Kesaksian Deportan Suriah yang Tertipu ISIS

Mereka mengaku sangat menyesal dan mengimbau masyarakat jangan terjebak ideologi dan janji-janji ISIS.
Rina Chadijah
2017.09.13
Jakarta
170913_)ID_ISISVideo_1000.jpg Gambar dari video yang diunggah Badan Nasional Penanggulangan Terorisme di laman YouTube, memperlihatkan para deportan ISIS saat bertemu keluarganya di Jakarta.
Photo: Benar

Dengan raut wajah masih menyimpan trauma, Heru Kurnia (55) bercerita tentang apa yang disaksikannya di Suriah.

Suatu hari di lokasi Bundaran Jam di alun-alun Kota Raqqa, ia melihat sendiri rasa kemanusian telah pupus di daerah yang diklaim sebagai ibukota Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Sesosok mayat disenderkan di sisi menara, sementara kepalanya yang telah dipenggal dijadikan sebagai bola.

"Luar biasa, takut. Ada menara jam, disenderin itu tubuhnya ke sana, kepalanya dibuat mainan sama anak-anak, ditendang-tendang. Orang-orang pada melihat, saya mendekat ke sana. Ya Allah orang mati aja digituin," ujar Heru.

Kesaksiannya menjadi pembuka rekaman video pengalaman 18 warga Indonesia yang berhasil keluar dari Suriah dan dipulangkan ke Indonesia pada 12 Agustus lalu setelah melarikan diri dari Raqqa sebulan sebelumnya.

Video berdurasi 12:10 menit itu diunggah Pusat Media Damai, salah satu unit kerja Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di laman YouTube pada 11 September lalu. Isinya pengakuan mereka yang mengaku tertipu ISIS.

Yang dirasakan Heru selama di Raqqa jauh dari kesejahteraan negara khilafah seperti propaganda yang diterimanya sehingga ia memutuskan berangkat ke Suriah.

"Hampir seminggu, dua atau tiga kali selalu terjadi perkelahian, berbagai penyebab: makanan, senggolan seperti preman begitu. Sehingga kami tidak bergaul di situ karena takut, mereka kasar," tuturnya.

Video "Kisah Para Deportan ISIS yang Termakan Bujuk Rayu ISIS" yang dipublikasikan oleh BNPT.

Menyesal

Nurshadrina Khaira Dhania, deportan lain juga mengaku menyesal berangkat ke Suriah. Perempuan 19 tahun itu bercerita pengalamannya ketika ditempatkan di asrama yang kotor dan penuh dengan perkelahian. Awalnya ia dijanjikan akan mendapatkan fasilitas pendidikan.

"Katanya kebersihan sebagian dari iman, cuman ya Allah, kotornya. Naudzubillah. Pada berantem sampai lempar-lempar pisau, jauh sekali sama yang mereka (ISIS) katakan dan share di internet. Suka ngegosip dan memfitnah sesama akhwat Muslimah di sana," ujarnya.

Nur berangkat ke Suriah pada 2015 bersama keluarganya. Dia berhasil meyakinkan keluarganya, berbekal informasi akan kemegahan “negara Daulah Islamiyah’ dari sebuah blog.

“Mereka memberikan beberapa janji, misalnya, jika kita sebagai Muslim memiliki utang yang besar dan tidak bisa membayar, ISIS yang akan melunasinya. Dan mengenai ongkos perjalanan yang kami habiskan dari Indonesia ke Raqqa, mereka akan menggantinya. Mereka akan membayar semua ongkos tersebut,” ujar Nur.

Ayah Nur, Dwi Djoko Wiwoho (50), yang diyakini mantan Direktur Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Humas Badan Pengusahaan Batam, menuturkan, bukannya menepati janji mereka untuk menyekolahkan anak-anaknya, petempur ISIS malah mengincar tiga putrinya untuk dinikahi.

"Banyak itu yang ngelamar, datang orang-orang Daesh (ISIS) sampai anak saya yang paling kecil itu ditanya kapan haidnya, dibilang kasih tau ya kalau sudah haid," jelasnya.

