Kereta cepat pertama di Indonesia memukau penumpang saat uji coba

Para penumpang bersorak saat kereta mencapai kecepatan 350 km/jam dalam perjalanan sejauh 142 kilometer.
Ahmad Syamsudin
2023.09.19
Tegalluar, Jawa Barat
Kereta cepat pertama di Indonesia memukau penumpang saat uji coba Ratusan penumpang mengantre untuk naik kereta cepat di stasiun Tegalluar Bandung, Jawa Barat, 15 September 2023.
Eko Siswono Toyudho/BenarNews

Diperbarui pada Rabu, 20 September 2023

Cepu Supriyanto dulu merasa malas dengan perjalanan melelahkan dari Jakarta ke Bandung. Tapi pada Sabtu (16/9) perasaan itu berubah, ketika dia berkesempatan menaiki uji coba kereta berkecepatan tinggi pertama di Indonesia, yang dibangun dari kerja sama antara Indonesia dan China.

“Saya senang banget dan merasa sangat nyaman di dalam kereta,” kata Cepu, seorang pencinta sepeda yang masih mengenakan perlengkapan bersepeda.

“Saya sekarang bisa jalan-jalan bersama teman-teman dari Jakarta ke Bandung di pagi hari, bersepeda di sana, dan kembali pada sore hari. Sangat menghemat waktu dan sangat efisien,” ujarnya kepada BenarNews.

Kereta cepat Jakarta-Bandung, proyek gabungan antara Indonesia dan China tersebut, akan mulai beroperasi secara komersial pada 1 Oktober setelah beberapa kali tertunda sejak konstruksi dimulai pada 2016.

Seorang staf Kereta Cepat Jakarta-Bandung tersenyum menyambut para penumpang yang akan menguji coba kereta tersebut dalam perjalanan dari Jakarta menuju Bandung, di Stasiun Halim, Jakarta, 15 September 2023. [Eko Siswono Toyudho/BenarNews]
Seorang staf Kereta Cepat Jakarta-Bandung tersenyum menyambut para penumpang yang akan menguji coba kereta tersebut dalam perjalanan dari Jakarta menuju Bandung, di Stasiun Halim, Jakarta, 15 September 2023. [Eko Siswono Toyudho/BenarNews]

Perjalanan kereta cepat akhir pekan lalu ini merupakan bagian dari tahap pengujian publik proyek tersebut, yang akan berlangsung hingga 30 September. Selama tahap pengujian, layanan ini akan mengoperasikan empat perjalanan sehari, dengan kapasitas 600 penumpang sekali jalan.

Perjalanan kereta berlangsung mulus dan nyaman, dengan hanya sedikit getaran.

Para penumpang bersorak saat kereta mencapai kecepatan 350 kilometer per jam dalam perjalanan sejauh 142 kilometer. Ada empat stasiun: Halim, Karawang, Padalarang dan Tegalluar.

Penumpang juga disuguhi pemandangan pedesaan yang indah, saat kereta melewati persawahan, bukit, dan terowongan.

Perjalanan dari Stasiun Halim di Jakarta ke Padalarang di Bandung Barat hanya memakan waktu 30 menit, dibandingkan dengan sekitar tiga jam perjalanan dengan mobil saat lalu lintas lancar.

Seorang staf tampak berjalan di dalam kereta cepat yang berisi warga yang menjajal kereta dengan kecepatan maksimum 350 km/jam itu, 15 September 2023. [Eko Siswono Toyudho/BenarNews]
Seorang staf tampak berjalan di dalam kereta cepat yang berisi warga yang menjajal kereta dengan kecepatan maksimum 350 km/jam itu, 15 September 2023. [Eko Siswono Toyudho/BenarNews]

Kereta yang telah dipesan penuh untuk uji coba ini dilengkapi dengan fasilitas seperti stopkontak, layar LCD, dan kursi yang luas.

