Kapolda Sulteng Minta Semua Militan Mujahidin Indonesia Timur Serahkan Diri
2020.04.17
Palu

Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah mengimbau semua militan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang masih bersembunyi di hutan dan pegunungan Poso untuk menyerahkan diri, sementara ratusan warga, Jumat (17/4) menghadiri pemakaman dua anggota MIT yang tewas di tangan aparat setelah keduanya melukai seorang polisi beberapa hari lalu.
Kapolda Sulteng Irjen Pol. Syafril Nursal mengatakan dengan tewasnya dua anggota MIT itu jumlah buronan dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) anggota kelompok militan bersenjata di Poso menjadi 14 orang. Ia meminta kesemuanya untuk menyerahkan diri.
“Jika tidak, kita akan terus menjalankan operasi sampai semuanya tertangkap,” tegas Kapolda.
Polisi mengatakan Ali (alias Darwin Gobel) dan Muis Fahron (alias Abdullah), kedua orang yang dimakamkan hari itu telah ada dalam DPO kepolisian. Keduanya tewas ditembak aparat Rabu (15/7) dalam kontak senjata dengan anggota Satuan Tugas Operasi Tinombala, setelah keduanya menembak seorang polisi di depan sebuah bank di Poso, demikian laporan aparat.
Polisi menyita beberapa barang dari Ali dan Muis, termasuk satu pucuk senjata api organik dan peluru. Tidak jauh dari lokasi Ali dan Muis tewas, Satgas juga menemukan sebuah pondok yang diduga jadi tempat persembunyian kedua pelaku, di mana polisi menemukan peluru dan bom rakitan aktif.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Sulteng, Kombes Pol. Didik Supranoto, mengatakan keterlibatan Ali dan Muis dalam MIT masih diselidiki, termasuk motif keduanya menyerang anggota Polres Poso yang tengah berjaga di Bank Mandiri Syariah Poso.
“Kasus ini masih terus kami selidiki. Yang pasti keduanya adalah (masuk dalam) DPO kasus terorisme di Poso,” ujar Didik sambal menambahkan bahwa kondisi polisi yang ditembak, Briptu Ilham, sudah membaik setelah menjalani perawatan di RS Bhayangkara di Palu.
Dihadiri ratusan warga
Ali dan Muis Fahron dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Kelurahan Kayamanya, Kecamatan Poso Kota, setelah dijemput oleh keluarga dari Rumah Sakit Bhayangkara di Palu.
Saat tiba di Poso, jenazah Ali dan Muis disambut oleh ratusan orang yang sudah menunggu, kata saksi mata yang merekam kejadian dengan video.
Iring-iringan kendaraan bermotor dan orang yang berjalan kaki terlihat dalam penyambutan.
Jalanan utama masuk ke Kota Poso yang dilalui mobil ambulans pun dipenuhi warga.
Video yang dilihat BenarNews menunjukan banyak warga yang juga menyolatkan kedua jenazah.
“Itu bukti kalau warga sayang kepada Ali dan Muis. Sampai dipemakaman hampir ribuan orang mengantar,” terang paman dari Ali, Farid Podungge, saat dihubungi BenarNews dari Palu.
Saat penjemputan itu, semua proses sudah dilalui pihak keluarga termasuk pemeriksaan DNA.
Anggota Tim Pembela Muslim (TPM) Sulteng, Andi Akbar, mengatakan penyambutan kedua jenazah Ali dan Muis memang meriah.
“Mereka dianggap sebagai pejuang yang berjihad dan bukan sebagai teroris,” ujarnya.
“Apapun stigma yang disematkan kepada kedua jenazah itu, saya tidak melihatnya,” ungkapnya.
Hasil investigasi aparat keamanan terhadap pengikut MIT yang berhasil ditangkap sebelumnya dan juga dari sejumlah penelitian terkait radikalisme dan terorisme mendapati kelompok militan yang telah berbaiat kepada ISIS ini berada di belakang sejumlah tindakan kriminal termasuk pembunuhan kejam dengan pemenggalan kepala sejumlah warga Poso.
Di bawah pimpinan Santoso, atau Abu Wardah, militan yang pertama kali secara terbuka melakukan sumpah setia kepada ISIS, MIT sempat memiliki anggota hingga 40-an orang lebih, termasuk militan dari Muslim Uighur di Cina.
Santoso tewas pertengahan 2016 dalam baku tembak dengan Satgas Tinombala yang merupakan satuan gabungan Polri dan TNI yang dikhususkan untuk menangkap militan MIT. Satgas Tinombala, yang merupakan perpanjangan dari operasi yang sama di bawah nama satuan Camar Maleo pada tahun 2015, dibentuk pada tahun 2016 dan terus diperpanjang hingga saat ini.
Akbar meminta Kapolri Jenderal Idham Aziz untuk menghentikan Operasi Tinombala, yang dia katakan sebagai pemborosan uang negara dan menambah angka kekerasan.
“Apa lagi baru-baru ini, satu warga sipil bernama Qidam Alfariski Mawance ditembak mati oleh Satgas Operasi Tinombala pada Kamis 9 April lalu di Desa Pado, Kecamatan Poso Pesisir Utara,” tegas Akbar.
Akbar mengatakan jenasah para terduga militan MIT tersebut dilihat sebagai orang yang mati syahid, terlihat dari banyaknya jumlah orang menghadiri pemakaman Ali dan Muis Fahron hari itu.
“Hampir ribuan masyarakat Poso menyambut dua jenazah tersebut,” tambah Akbar kepada BenarNews.
Namun jumlah tersebut disangkal pihak kepolisian yang menempatkan 100 personel untuk mengamankan prosesi pemakaman tersebut.
Berdasarkan analisa Intelkam Polres Poso, jumlah massa yang hadir dalam prosesi pemakaman hanya ratusan, kata Kepala Kepolisian Resort (Kapolres) Kabupaten Poso, Ajum Komisaris Polisi Darno.
“Kurang lebih 350 orang lah. Tidak juga sampai ribuan orang,” ujarnya.
“Semua aman-aman saja. Proses pemakaman berjalan lancar dan sama sekali tidak ada gejolak,” katanya kepada BenarNews.