Malaysia Nyatakan Komitmen Pengamanan Perairan Sabah
2020.01.24
Jakarta

Kementerian Pertahanan Malaysia mengatakan Jumat (24/1/2020) bahwa tentara negara itu akan menjamin keamanan di perairan Sabah menyusul protes Indonesia atas penculikan warga negaranya oleh kelompok Abu Sayyaf dari Filipina Selatan di wilayah Malaysia itu.
Pernyataan itu dirilis setelah Menteri Pertahanan (Menhan) Malaysia Mohammad Bin Sabu bertemu dengan Menhan Indonesia Prabowo Subianto di Jakarta, Jumat.
“YB (Yang Berhormat) Mohammad menekankan keseriusan Malaysia dan memastikan komitmen Malaysia, terutama Angkatan Bersenjata Malaysia, untuk mengamankan daerah itu,” kata Kementerian Pertahanan Malaysia dalam pernyataannya.
Sehari sebelumnya Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan telah memanggil duta besar Malaysia di Jakarta terkait penculikan lima awak kapal nelayan warga negara Indonesia (WNI) di perairan Sabah pertengahan bulan ini dan meminta otoritas Malaysia untuk meningkatkan perlindungan terhadap nelayan awak kapal di wilayah itu, yang sebagian besar WNI.
Prabowo dan Mohammad juga mengungkapkan kepercayaan mereka akan efektivitas Pengaturan Kerjasama Trilateral antara Indonesia, Malaysia dan Filipina dalam mengatasi ancaman di perbatasan laut ketiga negara tetangga tersebut, demikian menurut siaran pers Kementerian Pertahanan Malaysia.
Kedua Menteri juga sepakat bertemu dengan Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana, di sela pertemuan ASEAN Defence Ministers’ Meeting (ADMM) Retreat pada bulan Februari 2020 untuk mendiskusikan mengenai perkembangan kerjasama trilateral.
Prabowo dan Mohamad juga “berkomitmen untuk memperkuat kerjasama pertahanan yang saling menguntungkan, khususnya dalam pengembangan industri pertahanan."
Kementerian Pertahanan Indonesia mengatakan kunjungan Mohamad bertujuan "mempererat dan meningkatkan kerjasama Pertahanan Malaysia dan Indonesia yang sudah terjalin baik selama ini."
Siaran pers Kementerian Pertahanan RI tidak merinci apa saja yang dibicarakan kedua menteri.
Para penculik dari kelompok militan bersenjata Abu Sayyaf di Filipina selatan menculik kapten kapal dan empat orang anak buah kapal WNI dari perairan Tambisan di Sabah pada 16 Januari lalu.
Sedangkan tiga nelayan lainnya, dilepaskan dan dibiarkan tetap berada di kapal mereka sendiri. Ketiganya kemudian kembali ke Sabah keesokan harinya.
Penculikan itu terjadi hanya sehari setelah Muhammad Farhan yang saat itu merupakan nelayan asal Indonesia yang terakhir disandera kelompok militan Abu Sayyaf, berhasil dibebaskan pasukan keamanan Filipina pada 15 Januari 2020, setelah diculik bersama dua orang WNI lainnya, September lalu.
Dari 13 kasus penculikan Abu Sayyaf terhadap 44 WNI sejak 2016, hampir semua terjadi di wilayah perairan Sabah, negara bagian Malaysia yang terletak di utara pulau Kalimantan, kata Retno.
Dari 44 yang diculik tersebut, 38 diantaranya berhasil dibebaskan. Satu orang tewas saat upaya pembebasan akhir tahun lalu dan lima orang, mereka yang diculik pada 16 Januari lalu, masih ditawan.
Merespons seringnya terjadi penculikan di wilayah perairan yang berbatasan dengan Indonesia, Malaysia dan Filipina itu, ketiga negara meluncurkan patroli laut bersama pada tahun 2017. Hanya saja beberapa bulan terakhir penculikan kembali terjadi.
Dubes Malaysia Zainal Abidin Bakar mengatakan kepada wartawan di Jakarta, Kamis, bahwa negaranya akan mengevaluasi prosedur operasi standar sehingga bisa menentukan penanganan yang lebih efektif dan langkah apa yang diambil jika insiden serupa terjadi.
Zainal mengatakan pihaknya akan mengetatkan peraturan antar nelayan agar tidak memasuki area yang rawan penculikan.
Otoritas Malaysia berjanji akan melakukan segala upaya untuk menyetop penculikan ini, kata dubes.
Ia mendapatkan informasi bahwa nelayan yang diculik itu melaut saat pemberlakuan jam malam. Oleh karenanya otoritas setempat tidak dapat melakukan penanganan yang semestinya.
Muzliza Mustafa di Kuala Lumpur turut berkontribusi dalam artikel ini.