Cuaca Buruk, Pencarian Kotak Hitam Lion Air Tertunda

Keluarga korban berharap pencarian dilakukan sampai semua jenazah ditemukan.
Tria Dianti
2018.12.17
Jakarta
181217_ID_LionAir_1000.jpg Inchy Ayorbaba yang suaminya, Paul Ayorbaba meninggal dalam kecelakaan pesawat Lion Air bulan Oktober lalu, ikut mendesak pemerintah melanjutkan pencarian para korban dalam sebuah aksi unjuk rasa di Jakarta, 13 Desember 2018.
AFP

Pencarian lanjutan kotak hitam Cockpit Voice Recorder (CVR) pesawat Lion Air yang jatuh ke perairan Karawang, Jawa Barat, pada 29 Oktober lalu, tertunda dua hari karena hujan deras dan cuaca buruk sehingga kapal MPV Everest asal Belanda yang didatangkan untuk tujuan itu tidak bisa merapat ke lokasi.

"Cuaca buruk dapat mengganggu proses mobilisasi peralatan dan kru," kata Corporate Communication Strategic Lion Air, Danang Mandala Prihantoro, di Jakarta, 17 Desember 2018.

Kapal MPV Everest yang didatangkan manajemen Lion Air kini berada di Johor, Malaysia, dijadwalkan tiba di perairan Karawang, pada Rabu, 19 Desember 2018.

Ia menjelaskan upaya pencarian lanjutan itu merupakan bentuk komitmen Lion Air dan berdasarkan permintaan keluarga korban dari pesawat yang mengangkut 189 orang saat kecelakaan terjadi.

Seluruh penumpang dan kru tewas dalam pesawat dengan rute perjalanan Jakarta - Pangkal Pinang di Kepulauan Bangka Belitung itu.

"Proses pencarian difokuskan berdasarkan pemetaan terakhir area koordinat jatuhnya penerbangan JT-610 dengan waktu operasional 10 hari berturut-turut," kata Danang.

Maskapai penerbangan Lion Air mengalokasikan dana Rp38 miliar untuk melanjutkan pencarian korban pesawat jenis Boeing 737 MAX 8 penerbangan JT-610 dengan nomor registrasi PK-LQP tersebut.

"Apabila ditemukan, maka akan diambil dan diserahkan kepada Basarnas (Badan SAR Nasional) guna tindakan selanjutnya sesuai prosedur. Proses pencarian juga dilakukan terhadap kotak hitam," katanya.

Lokasi CVR ditemukan

Wakil Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Haryo Satmiko yang dihubungi BeritaBenar menyatakan tim pencari telah menemukan lokasi kotak hitam dan bagian besar serpihan pesawat.

"Lokasi CVR dan badan pesawat sudah teridentifikasi," katanya.

Lokasi titik serpihan pesawat ditemukan kapal Baruna Jaya pada saat evaluasi dilakukan Basarnas dan KNKT sebelum operasi pencarian dihentikan pada 10 November lalu, tambahnya.

"Didapat dari hasil alat identifikasi side scan sonar. Jadi sekarang tinggal melanjutkan saja pencarian pada lokasi yang sudah ditetapkan koordinatnya, semoga tidak banyak berubah akibat ombak maupun gelombang laut," tambahnya.

Ia mengatakan ukuran serpihan badan pesawat yang teridentifikasi berukuran sekitar 39 meter.

"Mudah-mudahan itu adalah serpihan body pesawatnya. Semoga CVR dan serpihan badan pesawat bisa ditemukan dalam waktu yang tidak terlalu lama," katanya.

Haryo memperkirakan lokasi CVR dan badan besar pesawat tidak jauh berbeda dengan lokasi sebelumnya.

"Belum diketahui apakah CVR menempel dalam serpihan badan pesawat. Belum bisa dipastikan," ujarnya.

"Harapan pencarian ada pada kapal MPV Everest dengan kelengkapan peralatannya."

Juru bicara Basarnas, M. Yusuf Latif, mengatakan siap membantu jika dibutuhkan dalam pencarian korban dan CVR.

"Basarnas siap membantu. Kalau petugas di lapangan melihat ada tanda-tanda korban, kami bisa saja ikut serta," katanya.

Namun, tambahnya, kalaupun diikutkan, Basarnas tidak akan menggunakan uang negara melainkan memakai dana dari pihak perusahan yang bersangkutan.

"Pihak Lion Air juga bisa menggunakan jasa dari pihak luar, tidak selalu Basarnas," ujarnya.

Menyambut baik

Mutoharoh (45) yang merupakan istri seorang korban, Abdul Khaer, menyambut baik rencana Lion Air yang membuka kembali operasi pencarian korban.

"Ini penantian keluarga korban yang hingga saat ini belum ditemukan. Usaha kami sejak rencana mau dihentikan pencarian hingga sekarang membuahkan hasil," ujarnya kepada BeritaBenar.

Selama ini, lanjutnya, pihak Lion Air menjanjikan akan melanjutkan pencarian korban yang belum ditemukan, termasuk suaminya.

"Kami keluarga hanya disuruh menunggu dan pihak Lion Air mengulur-ulur waktu saja, mereka beralasan menunggu jaminan pemerintah," katanya.

Pihak keluarga telah dihubungi pihak Lion Air, untuk bersiap berangkat menuju lokasi pencarian.

"Namun kapalnya telat dan Rabu baru ke sini," tutur Mutoharoh.

Ia berharap operasi pencarian terus dilanjutkan sampai 64 jenazah lagi bisa ditemukan.

“Saya ingin suami dimakamkan secara layak, keluarga juga perlu tahu lokasi kuburan agar bisa dikunjungi untuk mendoakan," imbuhnya.

Hal senada disampaikan Hajam yang merupakan adik kandung korban Herjuno Darpito.

Meskipun jenazah kakaknya sudah teridentifikasi, solidaritas keluaga korban terhadap keluarga lain saling mendukung.

"Harus dicari lagi, Air Asia waktu jatuh saja 80 hari pencarian. Ini maskapai dalam negeri masak hanya 10 hari. Lion Air juga harus bertanggung jawab, karena dari dulu diam saja dan kami terus dibohongi," katanya.

Setidaknya, kata dia, kalau jasad atau bagian dari korban ditemukan maka akan bisa sedikit mengobati luka keluarga.

"Kok tega Lion Air itu, belum ditemukan sudah urusin santunan, kami bukan kejar angka tapi keseriusan dari Lion Air," pungkasnya.

Rina Chadijah di Jakarta turut berkontribusi dalam artikel ini.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.