Stasiun-stasiunnya baru dan modern, meskipun beberapa bagian masih belum selesai, dengan desain yang ramping dan lobi yang luas.

“Kami merasa sangat nyaman di kereta. Kita bisa lihat betapa cepatnya perkembangannya,” kata Muhammad Risman, pegawai swasta berusia 48 tahun asal Jakarta yang ikut uji coba bersama istrinya.

“Kursinya bagus dan luas. Layarnya juga mudah dilihat dan menunjukkan seperti apa rutenya,” ujarnya.

Dia juga mengatakan tidak keberatan membayar tarif yang diusulkan sebesar Rp250.000-Rp300.000 demi perjalanan yang cepat dan nyaman.

“Menurut saya 250 ribu.atau 300 ribu adalah harga yang wajar. Itu sepadan,'' katanya.

Namun, dia juga menyebutkan beberapa tantangan dalam menjangkau Kota Bandung dari dua stasiun terakhir.

“Akan lebih baik lagi jika ada kereta penghubung yang mengantar kami ke pusat kota, atau ada petunjuk cara menuju ke sana,” ujarnya.

PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC), konsorsium yang membangun kereta api tersebut, mengatakan kereta pengumpan dan bus akan membawa penumpang dari Padalarang ke pusat kota setelah operasi komersial berjalan lancar.

Proyek ini dibiayai oleh pinjaman dari China Development Bank, yang mencakup 75 persen biaya, dan ekuitas dari pemegang saham Indonesia dan China, yang mencakup 25 persen sisanya.

Perkiraan total biaya pembangunan jalur kereta api pada awalnya adalah $6 miliar (Rp92,3 triliun), namun membengkak sebesar $1,2 miliar akibat kenaikan biaya konstruksi dan kompensasi lahan.

Para pejabat mengatakan proyek ini bertujuan untuk meningkatkan pembangunan ekonomi dan konektivitas. Jakarta, dengan populasi lebih dari 10 juta jiwa, merupakan pusat politik dan komersial di Indonesia, sedangkan Bandung, dengan populasi sekitar 2,5 juta jiwa, merupakan pusat pendidikan, kebudayaan, dan teknologi.

Kereta cepat ini diharapkan mendapatkan pemasukan dari tarif penumpang, periklanan dan pengembangan properti di sepanjang rute tersebut. Namun, beberapa analis mempertanyakan profitabilitas proyek tersebut, mengingat rendahnya kepadatan penduduk dan tingkat pendapatan di wilayah yang dilayaninya.

Mereka juga telah memperingatkan risiko kesulitan utang, karena Indonesia harus membayar kembali pinjaman tersebut beserta bunganya kepada China.

Presiden Joko “Jokowi” Widodo, yang juga pertama kali menaiki kereta tersebut pada pekan lalu, mengungkapkan kekagumannya terhadap proyek tersebut.

“Sebelumnya saya sudah empat kali mengunjungi lokasi proyek kereta kecepatan tinggi, tapi baru pertama kali benar-benar menaikinya. Nyaman sekali, dan saya tidak merasakan kecepatan 350 kilometer (per jam) sama sekali. Entah saya sedang duduk atau berjalan-jalan,” kata Jokowi.

“Seperti inilah peradabannya,” semburnya.

Kereta api berkecepatan tinggi Jakarta-Bandung merupakan bagian dari Belt and Road Initiative (BRI) China, sebuah strategi pembangunan infrastruktur global yang bertujuan untuk menghubungkan Asia, Eropa, dan Afrika melalui koridor darat dan jalur maritim.

Beijing menyebut proyek kereta berkecepatan tinggi sebagai simbol eratnya hubungan antara Indonesia dan China.

