Nelayan Indonesia yang Diculik Diselamatkan di Filipina Selatan

Muhammad Farhan sedang memancing dengan dua nelayan Indonesia lainnya ketika mereka diculik di Lahad Datu di Sabah, Malaysia, tahun lalu.
Zam Yusa
2020.01.15
Kota Kinabalu, Malaysia
200115-PH-kidnapped-1000.jpg Nelayan Indonesia Muhammad Farhan menerima pemeriksaan medis di rumah sakit militer di Pulau Jolo, Filipina selatan, tak lama setelah pasukan keamanan menyelamatkannya dari kelompok Abu Sayyaf, 15 Januari 2020.
Komando Mindanao Barat Angkatan Darat Filipina/WestMinCom

Pasukan keamanan Filipina pada Rabu (15/1/2020) menyelamatkan seorang nelayan Indonesia, yang beberapa minggu sebelumnya tersesat dan ditangkap kembali oleh para penculik Abu Sayyaf, ketika tentara Filipina berhasil menyelamatkan dua warga negara Indonesia lainnya dari gerilyawan di Sulu di Filipina selatan, demikian pernyataan pihak berwenang,

Muhammad Farhan, 27, dibawa ke rumah sakit militer di kota Jolo untuk pemeriksaan medis setelah penyelamatannya, kata Mayor Arvin Encinas, juru bicara Komando Mindanao Barat (WestMinCom), kepada BeritaBenar.

"Pertempuran intensif dan operasi intelijen yang diluncurkan oleh pasukan militer berujung pada penyelamatan tersebut," kata Encinas.

Militer meluncurkan penyelamatan setelah menerima informasi dari penduduk desa tentang keberadaan Muhammad, kata Encinas, tanpa menjelaskan lebih lanjut. Tidak segera jelas apakah terjadi kontak senjata antara pasukan keamanan dan kelompok yang dicurigai sebagai penculik Farhan.

Letjen Cirilito Sobejana, kepala WestMinCom, mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dikirim kepada BeritaBenar bahwa ia "menyambut pencapaian luar biasa itu."

"Ini membuktikan bahwa upaya penyelamatan berkelanjutan kami dan operasi keamanan untuk melemahkan ASG telah sangat efektif," katanya, menunjuk pada Kelompok Abu Sayyaf, yang beberapa faksi di antaranya dikaitkan dengan kelompok Negara Islam atau ISIS.

"Terobosan ini akan dipertahankan untuk menggagalkan penculikan, dan mematahkan kelompok teror."

Muhammad Farhan (kiri) berbicara dengan pejabat militer dan tentara yang berpakaian sipil tak lama setelah penyelamatannya, 15 Januari 2020. (Dok. Komando Mindanao Barat Angkatan Darat Filipina/WestMinCom)
Muhammad Farhan (kiri) berbicara dengan pejabat militer dan tentara yang berpakaian sipil tak lama setelah penyelamatannya, 15 Januari 2020. (Dok. Komando Mindanao Barat Angkatan Darat Filipina/WestMinCom)

Bulan lalu, tentara Filipina menyelamatkan dua nelayan Indonesia lainnya - Maharudin Bin Lunani, 48, dan Samiun bin Maneu, 26 - setelah terjadi baku tembak yang menewaskan seorang militan dan seorang prajurit, kata sejumlah pejabat.

Kedua nelayan itu sedang memancing dengan Farhan ketika mereka ditangkap oleh sekelompok orang bersenjata dari Lahad Datu di Sabah, Malaysia, pada 23 September 2019, dan kemudian dibawa ke Jolo, demikian keterangan pihak berwenang.

Farhan melarikan diri saat penyelamatan bulan lalu itu dan ditangkap kembali oleh para penculiknya ketika pasukan militer Filipina mendekati kelompok militan bersenjata dalam pertempuran di sebuah desa terpencil di Jolo, kata militer Filipina pada saat itu.

Awalnya militer menahan diri dari mengomentari penculikan tersebut, mengatakan insiden itu terjadi di perairan internasional. Namun para pejabat intelijen memberi tahu BeritaBenar bahwa para nelayan ditangkap oleh para perompak dan kemudian diserahkan kepada kelompok bersenjata Abu Sayyaf untuk mendapat keuntungan. Penculikan dengan modus serupa telah terjadi di masa lalu, kata mereka.

Sobejana mengatakan kepada wartawan bulan lalu bahwa pasukan keamanan bertujuan untuk menetralisir Kelompok Abu Sayyaf dan dua pemimpin puncak mereka, Hatib Hajan Sawadjaan dan Radulan Sahiron.

Sawadjaan, seorang komandan Abu Sayyaf yang juga seorang ulama, diyakini sebagai pemimpin ISIS yang baru di Filipina selatan. Dia menggantikan Isnilon Hapilon, yang terbunuh beberapa bulan setelah memimpin ratusan pejuang dalam mengambil alih kota selatan Marawi pada 2017. Pertempuran lima bulan atas kota itu menewaskan 1.200 orang, kebanyakan adalah militan.

Militer mengatakan kelompok Sawadjaan telah bekerja dengan militan asing dan mencari target baru di wilayah selatan setelah jatuhnya Marawi. Dua pembom bunuh diri dari Indonesia meledakkan diri di sebuah gereja di Jolo pada Januari 2019, menewaskan 23 orang.

Bulan April lalu, Marinir Filipina menyelamatkan dua tawanan Indonesia dari Abu Sayyaf yang menculik mereka, tetapi satu orang kemudian meninggal akibat luka-lukanya setelah ia tertembak dalam operasi penyelamatan di Pulau Simisa, bagian dari rangkaian pulau di provinsi Sulu selatan, demikian kata pejabat militer.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.