15 Migran Bangladesh Kabur dari Tempat Penampungan di Aceh
2015.09.03

Sebanyak 15 pencari kerja ilegal Bangladesh yang sejak Mei lalu ditampung di bekas Kantor Imigrasi Lhokseumawe, Provinsi Aceh, melarikan diri karena diduga sudah tak sanggup lagi menunggu terlalu lama proses pemulangan ke negara asal mereka.
Husaini, seorang relawan setempat, menjelaskan, ke-15 migran Bangladesh itu kabur dari tempat penampungan yang terletak di Desa Punteut, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe, Selasa, 1 September, sekitar pukul 03:00 waktu setempat.
“Malam itu, hujan lebat mengguyur wilayah Lhokseumawe dan sekitarnya. Situasi itu dimanfaatkan mereka untuk kabur dan hingga sekarang belum ditemukan,” tuturnya kepada BeritaBenar, Kamis, 3 September.
Kaburnya 15 migran Bangladesh baru diketahui petugas Imigrasi pada Rabu pagi, 2 September, saat dilakukan pendataan. Setelah diabsen sambil dilakukan pengecekan dan pencarian di sekitar lokasi, mereka tidak ditemukan.
Selama ini, warga Bangladesh diizinkan bepergian ke pasar atau warung yang ada di sekitar lokasi penampungan. Biasanya, mereka pulang setelah pergi untuk sekadar berbelanja atau jalan-jalan ke pasar. Mereka juga dibolehkan berbaur dengan warga sekitar yang sering memberikan makanan dan bantuan lainnya.
Sebenarnya, penjagaan di tempat penampungan migran Bangladesh itu cukup ketat. Selain dijaga aparat kepolisian, di gedung bekas kantor Imigrasi tersebut juga terlihat beberapa personel TNI, terutama pada siang hari.
“Mungkin mereka melarikan diri setelah memanjat pagar di bagian belakang gedung sehingga luput dari perhatian aparat, ditambah lagi hujan yang lebat,” kata Husaini.
Menurut informasi dari warga sekitar, ke-15 warga Bangladesh menumpang sebuah mobil minibus. Apalagi bekas kantor Imigrasi terletak di pinggiran jalan negara Banda Aceh – Medan.
Husaini mengaku tak tahu kemana warga Bangladesh pergi. Hingga kini petugas dari Imigrasi dibantu aparat keamanan masih terus mencari keberadaan mereka.
Kepala Kantor Imigrasi Lhokseumawe, M. Akmal, yang dihubungi beberapa kali untuk konfirmasi, tidak menjawab panggilan telepon. Kepada Harian Serambi Indonesia, dia membenarkan terdapat 15 imigran Bangladesh kabur dari tempat penampungan.
“Kita sudah koordinasikan dengan sejumlah pihak terkait. Kita harapkan apabila ada warga yang melihat mereka, mohon dilaporkan ke aparat keamanan terdekat,” kata Akmal.
Rindu pada keluarga
Sekitar 200 migran Bangladesh yang selama ini ditampung di situ sudah dideportasi ke negaranya dalam beberapa gelombang sehingga tersisa 56 orang lagi.
Tapi, sekarang hanya tinggal 41 warga Bangladesh lagi setelah 15 orang melarikan diri. Belum jelas kepastian kapan para migran Bangladesh yang ditampung di tempat itu akan dideportasi dari Indonesia.
“Mereka mengaku sudah bosan berada di sini karena tidak ada yang bisa dikerjakan. Mereka juga rindu pada keluarganya karena sudah hampir enam bulan ditinggalkan. Mereka selalu berkomunikasi dengan keluarganya melalui telepon,” tutur Husaini.
Sekitar 256 warga Bangladesh tersebut meninggalkan negaranya pada Februari lalu, untuk mencari pekerjaan ke Malaysia. Namun, kapal kayu yang mengangkut mereka bersama ratusan pengungsi Rohingya, Myanmar, terdampar di perairan Aceh Utara, 10 Mei lalu, setelah ditinggalkan para penyeludup manusia.
Sedangkan 315 pengungsi Muslim etnis Rohingya, termasuk 36 perempuan dan 198 anak-anak, yang terdampar bersama warga Bangladesh saat ini ditampung di barak dari papan di Desa Blang Ado, Kecamatan Kuta Makmur, Kabupaten Aceh Utara.
Beberapa warga Bangladesh yang diwawancara BeritaBenar akhir Mei lalu, mengaku tak mau pulang ke negaranya karena tidak ada pekerjaan untuk membiayai hidup keluarganya. Apalagi ada sudah menjual harta benda untuk ongkos membayar agen yang membawa mereka ke di Malaysia.
“Bisa jadi, mereka kabur dari sini karena mau cari kerja ke Malaysia karena mereka malu jika pulang ke kampungnya. Saya dengar ada dari mereka yang sudah menjual harta atau meminjam uang pada tetangganya,” ujar Husaini.
Menunggu dokumen perjalanan
Selain di Kota Lhokseumawe, migran Bangladesh juga ditampung di Pelabuhan Kuala Langsa, Kota Langsa, dan Bayeun, Kabupaten Aceh Timur. Mereka diselamatkan para nelayan Aceh setelah terkatung-katung di perairan Selat Malaka pada 15 Mei dan 20 Mei.
Menurut Afrizal, Kepala Seksi Penanganan dan Penindakan di Kantor Imigrasi Langsa, saat ini masih ada sekitar 77 warga Bangladesh yang ditampung di Kuala Langsa, dan 49 orang lagi di Bayeun. Sebelumnya di Kuala Langsa terdapat 426 warga Bangladesh dan di kamp penampungan Bayeun ada 67 orang.
“Sebagian besar telah dipulangkan dalam beberapa gelompang ke negaranya setelah selesai pendataan oleh Kedutaan Besar Bangladesh,” katanya kepada BeritaBenar.
“Saat ini, mereka yang tersisa sedang menunggu dokumen perjalanan sehingga bisa segera dipulangkan,” tambahnya yang menyebutkan bahwa Selasa pekan depan, ada enam pendatang Bangladesh yang akan dipulangkan.
Dijelaskan proses pemulangan ratusan warga Bangladesh dilakukan dengan pesawat dari Bandara Kualanamu, Provinsi Sumatera Utara. Dari Aceh, para pencari kerja asal Bangladesh diangkut dengan bus dan tetap didampingi seorang petugas Imigrasi dan dua personel polisi.
Afrizal memastikan tak ada seorang pun pendatang Bangladesh di tempat penampungan Kuala Langsa dan Bayeun yang melarikan diri.
“Malah di kedua lokasi itu yang banyak kabur etnis Rohingya. Mereka melarikan diri secara bergelombang. Di Kuala Langsa, ada 50-an orang. Sedangkan di Bayeun, ada 30 orang yang sudah lari,” ujarnya.
Dia memastikan, pengungsi Rohingya yang kabur itu karena ingin bertemu dengan suami atau keluarganya di Malaysia. Mereka melarikan diri dari lokasi penampungan berkat bantuan perantaraan agen.