Satu Terduga Militan Dilaporkan Tewas, 8 Ditangkap di Sulteng
2017.03.10
Palu

Seorang terduga militan dilaporkan tewas dan delapan lainnya ditangkap hidup dalam dua penggerebekan yang dilakukan anggota Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri di dua lokasi di Sulawesi Tengah (Sulteng), Jumat, 10 Maret 2017.
Sumber-sumber kepolisian menyatakan bahwa korban tewas berinisial LS yang terpaksa ditembak karena melakukan perlawanan saat hendak ditangkap di Kabupaten Parigi Moutong.
Dua rekannya berinisial IR dan LN ditangkap hidup. Mereka ditangkap di Jalan Trans Sulawesi sekira pukul 11.00 WITA, kata sumber polisi yang tak mau disebutkan namanya.
Penangkapan itu dilakukan beberapa jam setelah personel Densus 88 dibantu anggota kepolisian menangkap enam terduga teroris di Kabupaten Tolitoli.
Keenam warga yang ditangkap berinisial SI, KI, SN, DN, JI, dan IN. Mereka ditangkap di salah satu rumah jantung kota kabupaten itu sekitar pukul 08.30 WITA.
“Mereka diduga bagian dari kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT),” kata sumber polisi setempat.
Menurut sumber tersebut, keenam warga itu diduga ingin bergabung dengan kelompok di Parigi Moutong untuk kemudian menyerang kantor Polres setempat.
“Selain itu, mereka juga merencanakan untuk menyerang anggota Polri yang bertugas menjaga bank-bank di kabupaten tersebut,” kata sumber polisi yang lain.
Dari penangkapan di Tolitoli, polisi menyita barang bukti untuk membuat bom yaitu pupuk KNO32, belerang, arang, paku, dan spiritus.
Sementara dalam penangkapan di Parigi Moutong, Densus menyita barang bukti antara lain satu unit sepeda motor matic Yamaha Zeon.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Kepolisian Daerah (Polda) Sulteng, Ajun Komisaris Besar Polisi Hari Suprapto yang dikonfirmasi BeritaBenar membenarkan adanya penangkapan itu.
"Betul ada penangkapannya. Enam di Tolitoli dan tiga di Parigi Moutong. Sementara saya masih membenarkan saja dulu," terang Hari.
Ditanya tentang informasi bahwa mereka terkait MIT dan ada seorang yang tewas, Hari menyatakan Polda belum bisa memberikan komentar lebih lanjut.
"Keterkaitan dengan MIT, termasuk barang bukti dalam penangkapan belum bisa kami jelaskan," ungkapnya.
Polda, tambahnya, yang mendampingi tim Densus 88 masih melakukan pengembangan dan pendalaman terhadap penangkapan tersebut.
"Kalau sudah lengkap datanya akan kita sampaikan lagi," ujar Hari.
Seperti diketahui, operasi pengejaran terhadap sisa anggota kelompok MIT juga masih terus dilakukan di Poso.
Sekitar 2.000 personel gabungan TNI dan Polri yang masuk dalam Satuan Tugas (Satgas) Operasi Tinombala diturunkan dalam operasi lanjutan tersebut.
"Di Poso masih tersisa sembilan DPO (Daftar Pencarian Orang), termasuk Ali Kalora. Mereka masih terus dikejar," tambah Hari.
Senjata Basri
Sebelumnya, Satgas Operasi Tinombala menemukan sepucuk senjata jenis M-16 yang diyakini milik pimpinan MIT, Basri alias Bagong. Senjata itu hilang saat Basri ditangkap pada 14 September 2016 lalu.
Bagong adalah pemimpin MIT setelah Santoso alias Abu Wardah – petinggi kelompok yang telah terafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS)— tewas dalam kontak senjata dengan pasukan TNI di Poso, 18 Juli 2016.
Setelah Bagong ditangkap, kini pucuk pimpinan MIT diyakini dipegang oleh Ali Kalora.
Kapolda Sulteng, Brigjend Pol. Rudy Sufahriadi mengatakan, senjata tersebut ditemukan masih lengkap dengan tali sandang dan magazen sebanyak 20 butir peluru kaliber 5,56 milimeter serta dalam kondisi baik.
"Senjata itu ditemukan, hari Sabtu, 4 Maret lalu sekitar pukul 17.10 Wita di dasar Sungai Puna, Dusun Gantinadi, Desa Tangkura, Kecamatan Poso Pesisir," terangnya.
Sebelum ditemukan tim Satgas Tinombala, jelas Rudy, senjata itu lebih dulu ditemukan warga. Namun karena ketakutan warga membiarkan senjata tersebut di dasar sungai.
"Warga itu kemudian melaporkan ke anggota Satgas, dari situ kemudian Satgas bergerak untuk mencari akhirnya menemukan," ujar Rudy.
Selama Operasi Tinombala digelar sepanjang 2016, sebanyak 22 militan, termasuk enam warga suku Uighur, China, tewas dan 12 lainnya ditangkap.
Sedangkan barang bukti selama tahun lalu adalah empat bom rakitan, tiga pucuk senjata api pabrikan, dua senjata api laras pendek, 16 senjata rakitan laras panjang, 10 senjata rakitan laras pendek, tiga senjata angin, dan 368 butir amunisi berbagai kaliber.