Migran Sri Lanka Ditampung di Aceh
2016.06.22
Banda Aceh

Sebanyak 43 migran Tamil Sri Lanka (bukan 44 orang seperti diberitakan sebelumnya), yang telah seminggu lebih terdampar di pantai wisata Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, Rabu, 22 Juni 2016, akhirnya ditampung di Aceh untuk proses pendataan dan verifikasi lebih lanjut.
Pemerintah Aceh memutuskan untuk memindahkan ‘puluhan manusia perahu’ ke bekas kantor Imigrasi Lhokseumawe. Sebelum diberangkatkan ke Lhokseumawe di Aceh Utara dengan sebuah bus, para pengungsi Tamil itu diterima Gubernur Aceh Zaini Abdullah di kediamannya di ibukota Banda Aceh.
Seperti diberitakan sebelumnya bahwa kapal berbendera India yang membawa mereka dengan tujuan Australia terdampar di perairan Aceh pada 11 Juni lalu karena kerusakan mesin setelah ditinggalkan kapten di perairan internasional. Beberapa hari kemudian, kapal naas itu kandas di pantai Lhoknga.
Para migran sempat dibiarkan berada dalam kapal selama empat hari sampai kemudian diizinkan turun sambil menunggu perbaikan kapal. Tapi setelah kapal selesai diperbaiki, ombak besar dan angin kencang menerjang sehingga kapal oleng, masuk air dan tak bisa berlayar lagi.
Sebelum diberangkatkan ke Lhokseumawe dengan bus milik Pemerintah Aceh, Zaini menyerahkan bantuan kepada para migran. Bantuan itu berupa family kit dan makanan ringan untuk anak-anak. Setelah memberikan bantuan, Zaini sempat naik ke dalam bus untuk memeriksa para migran.
Bekas kantor Imigrasi Lhokseumawe yang terletak di pinggir jalan negara antara Banda Aceh dan Medan di kawasan Peunteut pernah ditempati ratusan warga Bangladesh yang terdampar bersama pengungsi Rohingya pada tahun lalu.
Penampungan layak
Zaini menyebutkan, pemindahan para pengungsi yang terdiri dari 18 pria, 13 anak-anak dan 12 perempuan – termasuk seorang yang sedang hamil enam bulan – adalah bagian dari upaya Pemerintah Indonesia menyediakan penampungan layak bagi para migran.
“Kita pindahkan mereka ke tempat penampungan yang lebih bagus,” katanya kepada wartawan setelah melepaskan keberangkatan migran Tamil tersebut ke Lhokseumawe.
Menurut Zaini, Pemerintah Aceh, Selasa sore, telah melaporkan perkembangan migran Sri Lanka yang selama ini menetap di Tamil Nadu, India, kepada Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla. Dalam arahannya, Wapres memberikan izin kepada Pemerintah Aceh untuk menampung mereka.
“Bapak Wapres bilang akan kirim segera pihak UNHCR untuk penyelidikan lebih lanjut,” ujar Zaini seraya menambahkan Kedutaan Besar Srilanka di Jakarta juga akan datang untuk bertemu dengan para migran tersebut.
Dua migran etnis Tamil Sri Lanka duduk santai di samping tenda mereka dekat pantai di Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, 20 Juni 2016. (Nurdin Hasan/BeritaBenar)
Verifikasi lebih lanjut
Kepala Divisi Keimigrasian Kantor Wilayah Kemenkumham Aceh, Achmad Samadan yang ditanya wartawan menyatakan bahwa selama berada di tempat penampungan baru di Lhokseumawe, para migran itu akan dilakukan pendataan dan verifikasi lebih lanjut.
“IOM akan kita minta bantu kalau diperlukan saat kita meminta keterangan mereka. Kan IOM (Organisasi Internasional untuk Migrasi) memiliki penerjemah bahasa Tamil,” katanya.
Siaran pers yang dikeluarkan Pemerintah Aceh, Rabu, menyebutkan bahwa pemerintah dan seluruh instansi terkait menunggu hasil verifikasi yang dilakukan Komisioner Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi (UNHCR).
“Dari hasil tersebut, baru kemudian dapat diputuskan status ke-43 ‘manusia perahu’ itu. Hingga kini, verifikasi baru sebatas pendataan jumlah nama dan usia. Nantinya, verifikasi lanjutan akan dilakukan di tempat penampungan,” tulis rilis yang diterima BeritaBenar.
Dalam siaran pers itu juga disebutkan setelah TNI AL memeriksa kondisi kapal, diketahui bahwa kapal besi bernomor register TN 1 FV 00455 – 09 sangat rentan jika dipaksakan untuk berlayar.
“Hasil survei kita dengan Syahbandar Malahayati, bahwa secara teknis kapal sudah tidak layak melaut,” ujar Komandan Lanal Sabang, Letkol Laut Kicky Salvachdie seperti dikutip dalam pernyataan itu.
Kicky menyatakan, lambung kapal mengalami banyak kebocoran dan terdapat beberapa tambalan semen dan plang tipis. Mesin juga mengalami kerusakan parah. “Tambalan itu berada di bawah mesin. Itu sangat sulit untuk diperbaiki,” ujarnya.
TNI AL sudah coba untuk mengelas beberapa kebocoran termasuk menambal dengan semen. Tapi kondisi kapal yang berada di pinggir pantai membuat lambung semakin rentan. Ombak besar dan angin kencang membuat kapal oleng ke laut.
“Mesin kapal tergenang hingga setengah meter dan oli mulai keluar,” jelas Kicky.