Masjid Raya Brussels, Simbol Integrasi Islam di Belgia
2015.12.22
Brussels

Di tengah meningkatnya kecurigaan terhadap warga Muslim di Eropa akibat serangkaian serangan bom di Paris sebulan lalu pada 13 November 2015 yang dilakukan oleh simpatisan kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), sebuah masjid agung di jantung kota tersebut menunjukkan bahwa warga Muslim sudah lama menjadi bagian erat dari masyarakat Belgia dan Eropa.
Belgia sempat menjadi sorotan saat terjadi serangan Paris yang menewaskan 130 orang itu, karena dua pelakunya berasal dari, dan tinggal di Brussels.
Masjid Raya Brussels adalah masjid terbesar di Belgia yang sekaligus menjadi lokasi Islamic Cultural Center of Belgium (ICCB) atau Pusat Islam dan Budaya di Belgia. Salah satu pengurusnya adalah seorang warga Indonesia yang sudah 30 tahun bermukim di Brussels.
"Masjid ini bisa menampung empat ribu sampai lima ribu jemaah. Kalau Hari Raya, bisa penuh bahkan sampai keluar ke taman, terutama di bulan Ramadan," ujar Syarif Abdullah Alqadrie administrator masjid yang berasal dari Indonesia, kepada BeritaBenar akhir November lalu.
Masjid tertua di Belgia ini berjarak hanya beberapa meter dari kawasan Schuman yang merupakan lokasi markas Komisi Eropa dan institusi-institusi Uni Eropa lainnya.
Menurut Syarif, masjid ini ada setelah Raja Baudoiun dari Belgia memberikan sebuah bangunan di sudut Taman Cinquantenaire, yang merupakan salah satu bangunan utama yang menjadi ciri khas Belgia, kepada Raja Faisal dari Arab Saudi pada 1967 untuk mendirikan masjid dan pusat Islam. Disaksikan Raja Baudouin, Raja Khalid dari Arab Saudi pada 1978 meresmikan masjid tersebut yang menjadi satu dari 150 masjid yang ada di seluruh Belgia.
"Tapi masjid-masjid itu seperti rumah, hanya ini saja yang terlihat bentuknya seperti masjid," ujar Syarif.
Pada 26 November, media internasional melaporkan adanya dugaan serangan virus anthrax di masjid ini ketika pegawai masjid mendapati bubuk putih saat membuka salah satu surat yang masuk. Otoritas Belgia menemukan 10 amplop berisi bubuk putih namun belakangan dinyatakan bubuk tersebut hanyalah tepung.
Syarif yang berasal dari Pontianak merupakan satu dari 20 pegawai yang bekerja di ICCB. Sebelum hijrah ke Brussels, dia sempat tinggal lebih dari 10 tahun di Arab Saudi untuk belajar dan bekerja. Syarif bertanggung jawab atas administrasi masjid dan pusat budaya Islam yang dibiayai oleh Kerajaan Arab Saudi melalui Liga Dunia Muslim.
Islam agama resmi di Belgia
Warga Indonesia pengurus Mesjid Raya Brussels dan Pusat Islam dan Budaya Belgia, Syarif Abdullah Alqadrie di kantornya, Brussels, 20 November 2015. (BeritaBenar)
Syarif mengatakan Islam adalah salah satu agama yang diakui dan disubsidi oleh pemerintah. Pelajaran agama Islam menjadi mata pelajaran di sekolah-sekolah Belgia dan ada sekitar 1200 guru agama Islam di Belgia dan para imam di masjid-masjid yang menerima gaji dari pemerintah. Untuk menjadi imam yang diakui oleh pemerintah Belgia, Syarif mengatakan imam tersebut harus mendapatkan referensi dari pengurus ICCB.
Menurutnya, Belgia merupakan salah satu negara Eropa dimana masyarakat Muslimnya terintegrasi dengan baik.
Syarif juga mengatakan bahwa ada sekitar satu juta penganut Islam di Belgia. Setiap tahunnya, banyak yang datang ke pusat Islam itu untuk masuk Islam. Di Brussels, 25 persen dari penduduknya Muslim.
Syarif mencatat di ICCB terdapat 525 mualaf pada 2013 dan 650 mualaf di 2014. Sementara, hingga November tahun ini tercatat ada 472 mualaf.
"Mereka menjadi mualaf karena belajar tentang Islam, namun ada juga yang karena pertemanan dan pernikahan," ujarnya.
Bom Paris mengganggu warga Muslim di Belgia
Syarif mengakui serangan bom di Paris yang dilakukan beberapa pemuda radikal Islam yang berasal dan pernah tinggal di Molenbeek, salah satu wilayah di Brussels yang mayoritas penduduknya adalah Muslim keturunan Maroko, telah mengusik ketenangan warga Muslim di Brussels.
Menyusul serangan bom tersebut, otoritas Belgia melakukan beberapa penyergapan di Molenbeek untuk mencari salah satu penyerang, Salah Abdesalam. Adiknya, Ibrahim Abdesalam merupakan satu dari tujuh pelaku yang meninggal dalam serangan tersebut. Media internasional menyebutkan bahwa Salah dan Ibrahim pernah tinggal di Molenbeek.
"Masyarakat Muslim Islam di sini menyesalkan kejadian di Molenbeek, karena hal itu merusak agama Islam," ujar Syarif, sambil menambahkan bahwa sepanjang pengetahuannya, Abdeslam bersaudara tidak pernah menjadi jemaah di Mesjid Raya tersebut.
"Kita tidak kenal mereka. Saya rasa mereka di Molenbeek karena yang keturunan Maroko berada di sana," ujar Syarif.
Ia mengakui ada imam beraliran radikal dari Suriah di Molenbeek yang mempengaruhi anak-anak muda yang tidak sekolah dan tidak punya pekerjaan.
"Kita tidak ijinkan imam seperti itu untuk khotbah di sini (masjid raya)," ujarnya.
Menurut data statistik Belgia, tingkat pengangguran pria di Molenbeek pada tahun 2013 adalah 28,6 persen dan 33,1 persen untuk wanita. Jumlah penduduk di distrik tersebut adalah sekitar 95 ribu.
"Melalui khotbah atau khotbah Jumat, kita juga sampaikan kepada pemuda Muslim di sini agar jangan terpengaruh gerakan radikal," ujar Syarif.
Sebelum salat Jumat pada 20 November di salah satu masjid terbesar di Brussels, Masjid Al Khalil di Molenbeek, imam keturunan Maroko, Mustafa Kastit menyampaikan sikap Liga Dukungan Islam atau Ligue d'Entraide Islamique yang bermarkas di Molenbeek, agar peristiwa di Paris tidak mengakibatkan komponen masyarakat setempat terpecah belah.
"Kita harus bekerja sama dan membuka ruang untuk dialog dan refleksi diri demi mencegah tragedi seperti ini terjadi kembali," ujar Mustafa.
Dalam siaran persnya menyusul serangan tersebut, Presiden Liga Imam Belgia, Mohamed Tojgani juga menyerukan komitmen mereka untuk saling menghormati dan terus memperjuangkan kohesi sosial di masyarakat.
"Kami mengimbau kepada para warga, terlepas dari kepercayaannya, untuk selalu waspada dan mengutuk tindakan tersebut tanpa stigma dan mencampuradukkannya terhadap komunitas tertentu," ujar Mohamed.