Selain itu, katanya, ISIS juga mudah mengkafirkan dan membunuh orang yang berbeda paham dengan mereka. Padahal yang mereka bunuh sesama Muslim.

"Mereka gampang sekali memusyrikkan seseorang, bila tidak sesuai dengan pemahaman, mereka dianggap murtad, kafir dan fasik," ujar Djoko.

Difansa Rachmani (31), menguatkan cerita Djoko. Menurutnya, para tentara ISIS hanya mengejar keuntungan dunia dan sama sekali tak mencerminkan ajaran Islam.

"Mereka hanya mengejar kekuasaan, harta, dan wanita," ujarnya.

Di akhir video yang direkam pada 10 hingga 11 Agustus itu, Difansa mengimbau kepada orang-orang Indonesia agar jangan mau terperdaya rayuan ISIS.

"Buat orang-orang yang belum masuk sana (ISIS), bersyukurlah. Save your time, save your money, save your life,” imbuh Difansa.

“Jangan sia-siakan hidup kita untuk mendapat kebohongan ISIS. ISIS itu sebentar lagi akan hancur, saya yakin Insya Allah mereka akan hancur karena ISIS itu bukan untuk menegakkan kalimat Allah."

Mereka semua yang memberikan kesaksian dalam video itu mengaku sangat menyesal telah pergi ke Suriah.

Tidak menjawab

BeritaBenar mencoba mengkonfirmasi soal video itu ke BNPT. Namun pejabat BNPT seperti Kepalanya, Komjen. Pol. Suhardi Alius dan Direktur Pencegahan, Brigjen. Pol. Hamidin, tak menjawab panggilan.

Juru bicara BNPT, Irfan Idris, yang dihubungi melalui telepon dan pesan singkat juga tak membalasnya.

Tidak jelas benar apakah ke-18 WNI terdiri dari lima pria dewasa, sembilan perempuan dan empat anak-anak yang dipulangkan dari Suriah telah kembali ke daerah asal atau tidak.

Namun, dalam potongan akhir video, tampak beberapa deportan sempat dipertemukan dengan keluarga mereka.

Kesaksian salah seorang deportan.

Tergiur hujan emas’

Pengamat intelijen dan terorisme dari Universitas Indonesia, Ridlwan Habib, menyebut mereka yang tertipu ISIS umumnya karena tergiur fasilitas ditawarkan dan kehidupan lebih baik.

"Jadi memang kebanyakan mereka tergiur janji hujan emas di negeri orang. Selain itu karena pemahaman yang salah dan kurangnya informasi," ujarnya kepada BeritaBenar.

Kata Ridlwan berdasarkan data Kementerian Luar Negeri, diprediksi ada 600 hingga 700 WNI pergi ke Suriah. Selain karena teradikalisasi, banyak juga yang tertipu.

"Karena itu upaya menditeksi mereka yang kembali dari sana penting. Ini contoh baik yang bisa dilakukan BNPT, "ujarnya.

Hal senada dikatakan peneliti terorisme dari Universitas Malikussaleh Lhokseumawe, Al Chaidar.

"Jangan sampai seperti pelaku beberapa kasus. Ada mereka yang kembali dari Suriah kemudian melakukan aksi terorisme. Perlu dicegah jangan sampai terulang," ujarnya.

Al Chaidar juga memuji langkah BNPT merilis video testimoni mereka yang telah kembali dari Suriah sehingga bisa memberikan pemahanan agar masyarakat tidak tergiur rayuan ISIS.

Berbagai komentar menanggapi video tersebut.

Banyak yang marah dengan mereka seperti komentar yang menyatakan “Enak yee, udah bakar paspor dan bendera, cuih cuih bangsa sendiri, masih bisa balik. Kudu diawasin lu pada.”

Namun ada juga yang bersimpati dengan nasib mereka, seperti komentar yang mengatakan,”Dipastikan mereka trauma yg sangat mendalam karna mereka melihat dengan mata kepala sendiri menyaksikan keburutalan dan kekejaman ISIS dan ini suatu pelajaran! Anyway welcome back to NKRI. Bertaubatlah agar menjadi Muslim/manusia yg lebih baik penuh dengan kasih sayang serta dijauhkan dari kemunafikan”.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.