Setengah Dari Jumlah Migran Sekarang Sudah Di Daratan: IOM

Oleh Staf BeritaBenar
2015.05.22
THUMB-150522-ID-rohingyamen-620.jpg Pria Rohingya berdoa di tempat penampungan yang baru dibuat di daerah kurungan di Bayeun, Aceh, Indonesia, 22 Mei 2015.
AFP

Lebih dari 3.600 migran bulan ini mendarat di Indonesia, Malaysia, Thailand dan Bangladesh, menurut data dari Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), Jumat.

"Lebih dari setengah jumlah migran yang awalnya terkatung-katung di laut sekarang sudah berada di daratan, beberapa dari mereka mendarat untuk pertama kalinya setelah hampir empat bulan," menurut pernyataan IOM. "Kurang dari separuh diantara mereka diperkirakan sebagai migran dari Bangladesh; sisanya mengklaim sebagai pengungsi Rohingya. "

Tapi "masih ada ribuan orang di laut dengan kondisi yang rentan," Direktur Jenderal IOM William Lacy Swing memperingatkan.

"Setiap jam mereka berada di laut terasa satu jam terlalu lama."

Myanmar pada hari Jumat mengatakan angkatan lautnya telah menyelamatkan sekitar 200 orang dari dua kapal yang ditemukan di perairan teritorial, menurut laporan berita.

Kapal angkatan laut Malaysia juga telah melancarkan operasi pencarian dan penyelamatan, dan militer AS siap untuk menyebarkan patroli udara dalam mendukung upaya tersebut, Associated Press melaporkan.

Berikut ini adalah rincian dari banyaknya migran telah mendarat di berbagai kawasan daerah pantai, dari mana asal mereka dan apa status mereka.

Indonesia

Antara 10 Mei sampai 20 Mei nelayan di provinsi Aceh telah menyelamatkan 1.866 migran.

Menurut pejabat pemerintah daerah Aceh, 773 dari jumlah tersebut berasal dari Bangladesh dan 660 diantaranya adalah Muslim Rohingya.

Tetapi 433 migran diselamatkan Rabu belum diidentifikasi, belum diketahui apakah mereka berasal dari Bangladesh atau bagain dari etnis Muslim Rohingya.

Para migran ditahan di tempat penampungan sementara di Aceh Utara dan Aceh Timur.

Indonesia telah mengindikasikan kemungkinan akan memulangkan warga negara Bangladesh dan akan mencarikan negara ketiga yang mau menerima Muslim Rohingya, upaya ini akan dilakukan bersama dengan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Untuk Urusan Pengungsi (UNHCR).

Malaysia

Menurut kantor berita yang dikelola pemerintah Malaysia, Bernama, 1.158 migran mendarat tanggal 11 Mei di pulau Langkawi. Mereka saat ini ditahan di pusat penampungan di negara bagian Kedah.

Pada hari Selasa, pemerintah Malaysia mengumumkan bahwa mereka akan mendeportasi 680 orang Bangladesh dan akan menyerahkan pengungsi Muslim etnis Rohingya kepada UNHCR untuk diproses sebagai pengungsi.

Thailand

Thailand akan menjadi tuan rumah pertemuan internasional yang akan membahas isu perdagangan manusia dan migrasi ilegal tanggal 29 Mei. Tetapi negara ini tidak mengizinkan kapal migran mendarat di wilayahnya.

Awal bulan ini, Thailand telah menerapkan tindakan keras pada bisnis perdagangan manusia dan peraturan baru yang lebih tegas bagi pendaratan kapal nelayan.

Kebijakan ini dibuat setelah 32 mayat migran yang ditemukan di hutan Thailand Selatan pada awal Mei, pihak berwenang menggerebek puluhan kamp di pegunungan di sepanjang perbatasan Thailand-Malaysia.

Sejauh ini, 334 migran telah ditangkap. Dari jumlah tersebut, 191 adalah korban perdagangan manusia dan sisanya adalah pendatang ilegal, menurut keterangan pejabat Thailand. Mereka ditahan di provinsi Songkhla.

Kebangsaan para migran belum diidentifikasi.

Bangladesh

Hingga 2.000 migran dilaporkan masih berada di laut lepas pantai Myanmar dan Bangladesh, menurut IOM dan UNHCR.

Lonjakan migrasi maritim ilegal dikarenakan penganiayaan Muslim Rohingya di Myanmar dan Bangladesh yang menghadapi kesulitan ekonomi termasuk untuk bermigrasi secara legal bekerja di luar negeri, pakar mengatakan.

Bulan November 2012, Malaysia setuju untuk mengambil 50.000 pekerja asal Bangladesh, namun jumlah yang dikirim secara legal pada 2014 hanya 5.134, menurut data pemerintah Bangladesh.

"Pekerja Bangladesh tidak dapat bermigrasi secara legal melalui sistem pemerintah-ke-pemerintah. Itulah penyebab terjadinya lonjakan dalam perdagangan manusia,"Tasneem Siddiqui, seorang profesor di Universitas Dhaka, mengatakan kepada BeritaBenar.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.