KPK Tangkap Tangan Ketua Umum PPP
2019.03.15
Jakarta

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap tangan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy di Surabaya, Jawa Timur, Jumat, 15 Maret 2019.
Salah satu pendukung calon presiden petahana Joko "Jokowi" Widodo itu ditangkap sekitar pukul 09.00 WIB bersama empat orang lain, termasuk di antaranya pejabat Kementerian Agama.
"KPK menduga terkait jual beli jabatan di Kementerian Agama, di pusat dan daerah," kata Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan di kantor KPK, Jakarta.
Penyidik KPK turut menyita sejumlah uang saat operasi tangkap tangan Romahurmuziy, namun Basaria menolak merinci besarannya.
Ia hanya menambahkan bahwa Romahurmuziy diduga sudah berulang kali melakukan aksi itu.
Mengenai status hukum Romahurmuziy, juru bicara KPK Febri Diansyah belum dapat memastikan.
Hal itu, terangnya, baru akan diputuskan setelah pemeriksaan lanjutan yang dilakukan dalam 24 jam ke depan.
Romahurmuziy sudah berada di gedung KPK di Jakarta untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Ia digelandang ke kantor komisi antirasuah sekitar pukul 20.13 WIB, dalam pengawalan tiga orang pegawai.
Bagi PPP, penangkapan ketua umumnya ini adalah yang kedua setelah Suryadharma Ali pada 2014.
Suryadharma yang telah dihukum 10 tahun penjara, ditangkap atas keterlibatan dalam korupsi dana haji.
Secara keseluruhan, Romahurmuziy menjadi ketua umum partai kelima yang ditangkap KPK dalam kasus korupsi.
Pada 2017, KPK menangkap Ketua Umum Partai Golongan Karya Setya Novanto atas keteribatan dalam korupsi Kartu Tanda Penduduk (KTP) elektronik yang merugikan negara Rp2,3 triliun. Ia belakangan divonis 15 tahun penjara.
Adapula Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum yang ditangkap atas korupsi proyek wisma atlet Hambalang pada 2013 --divonis 14 tahun penjara.
Kemudina, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Lutfi Hassan Ishaaq yang ditangkap terkait korupsi kuota impor daging sapi. Lutfi divonis penjara selama 16 tahun pada 2013.
Respons Jokowi
Terkait penangkapan salah seorang petinggi partai pendukungnya, Jokowi tidak mau berkomentar banyak, dengan alasan ingin mendengar keterangan resmi dari KPK terlebih dahulu.
Sedangkan calon wakil presiden Ma'ruf Amin menilai penangkapan Romahurmuziy menunjukkan bahwa pemerintahan Jokowi serius dan tidak pandang bulu dalam memberantas korupsi.
"Pemberantasan korupsi sekarang makin intens. Sekarang, sistem penangkalannya sudah canggih dan serius. Makanya selalu bisa ditangkap," kata Ma'ruf.
Ia pun berharap penangkapan Romahurmuziy tidak dikaitkan dengan isu politik pemilihan umum, karena menurutnya kasus ini merupakan masalah pribadi ketua Umum PPP.
"Saya kira ini masalah pribadi, jangan sampai dikait-kaitkan. Tidak ada hubungan dengan pilpres (pemilihan presiden)," lanjut Ma'ruf.
"Pemerintahan Jokowi kan juga mendukung upaya penegakan hukum dan tidak mau mengintervensi hukum."
Dimanfaatkan lawan politik
Tapi, pengamat politik Universitas Islam Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, mengatakan penangkapan Romahurmuziy kemungkinan besar akan 'digoreng' kubu oposisi untuk menyerang pasangan Jokowi-Ma'ruf.
"Menurut saya pasti akan dimanfaatkan tim lawan. Maka, perlu kewaspadaan dari tim kampanye Jokowi," kata Adi saat dihubungi.
Meski begitu, Adi menilai isu penangkapan Romahurmuziy tak signifikan menggoyang elektabilitas Jokowi lantaran penangkapan Romahurmuziy dapat menjadi bukti bahwa pemerintah serius memberantas korupsi.
"Menunjukkan bahwa hukum tegak lurus kepada semua kalangan, tak peduli pendukung pemerintah sekalipun," ujarnya lagi.
Sedangkan Direktur Eksekutif VoxPol, Pangi Syarwi Chaniago, menilai penangkapan Romahurmuziy akan berdampak terhadap pasangan Jokowi-Ma'ruf.
Musababnya, PPP sebagai salah satu mesin politik pemenangan akan lebih sibuk memulihkan nama baik lembaga menjelang pemilihan umum.
"Belum lagi perebutan kekuasaan dalam memilih ketua umum baru, sehingga akan berpengaruh terhadap proses pemenangan Jokowi," katanya.
"Sedangkan mesin partai masih sangat penting dalam memenangkan pemilihan presiden."
Maka Pangi pun menyarankan tim kampanye Jokowi agar lihai memainkan sentimen publik, agar kasus korupsi Romharumuziy tidak dikaitkan dengan figur personal Jokowi.
Gelagat memanfaatkan penangkapan Romahurmuziy untuk menyerang Jokowi memang sudah diperlihatkan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra yang mendukung Prabowo Subianto, Arief Poyuono.
Dikutip dari laman Detik.com, ia mencurigai motif korupsi Romahurmuziy adalah mencari dana untuk kampanye Jokowi.
"Apalagi Rommy (Romahurmuziy) itu kan paling loyal kepada Jokowi dan dipercaya sekali. Saya harap KPK mengungkapkan apa tujuannya menerima uang," kata Arief.
Terkait tudingan tersebut, Erlinda selaku Direktur Hukum dan Advokasi Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, meminta Arief Poyuono tidak menggiring opini negatif. Apalagi KPK sejauh ini belum menetapkan tersangka.
"Pernyataan Arief Poyuono tidak menghormati proses hukum yang masih berlangsung," katanya dalam keterangan tertulis.