“Ada dua kemungkinan, bisa jadi kenyataan belum siap, mungkin diberitahu mendadak atau memang berpotensi menyatakan nggak setuju,” ujar dia.
Pakar energi, Kurtubi, optimistis kepemimpinan Jonan dan Archandra bisa memperbaiki permasalahan ESDM yang semakin pelik.
“Tidak ada satu orang pun yang tahu semua hal, meskipun Jonan tidak berlatar belakang ESDM tapi ia sangat paham tentang pengelolaan kementerian. Ia dikenal tegas, berani, konsisten dalam memimpin, jadi bisa membenahi masalah kompleks,” kata Kurtubi.
Archandra yang berlatar belakang Ocean Engineering, tambah Kurtubi, bisa melengkapi perbaikan-perbaikan itu.
“Semoga mereka kompak dan akan bisa jalan lebih bagus. Kementerian ini terlampau lama salah dikelola,” pungkas Kurtubi.