Kementerian Kominfo Belum Blokir Video Bahrumsyah

Ismira Lutfia Tisnadibrata
2016.01.27
Jakarta
160127_ID_Bahrumsyah_620 Foto yang diambil dari video pelatihan kamp militer ISIS menampilkan Bahrumsyah yang diduga berada di Suriah. Foto diambil 27 Januari 2016.
BeritaBenar

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) belum memblokir peredaran video yang menunjukkan pelatihan militer dengan puluhan peserta dan seorang komandan yang diduga adalah tokoh ISIS Indonesia di Suriah, Bahrumsyah.

Video berdurasi 10 menit 32 detik tersebut adalah video yang pertama kali dikeluarkan oleh sayap media ISIS, Al Hayat, pada Agustus 2015.  Sejumlah media online pada hari Rabu menemukan sebuah akun berisi video tersebut yang masih bisa diakses. BeritaBenar juga menemukan bahwa video tersebut masih bisa diakses melalui Google Drive.

Sebelumnya pada hari Selasa, kementerian itu juga mengumumkan bahwa pihaknya telah memblokir lagi sejumlah situs radikal sejak serangan teror di Thamrin, sehingga jumlah situs yang diblokir menjadi 24. Namun juru bicara kementerian itu Ismail Cawidu mengakui situs berisi video itu belum diblokir.

"Kami akan blokir bila sudah ada laporan dari polisi. Sejauh ini kami belum menerimanya," ujar Ismail kepada BeritaBenar, Rabu (27/1).

Video itu menunjukkan seorang komandan bernama Abu Muhammad Al Indunisy yang oleh polisi diidentifikasi sebagai Bahrumsyah, mengenakan pakaian loreng dengan dua handy talkie terpasang di dada kanan dan kirinya sedang memberikan pengarahan dalam bahasa Indonesia kepada peserta yang seluruhnya laki-laki sedang duduk di tanah di sebuah kamp pelatihan yang diduga berlokasi di Suriah.

Siapakah Bahrumsyah?

Nama Bahrumsyah mendadak tenar pada awal Agustus 2014 ketika sebuah video propaganda ISIS lain berbahasa Indonesia menampilkan dirinya mengenakan baju dan sorban hitam mengajak orang Indonesia untuk bergabung dengan ISIS.

Polisi menyebutnya salah satu dari tiga figur utama asal Indonesia di kelompok bersenjata militan ISIS di Suriah, selain Bahrun Naim dan Abu Jandal alias Salim Mubarok Attamimi.

Bahrumsyah diketahui hadir saat sekelompok massa mendeklarasikan dukungan dan berbaiat terhadap ISIS pada Maret 2014 di Bundaran Hotel Indonesia. Pria kelahiran Bogor, 25 Juli 1984 itu, diakui pihak Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah, Ciputat, pernah tercatat sebagai mahasiswa di universitas itu sekitar tahun 2004 selama tiga semester, namun tidak selesai.

Pengamat terorisme dari Indonesia Intelligence Institute, Ridlwan Habib mengatakan bahwa Bahrumsyah, yang diketahui berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS pada pertengahan 2014, adalah salah satu perekrut utama warga Indonesia untuk bergabung dengan kelompok itu. Sekarang dia menjadi semacam penghubung antara ISIS di Raqqa dengan simpatisan di Indonesia.

Minggu lalu, Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti kepada wartawan mengatakan bahwa Bahrumsyah adalah salah satu penyedia dana bagi sejumlah kelompok radikal untuk melakukan berbagai aksi teror di Indonesia.

Dia dikatakan terdeksi beberapa kali mengirim uang sejumlah total Rp1 miliar kepada seorang terduga teroris bernama H untuk membeli senjata dari Filipina selama tahun 2015. H adalah salah satu terduga teroris yang ditangkap pasukan khusus polisi anti terorisme Densus 88 pascaserangan di Jalan Thamrin 14 Januari lalu.

Namun polisi mengatakan masih menyelidiki apakah dana dari Bahrumsyah digunakan dalam serangan teror di Jakarta itu, yang diduga kuat polisi didalangi oleh Bahrun Naim.

Persaingan dengan Abu Jandal

Ridlwan mengatakan bahwa terjadi persaingan antara Bahrumsyah -- yang diyakini sebagai komandan Katibah Nusantara, sayap ISIS yang terdiri dari militan Indonesia dan Malaysia -- dan Abu Jandal untuk berbuat "kebaikan" sesuai dengan versi mereka.

"Kebaikan bagi mereka adalah kejahatan bagi kita," ujar Ridlwan kepada BeritaBenar.

Dia menambahkan bahwa saat ini posisi Abu Jandal tergeser dan perannya dikurangi sebagai sanksi dari para petinggi ISIS akibat mengeluarkan video tanpa izin dari markas kelompok itu yang isinya menantang dan mengancam panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada 2014.

Sidney Jones, peneliti masalah terorisme dari Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC), mengatakan bahwa Abu Jandal menuding Bahrumsyah melakukan korupsi, seperti dikutip dari The Jakarta Post (16/1).

Menurut Ridlwan, pengganti Abu Jandal untuk saat ini diketahui sebagai Siswanto, yang berasal dari Lamongan, Jawa Timur dan pernah menjadi murid Aman Abdurrahman. Aman sendiri adalah seorang militan yang pernah ditangkap tahun 2004 karena membuat alat peledak dan masih mendekam di penjara.

Polisi mencatat ada 384 warga negara Indonesia yang sudah berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS, sementara data pihak intelijen menunjukkan ada lebih dari 800 warga Indonesia yang ke sana.

Sekitar 160 orang sudah dipulangkan dari Turki, yang menjadi negara transit dan jalur masuk bagi mereka yang ingin menyeberangi perbatasan ke Suriah dan bergabung dengan ISIS.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.