Keadaan di dalam Kereta Cepat Jakarta-Bandung saat hampir mencapai kecepatan maksimum, 15 September 2023. [Eko Siswono Toyudho/BenarNews]
Keadaan di dalam Kereta Cepat Jakarta-Bandung saat hampir mencapai kecepatan maksimum, 15 September 2023. [Eko Siswono Toyudho/BenarNews]
Hal ini juga menunjukkan ambisi China untuk mengekspor teknologi kereta cepat dan memperluas pengaruhnya di Asia Tenggara. Tiongkok telah bersaing dengan Jepang, yang memiliki sejarah panjang dalam membangun kereta peluru, untuk proyek kereta cepat di Asia Tenggara.

Pembangunan jalur kereta dimulai pada tahun 2016 dan semula dijadwalkan selesai pada 2019. Namun, pembangunan tersebut menghadapi berbagai kendala dan penundaan karena pembebasan lahan, permasalahan lingkungan dan pandemi COVID-19.

Pada Oktober 2021, Jokowi memutuskan untuk mengizinkan pemerintah menanggung biaya proyek tersebut. Hal ini bertentangan dengan janji dan keputusan sebelumnya pada 2015 yang melarang penggunaan dana APBN untuk pembangunannya.

Beijing bersikeras mempertahankan tingkat suku bunga pinjaman proyek, termasuk pembengkakan biaya, sebesar 3,4 persen, meskipun ada permintaan dari Indonesia untuk menurunkannya menjadi 2 persen.

Namun demikian, para pejabat mengatakan pemerintah sedang mempelajari rencana untuk memperluas jalur kereta cepat Bandung ke Surabaya, yang berjarak sekitar 700 kilometer.

Indonesia adalah salah satu negara pertama yang mendukung BRI ketika diluncurkan oleh Presiden China Xi Jinping pada tahun 2013. Tiongkok adalah mitra dagang terbesar Indonesia dan salah satu sumber utama investasi asing.

Selain jalur kereta api, Tiongkok juga berpartisipasi dalam proyek BRI lainnya di Indonesia, seperti pembangkit listrik, kawasan industri, pelabuhan, dan jembatan.

Beberapa dari proyek-proyek ini telah dikritik oleh para pemerhati lingkungan dan masyarakat lokal karena potensi dampaknya terhadap sumber daya alam dan hak asasi manusia.

Beberapa warga setempat mengatakan bahwa pembangunan jalur kereta api tersebut telah meninggalkan jejak kerusakan di desa-desa sepanjang jalurnya.

Hal ini telah menyebabkan kelangkaan air, polusi, dan kerusakan rumah bagi ratusan warga desa yang hanya menerima sedikit atau tidak sama sekali kompensasi dari perusahaan atau pemerintah, kata mereka.

Didin Saripudi tokoh masyarakat Bandung Barat di Desa Puteran, Kecamatan Cikalong Wetan, mengatakan sebelum adanya proyek, airnya melimpah dan jernih.

“Dampak dari proyek kereta berkecepatan tinggi ini tidak langsung terasa. Misalnya air bersih yang biasa kita gunakan untuk minum atau mencuci pakaian semakin berkurang hingga hilang sama sekali,” ujarnya.

“KCIC belum melakukan apa pun untuk mengganti air bagi warga desa yang terkena dampak, bahkan hingga saat ini (proyek tersebut) akan segera diresmikan,” katanya kepada BenarNews.

KCIC tidak menanggapi permintaan komentar dari BenarNews.

Tiongkok dan Indonesia membela kerja sama BRI mereka dan menyebutnya sebagai kerja sama yang saling menguntungkan dan berkelanjutan.

Dalam foto tertanggal 15 September ini, warga antusias menunggu untuk mencoba Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang masih dibuka gratis hingga akhir bulan ini. [Eko Siswono Toyudho/BenarNews]
Dalam foto tertanggal 15 September ini, warga antusias menunggu untuk mencoba Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang masih dibuka gratis hingga akhir bulan ini. [Eko Siswono Toyudho/BenarNews]

Dalam versi yang diperbarui ini terdapat koreksi pada nama dan lokasi dari sumber Didin Saripudi.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.